Cemburu

1216 Words
Elena tengah bersiap akan berangkat kerja, sedangkan Radit masih enggan bangun, badan nya begitu lemas, suhu badan nya pun naik. Elena mengetuk pintu kamar Radit, di lihat nya Radit masih terbaring di ranjangnya. "Bangun! aku tak ingin kau telat hari ini, pagi ini kita ada rapat dengan klien besar dan kau harus mendampingi ku" Elena memerintah tanpa mengecek keadaan Radit sama sekali, kemudian ia langsung bergegas ke kantor nya meninggalkan Radit. Dengan lemah Radit bangun dari ranjangnya, tubuhnya benar benar sedang tidak sehat. tapi ia tak ingin mendengar omelan Elena kembali. Radit pun bersiap, ia pun segera menuju ke kantor dengan mengendarai motornya, bersyukur ia telah sampai di kantor dengan selamat. Baru 5 menit tiba di ruangannya, Elena langsung memanggilnya untuk mengikuti rapat dengan klien. Rapat berjalan lancar, meski rona wajah Radit menjadi pucat, namun ia bertahan demi Elena. Radit melangkah gontai, badan nya terhuyung ketika ia berjalan menuju meja nya, hingga ia jatuh tersungkur tak sadar diri. Siska yang melihat Radit jatuh langsung teriak histeris, ia segera meminta bantuan kawan kawan nya. Sementara Elena yang mendengar teriakan Siska langsung keluar dari ruangannya. Elena begitu terkejut melihat Radit telah tergeletak di lantai. langsung saja ia segera menghampiri Radit yang telah di kerumuni teman teman nya. "Bawa ia ke ruangan ku, taruh ia di sofa panjang yang ada di ruangan ku" Elena memerintah diikuti oleh para karyawan nya yang membantu membopong Radit. Tubuh Radit yang tinggi, hingga membuat teman teman nya agak kesusahan mengangkat nya. "Letak kan di sini, Tiar tolong ambilkan kotak P3K yang ada di laci sebelah meja saya" Tiar pun menuruti perintah Elena, langsung di berikan kotak P3K tersebut kepada Elena, baru saja tangan nya hendak menggapai kotak tersebut, Siska langsung mengambil kotak itu. Elena tersentak, betapa berani nya Siska seperti itu, Elena melihat Siska terus memegang tangan Radit. Elena menjauh, ada rasa panas di hati nya, bukankah harus nya ia yang berada di posisi Siska sekarang? Siska dengan telaten mengusapkan minyak angin ke pelipis kening Radit, lalu berniat untuk mengoleskan juga di d**a Radit, maksud nya agar Radit merasa nafasnya sedikit plong. namun baru saja Siska menyentuh kancing Radit tiba tiba Elena menahannya. "Tunggu Siska! biarkan Roby saja yang mengoleskan nya" "Tapi bu.." "Radit bukan suami mu yang seenaknya kau sentuh kan?" Siska langsung menyerahkan minyak angin tersebut kepada Roby, tampak oleh mereka d**a bidang dan sixpack milik Radit. Elena tak menyukainya, terlebih ketika mata Tiar dan Siska menatap tubuh Radit. Ia mengakui, hatinya sedikit merasa cemburu, bagaimana pun Radit suami nya. "Tiar, panggilkan dokter klinik kita untuk segera datang ke ruangan ku.. dan kalian semua, silahkan keluar dari ruangan saya, biarkan Radit beristirahat dulu" Di perusahaan nya memiliki sebuah klinik khusus untuk para karyawan nya, jadi jika terjadi hal seperti ini bisa langsung di tangani. Elena kemudian membuka pintu lebar sembari memberi isyarat untuk keluar. "Tolong biarkan saya di sini bu" Siska meminta izin kepada Elena. "Tidak! Tolong keluar, agar dokter nanti bisa mengecek Radit dengan leluasa" Siska melangkah ragu, namun ia tak bisa membantah Elena, ia takut jika menentang Elena akan memarahinya. Setelah semua orang keluar, Elena berjalan menuju Radit, di sentuhnya kening Radit, panas. Elena mulai gelisah menanti dokter datang, ia mengakui kesalahannya, harusnya ia mengecek Radit tadi pagi. Tak butuh waktu lama, Dokter pun datang segera mengecek Radit. Ternyata Radit hanya demam, suhu nya begitu tinggi sehingga membuat ia pingsan. Dokter hanya memberikan obat lalu menyuruh nya untuk pulang dan beristirahat di rumah. "Aku akan mengantarkan mu" Elena menawarkan bantuan. "Tak perlu, aku staf mu di sini bukan suami mu" Radit menjawab ketus, hingga membuat mata Elena membulat. "Aku akan tetap mengantar mu pulang, tapi.. sebagai seorang atasan yang bertanggungjawab atas keselamatan pegawai nya" Elena tak ingin kalah berbicara dari Radit. Radit hanya terdiam, tubuhnya tak begitu kuat hari ini. Radit beranjak dari sofa di bantu Elena memapah nya. Selama perjalanan menuju ke lobby, semua mata tertuju pada mereka. Mereka terlihat serasi seperti sepasang kekasih, tangan Elena masih melekat di lengan Radit, Radit dengan perlahan menurunkan tangan Elena. Di genggamnya tangan Elena, ya.. ia lebih suka jika ia menggenggam tangan Elena seperti ini. Elena tanpa sadar pun ikut menggenggam erat tangan Radit, hingga membuat karyawan nya berbisik. ****** Hari berganti suhu panas di tubuh Radit masih terasa, Elena datang kekamar Radit tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Radit berbaring di kasur nya hanya menggunakan celana pendek nya, ia sengaja tak memakai baju agar panas nya mereda. Elena begitu terkesima melihat selimut Radit tersingkap hingga tampak bagian d**a bidangnya. Elena mencoba mengatur nafasnya, jujur, Radit begitu menguji dirinya, sebagai wanita dewasa yang melihat pemandangan seperti itu, ada rasa ingin menyentuh tubuh molek milik Radit. "Apa panas mu telah turun?" "Berikan aku izin hari ini, tubuh ku masih belum stabil" "Baiklah, aku juga akan izin hari ini menemanimu" Radit menoleh kepada Elena, kenapa ia rela izin hanya untuk diri nya. "Tak perlu..aku sudah sedewasa ini, aku mampu untuk menjaga diriku sendiri.." "Tolong jangan membantah ku, karna aku, kau sampai seperti ini.. biarkan aku melakukan tugas ku" "Tugas mu? kau atasan ku Elena.. kau sendiri yang selalu mengingatkan hal itu kepada ku" Radit mengingatkan perkataan Elena yang lalu. Elena terdiam, ia sadar, ia telah keterlaluan kepada Radit, tapi ia cepat cepat membuang pikiran nya itu. Elena keluar dari kamar Radit, duduk di sofa, di buka laptop nya, ia meminta kepada Siska agar mengirimkan file file penting melalui Email saja. Di buka nya satu persatu email tersebut, hingga ia terkejut ketika membuka email dari salah satu klien nya. "Eggy.." Elena bergumam lirih, lelaki itu dulu pernah singgah di hati nya, ia tak menyangka jika perusahaan Cipta Karya adalah milik keluarga Eggy, perusahaan tersebut ingin menjalin kerjasama dengan harga tinggi. Elena tak mungkin menolak tawaran ini, mengingat ia telah menghadapi banyak klien, ia juga tak ingin melepaskan kesempatan bagus ini. Eggy sosok lelaki yang berkarisma, ia juga tak kalah tampan dari Radit, sifatnya hampir mirip dengan Elena. Eggy dan Elena punya ambisi yang sama, maka dari itu mereka sangat cocok satu sama lain. Mereka pernah berpacaran ketika sama sama berkuliah di kampus yang sama. ketika itu hubungan mereka sangat baik, hingga satu waktu Eggy tiba tiba menghilang tanpa bisa di hubungi. Elena begitu depresi karna di tinggalkan Eggy tanpa kejelasan, hati nya begitu sakit karna dengan seenaknya Eggy berbuat seperti itu, lalu sekarang Eggy tiba tiba muncul. Dalam hati nya berkecamuk, ada rasa marah, ada rasa ingin bertanya dan ada juga rasa rindu yang menelusup dalam hati nya. Ponselnya berdering, ayahnya menelepon dirinya. "Halo Elena, apa sudah terima email kerjasama dari PT Cipta Karya?" "Sudah yah.." "Ayah ingin kamu bisa meyakinkan mereka untuk berkerjasama dengan kita, ayah yakin kali ini pun kamu bisa melakukannya" "Baik yah.." Elena langsung mematikan ponsel nya, ini benar benar membuat diri nya bingung, apa yang harus ia lakukan?. Di lihat nya kembali Email tersebut, ia pelajari poin poin yang di ajukan oleh pihak PT Cipta karya. Ia ingin mencari celah kesalahan dari proposal PT Cipta Karya, sehingga ia bisa menolaknya dengan bukti keberatan nya pada poin poin yang di pinta. Nihil, semua poin yang tertera tidak ada yang salah, juga tak begitu memberatkan perusahaan nya, malah akan lebih menguntungkan buat perusahaan nya. Arrrrrrrgghhhhh... Elena mengacak rambut nya, di tutup laptop nya putus asa, mau tidak mau ia harus menghadapi nya, ia cuma berharap tak bertemu Eggy dalam rapat tersebut. _________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD