18 - Pemenang Guci Antik

1204 Words
Tiap sorot tatap mata, lekas tertuju kearah meja Kirana. Raden Adipati Soeryo, benar-benar berhasil menarik perhatian dengan menjadi sosok pertama melayangkan penawaran. "Guci yang sangat bagus!" gumam Raden Adipati Soeryo. Bersambut raut wajah bangga Putranya, Raden Adipati Cahyo duduk tepat disebelah. Seolah ingin mengatakan 'Ini Bapakku!'. "Wahhh… Penawaran pertama lekas datang dari Bupati Tuban!" Sementara Hong Shiu, menanggapi dengan memberi perkenalan resmi identitas penawar pertama. Gadis ini tampak memiliki wawasan cukup bagus memahami siapa-siapa pembesar hadir mengikuti pesta. "105 Gulden…! Apakah ada berani menawar lebih tinggi?" "110 Gulden….!" Hong Shiu, hendak coba memanaskan suasana. Namun baru mengucap beberapa patah kata, kalimatnya terjeda oleh seruan meja lain. Pembesar kedua, melayangkan tawaran lebih tinggi. "Nahhh… Bupati Gresik memberi penawaran lebih tinggi!" ucap Hong Shiu. Menampilkan senyum menawan bersama suaranya yang candu, terdengar cukup jelas meski tak diucap dengan intonasi nada keras. "120 Gulden!" "Semakin seru! Bupati Banyuwangi, menaikkan 10 Gulden dalam sekali jalan!" "Apakah Tuan Bupati Tuban dan Tuan Bupati Gresik yang menawar lebih dulu akan membiarkan incarannya lewat begitu saja?" Sangat cerdik mengendalikan suasana, Hong Shiu melempar kalimat menjurus provokatif coba mendorong dua Bupati untuk menaikkan harga. "Hmmm… 130 Gulden!" Raden Adipati Soeryo, memakan umpan dengan cukup mudah. Terbawa gengsi, ikut menaikkan dengan kelipatan 10 Gulden. "135 Gulden!" Hong Shiu selaku pembawa acara masih tersenyum, belum sempat memberi tanggapan apapun atas tawaran Raden Adipati Soeryo saat suara Bupati Gresik, terdengar menaikkan harga lelang dengan kelipatan 5 Gulden. Tampak tak terpancing. Bertahan dengan kelipatan minimum. "150 Gulden!" Terlanjur gengsi, Raden Adipati Soeryo menaikkan sekali lagi. Kali ini 15 Gulden. "Soer…! Apa kau benar-benar kepincut dengan Guci itu?" tanya Raden Mas Adiwangsa. Melirik heran sahabatnya. "Kepalang tanggung! Kau diam saja Di…!" dengus Raden Adipati Soeryo. "160 Gulden…!" Tak menyerah, Bupati Banyuwangi menaikkan lagi tawarannya. "Ehhh… Tak mau kalah!" dengus Raden Adipati Soeryo. "Wahhh…. Semakin seru! Tawaran terbaru dari Bupati Banyuwangi, mencapai angka 160 Gulden!" Hong Shiu, kembali mengumumkan untuk meramaikan suasana. "Apakah ini akan menjadi angka terakhir untuk Guci antik peninggalan dinasti Tang nan indah, jatuh ketangan Tuan Bupati Banyuwangi?" tanya Hong Shiu. Sembari menatap bergantian sosok Bupati Tuban dan Bupati Gresik yang dari awal menjadi lawan perburuan Guci antik dalam lelang sedang berlangsung. "165 Gulden…!" Sempat berkembang hening pasca Hong Shiu melempar kalimat pancingan, suasana ruang lekas kembali semarak saat Bupati Gresik, menaikkan harga sekali lagi. "Wahh… Wahhh… Para pembesar ini tampak cukup antusias!" gumam salah satu pelajar HBS Indo. Mengomentari bagaimana Lelang sesi pertama yang juga masih barang pertama, sudah berjalan begitu menarik. "Mau bagaimana lagi, mereka punya banyak uang!" tanggap kawan disebelah kebetulan mendengar komentar. "Selain uang, prestis tentunya juga mempengaruhi!" "170 Gulden!" Menyela percakapan, suara Bupati Banyuwangi terdengar sekali lagi menaikkan tawaran. Membuat Guci antik yang dibuka pada harga 100 Gulden, kini mencapai 170 Gulden. "Hei Soer…! Itu sudah terlalu mahal! Menyerah saja! Toh Masih barang pertama!" ucap Raden Mas Adiwangsa. Memberi saran saat melihat wajah Raden Adipati Soeryo, tampak memerah seperti tak mau kalah. "Sudah kubilang, kau diam saja Di…!" celetuk Raden Adipati Soeryo. Jelas masih belum menyerah. Sempat berfikir keras bimbang. Wajah Raden Adipati Soeryo berkembang semakin memerah saat Hong Shiu, mulai menghitung karena Bupati Gresik, tampak sudah menyerah. Tak lagi coba menaikkan tawaran tepat ketika itu sudah menyentuh 170 Gulden. "Satu ketukan pertama….!" "Satu ketukan kedua….!" Menggunakan palu kecil yang sudah disediakan, Hong Shiu menghitung sembari memukul meja lelang. Tentu, ia juga terus menatap Raden Adipati Soeryo dengan pandangan penuh maksud. Pandangan yang membuat Bupati Tuban tersebut, semakin panas hatinya. "Perlu saya ingatkan, jika sampai ketukan ketiga tak ada menaikkan tawaran, maka Guci ini…." "200 Gulden….!" Baru hendak memberi dorongan terakhir pada Raden Adipati Soeryo, Hong Shiu bahkan belum sempat menyelesaikan kalimat saat suara targetnya, lekas terdengar. Bupati Tuban, benar-benar cukup mudah dipancing untuk kini melempar tawaran beberapa kali lipat. 30 Gulden sekaligus. "Wahhhh….!!!" Tawaran Raden Adipati Soeryo, bersambut sorak ramai kalangan luas. Tiap yang hadir mengikuti pesta, menatap antusias kearahnya. Tatapan yang membuat wajah Raden Adipati Soeryo sempat merah padam, kini berkembang penuh kebanggaan. "Kau sudah tak waras Soer! Cuma Guci pajangan, sampai keluar 200 Gulden!" tanggap Raden Mas Adiwangsa, tak habis pikir dengan laku sahabatnya tersebut. "Wahhh… Tuan Bupati Tuban sangat kaya ya Ayahanda!" Kirana, ikut melayangkan komentar. Polos menatap kagum Raden Adipati Soeryo. "Tentu…! Calon Mertuamu ini sangat kaya!" tanggap Raden Adipati Soeryo. Bersambut tatapan Raden Adipati Cahyo, Sang Putra, kembali penuh kebanggaan menyasar Kirana. Sekali lagi membuat anak gadis Raden Mas Adiwangsa tersebut tak nyaman. Lekas menundukkan wajah. "200 Gulden…! Luar biasa Tuan Bupati Tuban!" ucap Hong Shiu. Menatap kearah Bupati Banyuwangi. Menyadari itu akan menjadi harga terakhir Guci antik item lelang pertama saat melihat bagaimana ekpsresi menyerah tampil jelas pada wajah pesaing Raden Adipati Soeryo tersebut. "Ketukan Pertama…!" "Ketukan kedua….!" "Ketukan Ketiga….!" "Resmi…! Barang Lelang pertama, Guci antik peninggalan dinasti Tang, menjadi milik Tuan Bupati Tuban….!" Bersama tiga kali ketukan palu, Hong Shiu mengumumkan sosok pertama memenangkan barang Lelang pembuka. Tepuk tangan meriah, lekas gemuruh mengikuti awalan dibuat oleh Hong Shiu. Untuk kesekian kalinya, menampilkan keahlian dalam membawa suasana meriah. Sementara itu, pada sudut tertentu ruang, Hong Kui, Sang Tuan Rumah yang sedari awal mengikuti bagaimana Lelang berlangsung, tak henti memasang senyum lebar. Merasa baru mendapat keuntungan cukup besar. Guci antik sebelumnya ia dapat dari salah satu kolega, dibeli dengan harga awal 105 Gulden, nyatanya berhasil dijual dengan keuntungan hampir 100% dari modal awal. "Aiihhhh…. Sangat mendapat berkat dari dewa! 95 Gulden datang dengan cukup mudah!" gumam Hong Kui. Seraya melirik kearah lain. Meja utama paling megah dimana Willem bersama para Totok Belanda lain sedang duduk tenang. Tampak masih belum cukup berminat dengan barang lelang pertama baru ditampilkan. "Hei… Kirim beberapa hidangan tambahan untuk meja Tuan Willem!" ucap Hong Kui kemudian. Memberi perintah pada satu pegawai kebetulan lewat disebelahnya. "Baik Tuan…" Tanpa mempertanyakan apapun, Sang Pegawai lekas pergi menjalankan intruksi Juragannya. "Kau hanya ingin melihat-lihat atau apa? Kenapa tak ikut menawar?" Dimeja Willem sendiri, Belinda yang terlihat terus menampilkan wajah bosan, melempar pertanyaan. "Aku sudah punya banyak yang seperti itu menjadi pajangan diruang kerja!" balas Willem, dengan raut wajah acuh. "Tambah lagi memang kenapa?" tanya Belinda. Bertahan mengejar. "Sekedar meramaikan suasana! Aku cukup bosan!" lanjutnya. "Hmmm… Aldert…! Guci semacam itu, ada berapa?" tanya Willem. Malas menanggapi untuk melempar kepada Aldert. "Dengan lima tambahan anda beli dari Saudagar Tionghoa berlabuh di pelabuhan pekan lalu, maka total ada 15 Tuan…" balas Aldert. Kalimat Aldert, lekas membuat Belinda tak lagi punya alasan untuk terus mengejar. Berkembang cemberut. Sementara itu, Laurens Both, Putra Assisten Resident Kota Gresik yang juga berada dimeja sama, sedari tadi terlihat terus memperhatikan sosok Belinda. Selain tatapan kurang bersahabat kepada Willem, Laurens menampilkan jenis tatapan lain untuk sahabat Willem ini. Tatapan penuh minat, jelas terpikat kecantikan Putri Asisten Resident Kota Madiun tersebut. Belinda sendiri tampak tak menyadari bagaimana dari tadi Laurens menatap kearahnya. Perhatian gadis ini, tercurah hanya untuk mengamati Willem. "Kita lanjutkan untuk barang lelang kedua sesi pertama ini….!" Diatas panggung, Hong Shiu yang melihat Guci antik telah diturunkan untuk nantinya dikemas menjadi milik Raden Adipati Soeryo, lekas memberi tanda pada pekerja panggung menaikkan barang lelang kedua. Sama seperti sebelumnya, barang lelang kedua, dibawa naik dengan berselimut penutup kain hitam. Membedakan cuma jika barang lelang pertama yang merupakan Guci antik perlu diangkat oleh dua orang, kali ini sekedar satu pekerja membawa diatas sebuah nampan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD