Melihat ekspresi Vania selama makan, aku bisa merasakan kalau perempuan itu tengah menghindar dari tatapanku. Aku yang seharusnya marah dan kecewa terhadapnya perihal apa yang dilakukannya dulu, kenapa malah tampak sebaliknya? Vania pernah menangis, memohon padaku agar kalau dia tidak terima diputuskan. Dia berkata tidak ada hubungan apa pun dengan seorang lelaki yang bernama Rafli itu. Hanya saja, aku tak mempercayainya. Aku lebih percaya pada Dilla yang sejak kami kecil, dia tidak pernah berbohong. Apalagi, Dilla tahu persis bagaimana aku begitu mencintai Vania. Hingga Dilla dan Seruni pergi setelah mendapati muka tak bersahabat dariku, aku masih duduk di bangku restoran dengan gelisah. Kedua tanganku mengepal karena Vania tidak kunjung kembali masuk. Dengan siapa perempuan itu berbic