Seminggu kemudian, usai terbang dan kembali ke Jakarta, Rayyan yang mengajakku untuk makan malam bersama. Aku mengiyakan ajakan lelaki itu asal Dilla ikut bersama kami. Entahlah, aku rasanya tak ingin menikmati makan di luar jika sedang berada di Jakarta, tanpa Dilla yang ikut serta. Kasihan jika dia hanya menghabiskan waktunya di area apartemen saja. Dilla kadang katanya jalan-jalan pagi di sekitar apartemen jika tidak sedang lemas, biar tidak bosan di apartemen saja. Akan tetapi, dia tidak mau menggunakan mobilku ke mana-mana padahal aku sudah meninggalkan kunci padanya ketika aku sedang terbang. Katanya, dia bingung ingin ke mana jika sendirian. Dilla bilang bahwa tak punya teman. Mungkin punya, hanya saja tidak ada yang benar-benar dekat seperti seorang sahabat. Dilla hanya akan kelu