”Hey, apakah ada yang melihat istriku,” celetuk Ivan tiba-tiba yang masih menunggu istrinya.
Lagi-lagi Rangga tersedak, Aira istri Ivan yang begitu menggairrahkan mungkin masih terlelap dikamar Lik Marni, setelah kelelahan bertempur dengannya.
“Tadi sih jalan-jalan denganku ke belakang cottage, dan mungkin dia sedang kelelahan di kamar, karena kami berjalan terlalu jauh,” jawab Rangga sesantai mungkin takut mengundang kecurigaan teman-temannya, dan untunglah Ivan tak ambil pusing lalu mengunyah makanannya.
* * *
Seusai makan Ivan mengeluarkan rokoknya, lalu berjalan kearah tepian kolam renang, ”Kapan kita akan memulai permainan ini?,,” ucapnya kepada para lelaki yang berkumpul.
“Hey,,hey,,hey,,,apakah kamu tidak sadar jika pesta sudah lama dimulai, bahkan istrimulah yang telah menjadi hidangan pembuka,” mendengar paparan Pak Wisnu, Ivan dan Niko serentak melotot.
“Assem,,, pantes dari tadi aku nyari istriku ga ketemu. Ni orang pake ga ngaku lagi kalo udah make bini orang,” Rangga hanya tersenyum cengengesan.
“Gimana,, mantap ga servis bini ku,” tanya Ivan dengan santai.
“Sialan ni orang, cuek bener istrinya digagahin orang,” hati Rangga jelas heran dengan respon Ivan. Tapi masa bodohlah, yang jelas dirinya telah berhasil menjajal keindahan tubuh montok itu, dan membuat ibu muda itu kembali menagih untuk dipuaskan.
“Apa rencana kita malam ini,” tanya Ivan sambil menatap Niko dan dan Rangga.
“Terserah, tapi yang pasti aku telah memiliki janji dengan Bu Sonya, hehe,,” jawab Niko sambil menghembuskan asap rokok dari bibirnya yang tersenyum simpul.
Pak Wisnu yang asik dengan Handphone nya langsung melotot ke arah Niko, meski sadar permainan must go on, namun tetap saja terasa berat untuk melepas tubuh wanita yang telah menemani hidupnya selama bertahun-tahun, untuk disantap para srigala m***m.
“Bolehkan Pak Wisnu?,”
“Terserah kalian lah, tapi ingat tidak ada pemaksaan, pengeoroyokan dan kekerasan,” kata-kata Pak Wisnu begitu tegas, setidaknya dengan cara itu dirinya dapat sedikit memastikan wanitanya dalam keadaan lebih baik.
“Mungkin untuk syarat yang lain, aku dapat memenuhi, tapi untuk kekerasan sepertinya tidak mungkin, karena bagaimana tombakku dapat menghujam membelah tubuhnya jika dalam keadaan loyo,” kelakar Niko sontak membuat semua yang ada disitu tertawa, begitu juga dengan Pak Wisnu yang hanya bisa tersenyum masam.
“Weeehhh,, rame bener nih, ada apa,” sura lembut itu, siapa lagi jika bukan milik Zahra.
Seketika tawa mereda, masing-masing berusaha menyembunyikan rahasia, jika para wanita mengetahui sebelum permainan berjalan panas, maka semuanya akan menjadi lebih sulit.
“Tidak ada yang spesial, hanya membicarakan pembagian jabatan dikantor,” jawab Pak Wisnu cepat, meski diucapkan dengan santai dari bicaranya lelaki paruh baya itu ingin mengukuhkan kuasanya dalam kelompok itu kepada Zahra.
Gadis itu mendekati bangku Rangga yang memang duduk didekat suaminya. Dari jarak sedekat ini pesona Zahra seakan begitu nyata, ditambah dengan kaos tidur yang melekat sedikit lebih ketat dibandingkan baju yang biasa digunakannya.
Kini Zahra berdiri tepat di depannya, berbicara dengan suaminya, entah apa yang dibicarakan Rangga tidak terlalu peduli karena posisinya yang tengah duduk membuat wajahnya berhadapan langsung dengan panttat membulat yang terangkat, layaknya panttat bebek yang memiliki kaki yang langsing.
“Ternyata berani juga Zahra memakai celana seketat ini,” gumam Rangga.
“Arrrgghh,,, sialan,” ulah Niko yang memeluk pinggul Zahra dan memberikan sedikit remasan nakal, seakan sebuah tantangan dari Niko untuk menaklukan Zahra bersama tubuh indahnya.
Tampak Zahra sedikit berkelit, jelas dirinya malu jika diperlakukan seperti itu di depan umum, walau itu oleh suaminya sendiri. Zahra menoleh ke belakang dan mendapati Rangga masih duduk di kursinya berhadapan tepat dengan panttatnya yang tengah diremas Niko. wajah Zahra terlihat tak nyaman dan menahan malu oleh ulah suaminya.
“Ok,,, aku pamit dulu, ada yang harus ku kerjakan,” ucap Rangga sambil menggerutu melihat ulah Niko.
***
Bersambung....