Prolog

262 Words
Kiran anak kelas 11 Ips 2 terlihat sedang menatap seseorang dari kejauhan. Gadis itu tersenyum tatkala melihat cowok yang dipandanginya itu tengah serius membaca sebuah buku, ah lebih tepatnya sebuah n****+, sambil bersandar di sebuah pohon. Terlihat sekali cowok itu begitu tidak peduli pada suara berisik di sekitarnyaseolah punya dunianya sendiri. Tak berapa lama bel berbunyi. Pertanda waktu istirahat telah habis cowok itu menutup buku setelah memberi bookmark pada halaman buku yang dibacanya sebagai tanda. Lalu cowok itu berdiri matanya yang hitam tajam itu langsung menatap Kiran dingin. Kiran tergagap, ia kira dirinya tidak akan ketahuan oleh cowok itu namun dugaannya salah. Cowok itu terus menerus menatapnya dengan senyum gugup Kiran langsung saja berlari kecil meninggalkan taman menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Dengan degup jantung yang berdetak tidak karuan Kiran sampai di kelasnya. Ia langsung saja mengambil air putih di dalam tempat minum milik Ratih teman semejanya. Ratih hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya itu. “Kerjaan lo yah dari dulu gak pernah berubah. Sampe kapan si lo perhatiindia mulu?" Ratih berujar sebal. Kiran hanya mengembungkan pipinya. Dengan napas berat, Kiran duduk di kursi sebelah Ratih. Ia lalu menelungkupkan wajahnya berlandaskan kedua lengannya. Pikirannya pun mengelana, sebenarnya ia tidak tahu kenapa dirinya lebih menyukai memperhatikan cowok itu, ia takut kalau dirinya benar-benar mendekati cowok itu. Kemungkinan besar cowok itu ilfeel terhadapnya dan dia tidak mau kalau sampai semua itu terjadi. Lebih baik seperti ini kan? Memperhatikan dari jauh, memperkecil kemungkinan cowok itu mengetahuinya juga. Namun sepertinya sekarang dia harus lebih hati-hati lagi, agar kejadian seperti ini tidak terulang dikemudian hari.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD