Sudah hampir tiga hari mereka berlayar, sudah tiga hari pula Flynn menjadi awak kapal bajak laut meski hanya sebagai pembantu kapal. Pekerjaan nelayan yang sebelumnya dia geluti cukup memberikan manfaat baginya sekarang, Flynn bisa menjaga kapal meski harus bersusah payah sebab kapal bajak laut ini ukurannya lebih besar dari kapal penangkap ikan biasa.
"Hei, kau yang sekarang bertugas menjaga kapal, aku akan pergi bersama kapten untuk mencari bahan makanan." Kwon mengulurkan pisau dagingnya untuk menunjuk Flynn yang tampak pulas tertidur.
"Flynn!"
"Haah!" Pria bernama Flynn itu tersadar dari mimpi buruknya.
"Sudah kubilang ini bukan waktunya untuk tidur!"
Flynn mengucak mata sebelah kanan lalu bangkit dari posisi duduk bersandar di tumpukan tong besar berisi air. Dia masih belum terbiasa dengan pekerjaan barunya. Flynn bahkan bermimpi buruk sebab terus-menerus berada di kapal besar dan menyeramkan baginya.
"Baiklah, aku akan menjaga kapal," ucap Flynn sambil melangkah menuju ke luar kapal, lalu melihat ke arah lautan, memastikan apakah ada badai yang menyerang mereka, dan faktanya tidak ada. Ternyata apa yang terjadi barusan hanya lah mimpi buruk dalam tidurnya.
Kapten Jombs bersama kedua viking serta juru masak sudah turun dari kapal dan melangkah masuk ke hutan di pulau itu. Flynn sendirian sekarang, tapi tidak, dia hampir lupa jika robot luar angkasa itu ada bersamanya.
"Semua ini sebab kau." Flynn menggunakan jari telunjuknya untuk memarahi robot yang tidak aktif itu.
"Jika kau tidak menarik perhatianku, aku tidak akan tiba di sini." Embusan napas keluar dari lubang hidung dan mulut Flynn, selanjutnya pria itu berkacak pinggang dan berpikir.
"Bagaimana caranya aku lari dari sini …?"
Kemudian, Flynn merasakan kapalnya bergetar, hampir saja pria itu jungkir balik sebab terkejut. Semakin lama getaran itu berubah menjadi guncangan, Flynn merambat ke pinggir kapal untuk melihat benda apa yang menyenggol kapalnya. Ketika menjulurkan kepala dan melihat ke bawah, air laut itu tampak tenang, dan kapal tidak berguncang lagi.
Flynn bergeming dengan waspada. Kuda-kuda kaki dan tangannya siap siaga. Kedua bola matanya pun membentuk sorot tajam ke segala arah.
Kemudian …
Suuf!
Makhluk kecil terbang dengan sangat cepat dari bawah air, menuju ke arah wajah Flynn yang menatap ke bawah, membuat pria itu terlonjak dan terhempas di lantai kapal.
"Hah!"
Flynn terkejut, melihat makhluk mungil beterbangan di sekitarnya.
Para peri itu membuat formasi masing-masing untuk mengikat pergerakan Flynn, sedangkan Flynn diam saja dengan benak yang masih mencerna makhluk apa itu. Dia tidak menyangka jika makhluk seperti peri itu benar-benar ada.
"Lin, cepat!" seru salah satu peri yang memegang tali.
Dengan kecepatan terbangnya, Lin Lin menarik ujung tali tambang yang diangkat bersama-sama oleh kaumnya, lalu memutarkan nya di tubuh Flynn, membuat pria itu terikat dalam sekejap.
"Hei, makhluk apa kalian? Kenapa aku diikat?" protes Flynn.
"Kenapa mudah sekali untuk menaklukkannya, aku tidak yakin jika dia bagian dari bajak laut?" ucap Flora, sesosok peri tanaman yang tadi menggerakkan rumput laut di bawah air untuk membuat Kapal Jhones berguncang.
"Kita tidak boleh meremehkannya," kata Esther. Dia adalah peri air yang juga berperan dalam membuat getaran pada kapal besar itu.
"Benar, manusia adalah makhluk yang licik, apalagi jika mereka seorang bajak laut," tambah Lin Lin.
Sementara Flynn sedang berusaha untuk melepaskan tali yang mengikat tubuhnya, para peri itu menggeledah Kapal Jhones.
"Hei, kalian tidak boleh masuk tanpa izin dariku," ucap Flynn ketika melihat cahaya kuning itu masuk ke dalam kapal.
"Hati-hati, ada satu makhluk lagi di kapal ini," kata Foresta, menghentikan rombongan peri yang ingin masuk ke dalam.
Mereka melihat Rhob yang duduk di dalam kapal, dan sayang sekali karena mereka tidak tahu jika robot itu dalam mode tidak aktif, dan akan aktif dengan serbuk peri yang berjatuhan dari kulit mereka. Para peri itu sudah siap untuk menyerang.
"Serang!"
Dengan cara yang sama, para peri itu menggunakan tali tambang untuk mengikat Rhob. Sama seperti Flynn, Rhob tidak melakukan perlawanan. Para peri itu bingung sebab Rhob tidak bergerak seperti Flynn, dan malah mengeluarkan cahaya.
Flynn berhasil terlepas dari tali yang mengikat tubuhnya sebab pisau kecil yang selalu dia bawa di saku. Pria itu melangkah, sedikit berlari untuk mencegah para peri mencuri robot luar angkasa yang sudah menjadi incarannya sejak tiga hari yang lalu.
"Stop! Kalian tidak akan bisa mencuri Rhob dariku!"
Flynn meluncur, membuat para peri yang terbang di antara Rhob menghindar, memberikan jalan pada Flynn sehingga saat ini pria itu memeluk Rhob yang mulai aktif.
"Apa yang terjadi?"
Tampak cahaya yang keluar dari tubuh Rhob semakin terang dan menyala. Robot luar angkasa itu pun perlahan membuka mata, lalu mengeluarkan tangan dan kaki. Dia melihat Flynn yang memeluknya, lalu sedetik kemudian dia mendengar Flynn berteriak dan menjauh ketakutan.
"Hwaa!"
"Tuan," ucap Rhob, khas dengan suara robot dari dalam mulutnya.
Para peri itu tidak diam saja. Mereka kembali membuat formasi untuk mengikat pergerakan Flynn dan Rhob. Mereka membuat Flynn melayang di udara, dengan mudah peri-peri itu membuat Flynn gusar tak bisa melawan.
"Hei, whoo! Apa yang terjadi, tubuhku melayang."
Rhob pun mengalami hal yang sama dengan Flynn, membuat robot itu mendeteksi sinyal bahaya. Dia memasukkan tangan dan kakinya ke dalam tubuh, lalu cahaya yang sangat terang diikuti dengan sengatan listrik membuat para peri itu menjauh dan mengalihkan tatapan. Mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi.
Ketika cahaya itu hilang, mereka tidak mendapati Flynn di dalam kapal.
"Hei, ke mana perginya pria itu?"
"Wohooo, wooow, tolong aku!" teriak Flynn.
"Hah?" Para peri itu kebingungan, dari mana Flynn mendapatkan benda itu.
Tampak Flynn yang melayang di awan, kedua tangan dan kakinya memeluk sebuah hoverboard yang terbang membawanya. Karena tidak mampu untuk mengendalikan hoverboard itu, membuat tubuh Flynn terombang-ambing dengan kedua tangan bergelantungan di sisi hoverboard.
"Tidak, tidak, woow!" Hoverboard itu mengarah tajam ke laut, membuat Flynn reflek menggerakkannya agar kembali naik ke atas.
"Wohoo!" Pria itu berteriak dengan gelak tawa, merasakan pengalaman ekstrim yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
"Cepat, hentikan dia!" titah Flora kepada para kaumnya.
"Ayo, Tuan, kalahkan mereka!" Rhob bersorak dengan kedua tangan melambai ke atas, membuat sebagian peri yang masih berada di kapal menoleh ke arahnya.
Segera Rhob memasukkan kembali tangan dan kakinya ke dalam tubuh, bersembunyi dari para peri yang sudah terdeteksi oleh sistemnya bahwa mereka sekumpulan makhluk yang jahat dan harus dikalahkan. Ternyata hoverboard itu berasal dari Rhob. Dia memberikan senjata dan kekuatan pada Flynn untuk melawan para peri yang telah menyerang mereka.
"Wow! Wow! Wow! Awas!" Hoverboard itu bergerak naik turun di udara seperti gelombang longitudinal, membuat tubuh Flynn mengikuti arah getaran dan rambatannya.
Ternyata pergerakan yang dibuat hoverboard itu menguntungkan bagi Flynn. Dia menghindari air dan rumput laut yang dikendalikan para peri itu untuk menangkap mereka.
"Wow," kata Flynn kagum. "Kerja bagus Flynn Board, hahaha." Dia tergelak setelah memberi nama hoverboard barunya.
Esther, peri air itu menarik air laut, membuat dinding untuk menghalangi jalan Flynn. Dia dibantu oleh Lin Lin yang menggunakan kekuatan udaranya untuk mendorong Flynn agar pria itu tak sempat menghindar. Mereka berhasil, Flynn dan Flynn Board terjebak di dalam air dan pada akhirnya tenggelam.
Blubuk blubuk blubuk.
Flynn terbawa arus air laut sebelum akhirnya mengontrol tubuh untuk berenang. Dia tidak menemukan Flynn Board di dalam air, tetapi dia melihat sabuk di pinggang yang tadi diberikan Rhob berubah warna dan motif. Kemudian, Flynn terkejut ketika sebuah ski air membawanya naik ke atas permukaan laut.
Mulanya para peri lega karena Flynn berhasil ditaklukkan. Mereka sudah hendak kembali ke kapal untuk membawa Rhob. Namun, suara Flynn yang kembali terdengar membuat mereka memusatkan perhatian.
"Tidak semudah itu para makhluk kecil." Flynn bersama ski airnya meluncur untuk menangkap para peri di sana.
"Hah!"
"Dapat." Flynn berhasil menangkap Lin Lin di tangannya.
"Lin Lin!"
"Esther, tahan dia!" titah Flora.
Esther kembali membuat dinding air, tetapi sayang, kali ini Flynn bisa melewatinya dengan ski air. Bahkan tidak disangka, ternyata Flynn juga dapat mengendalikan air seperti Esther.
"Tidak, Esther."
"Hah!"
Flynn mengarahkan air pada Esther, membuat peri itu basah dan akhirnya tidak bisa terbang. Hampir saja Esther tercebur ke dalam air. Beruntung peri lainnya berhasil menangkap Esther dan membawanya sebelum air laut bergejolak.
Lin Lin berusaha keluar dari genggaman Flynn, tetapi tidak bisa sebab cengkraman pria itu sangat kuat. Para peri yang berusaha untuk menyelamatkan Lin Lin pun terpaksa mundur sebab bola-bola air yang Flynn buat. Tentu mereka tidak boleh basah jika ingin tetap terbang.
"Mundur!" Flora memberikan perintah pada kaumnya untuk mundur, sedangkan sebagian peri yang lain sudah membawa Esther kembali ke perkemahan peri.
"Hei, nona-nona kecil, kalian tidak ingin bermain lagi? Apa kalian tidak ingin menyelamatkan teman kalian!" Flynn berteriak seraya menyodorkan genggaman tangannya yang berisi Peri Lin Lin.