kisah -kisah kematian

kisah -kisah kematian

book_age18+
1
FOLLOW
1K
READ
scary
like
intro-logo
Blurb

"Malam Kematian" akan mengguncang imajinasimu dan menghantui pikiranmu. Dalam setiap halaman, kamu akan merasakan ketegangan yang memuncak, ketakutan yang membelenggu, dan misteri yang menghantui.Apakah kamu siap untuk memasuki dunia gelap kematian? Dapatkan "Malam Kematian" sekarang dan temukan apa yang tersembunyi di balik tabir kehidupan dan kematian.

chap-preview
Free preview
Terpotong (Teke-teke)
Terpotong Nakami meneguk ludahnya kasar. Sekali lagi, ia mengucek matanya. Ia yakin bahwa tadi ada sosok wanita berseragam sekolah di semak-semak. Ia bernafas lega, mungkin efek dari ia meminum alkohol, meskipun sedikit. Kepalanya pusing karena ia sibuk memikirkan rumahnya yang terletak di seberang rel kereta api, terpencil, dan hanya memiliki dua tetangga yang jarang ada di rumah. Sebenarnya, ia ingin rumah yang dekat dengan tempat kerja, tapi rumah di samping rel memang murah, meskipun sedikit bising karena kereta yang sering melalui jalannya. Klek...klek... Nakami merasakan tubuhnya mendingin. Suara itu kembali muncul seperti suara tengkorak yang dipatahkan. Ia samar-samar mendengar suara tawa wanita. "Aku tidak...takut!" teriaknya memberanikan diri. Setelah menutup pintu, ia mengintip dari jendela. Sosok wanita berseagam sekolah itu kembali terlihat di balik pohon besar di depan rumah. Ia seperti sedang berjongkok dan menyembunyikan wajah pucatnya dengan rambut yang menjuntai. Ia tersenyum dengan deretan gigi menyeringai ke arah Nakami. "Sial, dia melihatku," umpatnya sambil menutup kasar gorden rumahnya. Nakami mencoba tenang sambil menonton televisi dan menyantap mie instan yang sempat ia beli di minimarket tadi. "Ada orang di dalam, tolong... di sini dingin," ucap suara parau wanita yang entah siapa. Nakami melirik pintu tidak enak. Apakah sosok di luar wanita tadi yang mencoba mengganggunya? "Maaf, aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk," teriak Nakami. "Jika tidak pergi, aku akan menelepon polisi." "Tolong... sebentar lagi akan turun hujan. Tolong buka pintunya dan pinjamkan aku payung," ucap sosok itu tertawa di akhir ucapannya. Nakami mengigit bibirnya gelisah. Badannya merinding, sementara suara pintu dipukul keras. Lelaki bertubuh jangkung itu mengambil sebilah pisau dan mengunci dirinya di dalam kamar. Ia juga menelepon polisi. "Iya... tolong katakan di mana kamu berada dan apa yang terjadi?" "Tolonglah, ada orang gila di rumahku! Aku ada di Jalan Sakura, rumah tengah di seberang rel kereta api..." Braak... suara pintu telah terbuka sepenuhnya dan pada saat itu pula panggilan Nakami terputus. Dengan sebilah pisau di tangan, ia berharap bisa melindungi dirinya sampai polisi datang. "Aku mendengar suara nafasmu... Kamu ketakutan?" tanya wanita itu. Kini suaranya terdengar seolah posisinya berada di depan pintu kamar. "Aku tidak meminta tempat berteduh atau payung lagi... Aku bisa berlari cepat jika hujan, asalkan aku memiliki kakimu. Sepertinya itu kuat!" ucap sosok itu tertawa di akhir ucapannya. "Pergilah, orang gila!" Beberapa menit kemudian, tawa wanita itu tak terdengar lagi. Bahkan Nakami sudah tertidur dengan posisi memeluk lutunya dan sebilah pisau itu berada di sisinya. Sosok itu mengucek matanya dan melihat jam dinding yang menunjukkan tengah malam. Ia merasa sosok di depan sana mungkin saja sudah pergi dengan tubuh gemetar dan keringat yang membanjiri tubuh Nakami. Ia memberanikan diri untuk membuka pintu kamar.edit yang ini juga . Benda-benda berserakan di lantai, dan jejak darah yang terseret membuat lelaki ini menutup hidungnya dengan tangan, “aromanya busuk sekali.” “kamu sudah bangun ya? Kamu mimpi indah?” Mata Nakami terbelalak tubuhnya seolah tak bisa bergerak, di hadapannya mahluk seram dengan tubuh terpotong sebatas pinggang tanpa kaki dengan jejak darah yang selalu menyertainya ketika ia menyeret tubuhnya dengan tangan. Gadis dengan tubuh terpotong itu mengangkat sabit di tangan,” aku ingin kaki mu!” Crass… Darah berceceran membasahi lantai dengan tubuh nakami yang tak bernyawa, wanita itu tertawa puas kemudian membawa pergi potongan kaki Nakami. *** “kita terlambat lagi, “ ucap wanita berseragam polisi. Sosok polisi di sampingnya meneliti darah yang keluar dari rumahnya menuju rel, “darahnya berhenti di sana dan tidak terlihat lagi, kenapa tempat ini tidak ada di GPS.” “entahlah tapi sudah tiga kali orang di sini meninggal tak wajar dengan tubuh terpotong, apa ini ulah teke-teke. Wanita yang tubuhnya terpotong karna tertabrak rel kereta dan sekarang dia mencari ganti kakinya.” “sudahlah kau ini terlalu percaya tahayul.” *** Gadis berambut panjang itu memasukan tangan kedalam saku jaketnya cuaca dingin tak membuatnya menyerah untuk segera sampai ke rumah jika bukan karna kelas tambahan ia tak akan sudi berjalan sendirian di waktu senja seperti ini. “hiks…hiks…hiks” Gadis itu menoleh dan mendapati seorang lelaki di balik pohon besar yang berdekatan dengan danau, sepertinya ia sedang duduk di sana. “ada apa pak kenapa kau menangis?” “tolong bantu aku mencari kaki ku, atau berikan saja kaki mu.” Benda-benda berserakan di lantai, dan jejak darah

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
31.0K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
9.0K
bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
6.8K
bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
36.9K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
4.0K
bc

Desahan Sang Biduan

read
40.0K
bc

Benih Cinta Sang CEO 2

read
19.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook