"ZEL, ucapan gue kemarin jangan lo ambil hati ya?" ujar Vean lirih, menatap Rezel yang baru saja turun dari motornya. Sekarang, posisi mereka sedang berada di parkiran sekolah. Vean meletakkan helm di spion motornya, ia menunggu respons Rezel dengan cemas. Vean merapatkan bibirnya, ia terus memandang ke arah Rezel dengan tatapan teduh. Ia tidak tahu kenapa mulutnya bisa berbicara asal seperti kemarin saat ia dan Rezel berada di bawah pohon untuk rehat sejenak sebelum melanjutkan bersepeda santai. Setelah itu, Rezel langsung memintanya pulang. Sepanjang perjalanan pulang mereka dilingkupi oleh keheningan yang begitu kental. Canggung, sudah pasti. Dan Vean merasa bodoh sudah berkata seperti itu, seharusnya ia bisa menjaga diri. Setelah sampai di rumah pun, Rezel langsung turun dari seped