DI ATAS kasur kamarnya, Vean menatap kosong ke depan, kepala dan punggung lebarnya ia sandarkan di kepala ranjang. Vean menghirup udara panjang, pikiran yang bingung sudah menguasai dirinya. Perkataan Vigo jelas mengusiknya, membuat Vean berpikir lebih keras lagi. Vean tahu dan kenal Bunga itu siapa, saat cewek itu dinyatakan meninggal dunia juga Vean sekadar tahu, tapi ia tidak mengerti jika rupanya Bunga meninggal dengan cara tragis, bunuh diri dengan alasan Rezel sebagai penyebabnya. Bagaimana bisa Vean berpikir dengan tenang? Rezel ada kaitannya dengan kematian Bunga, orang yang sampai saat ini masih dicintai adiknya. Tapi entah kenapa Vean tidak begitu yakin soal itu, tidak mungkin Rezel terlibat di dalamnya. Vean harus memastikannya sendiri. Ia pun menegakkan tubuhnya, merangk