Bab 14. Tertunda

1129 Words
Happy Reading. "Kamu cantik, Khanza," ujar Kendrick menatap wajah istrinya. Sungguh dia benar-benar terpesona dengan kecantikan sang istri yang selama ini disembunyikan. Apalagi bentuk tubuh Khanza yang ternyata begitu seksi dan menggoda. Memang Kendrick sudah sering memeluk Khanza saat tidur, dia juga secara tidak langsung bisa tahu seperti apa bentuk tubuh istrinya. Tetapi tentu saja Kendrick baru pertama kali melihat secara langsung bentuk tubuh sang istri yang tentu saja masih tertutup lembaran tipis ditubuhnya. Khanza selama ini sangat menjaga tubuhnya, Kendrick bisa merasakan kulitnya yang halus dan lembut. "Mas, malu!" Khanza menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sungguh dia merasa malu sekali memakai pakaian tipis seperti ini. Kalau saja Kendrick tidak menyuruhnya memakai pakaian dari Mama mertua dan dia juga sudah berjanji, pasti Khanza tidak akan mau memakainya. "Kenapa malu, nggak perlu malu seperti itu, aku kan suamimu," ujar Kendrick menyingkirkan tangan Khanza dari wajah. "Tapi ini terlalu terbuka, mas," lirih Khanza menunduk lagi. Pipinya bersemu merah, sungguh dia menahan diri seperti ini demi suaminya. "Wajar kalau kamu malu, itu artinya memang kamu sangat menjaga aurat, kalau wanita yang sudah terbiasa mengumbar, dia tidak akan malu dihadapan siapapun bahkan dengan keadaan yang tanpa busana," jawab Kendrick. Ya, memang benar, wanita yang baik dan bisa menjaga diri akan terlihat ketika mereka berusaha membuka seluruh pakaiannya dihadapan suami. Bahkan para lelaki bisa mengetahui mana wanita yang terbiasa bersentuhan dengan lawan jenis dan mana yang tidak terbiasa. "Tapi aku merasa seperti wanita nakal mas ...." "Sssttt, kamu kalau berpakaian seperti ini di depan suami itu artinya ibadah, jadi jangan berpikir seperti itu, ya?" Akhirnya Khanza mengangguk. Ya, seharusnya Khanza tahu jika berdandan dan memakai pakaian terbuka seperti ini hanya untuk suaminya termasuk ibadah. Apalagi kalau dia mau meminta terlebih dahulu, pahalanya bisa berlipat ganda. "Jangan nunduk terus donk," ucap Kendrick mengangkat dagu isterinya. Kedua mata mereka saling bertemu, Kendrick menyentuh sisi wajah Khanza dan mengelusnya. Khanza seperti terhipnotis ketampanan wajah sang suami. Kendrick juga benar-benar mengagumi kecantikan alami sang istri. Perlahan Kendrick mendekatkan wajahnya, matanya fokus kepada bibir pink muda Khanza yang merekah. Kendrick mengecup bibir Khanza, menempel lama di sana. Jangan ditanya bagaimana reaksi Khanza, seperti terserang aliran listrik ribuan watt saja. Ribuan kupu-kupu seperti menggelitik perutnya. Ada sesuatu yang berdesir di bawah sana. Sungguh Khanza belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. "Aku suka kalau kamu memakai seperti ini waktu dikamar sama aku, jadi mulai besok, boleh pakai seperti ini lagi," bisik Kendrick. Kembali pria itu mengecup bibir Khanza, kali ini sedikit bermain karena istrinya memberikan akses untuk memasukinya lebih dalam. Kedua manusia itu larut dalam getaran-getaran yang baru saja mereka rasakan. Kendrick tahu jika sepertinya ini adalah pengalaman pertama Khanza berciuman sehingga hal itu membuat Kendrick bangga. Kendrick menggendong Khanza ke atas ranjang, tatapan mereka masih tidak terlepas sama sekali. Sejujurnya Kendrick ingin sekali minta haknya malam ini, tetapi takut jika Khanza menolak, karena Kendrick belum mengetahuinya perasaan istrinya itu untuknya. Sejauh ini Khanza memang sangat baik padanya, dia berperan apik sebagai seorang istri. Kendrick juga tahu jika Khanza menerima pernikahan ini karena terpaksa dan belum ada cinta diantara mereka. Namun, kali ini Kendrick sudah merasakan benih-benih cinta dihatinya untuk sang istri. Istri yang selama beberapa bulan ini selalu ada untuknya disaat-saat yang terpuruk. Istri yang selalu memberikan support kepadanya, istri yang selalu setia dan baik hati dengan kerendahan hatinya. Hati siapa yang tidak luluh jika dihadapkan pada sosok lembut, tegas dan kuat seperti Khanza. Ketulusannya mampu menjebol dinding kekerasan hati Kendrick. Kendrick tidak pernah bosan memandang dan memeluk Khanza ketika tidur. Dia sungguh tidak bisa menahan hasrat jika dihadapkan dengan gadis seimut ini. Sedangkan Khanza sendiri benar-benar merasa gugup setengah mati. "Apakah malam ini saatnya aku memberikan hak ku sebagai istri, tapi apakah aku benar-benar sudah siap?" batin Khanza. Sungguh dia merasa takut jika Kendrick akan meminta haknya, tetapi tentu saja dia akan siap lahir batin. Ketakutan Khanza karena dia tahu jika malam pertama itu katanya sakit. Kendrick mengukung Khanza di antara kedua tangan. Menatap lekat wajah sang istri yang kini sudah nampak merona merah. "Ehmm,,, mas, aku mau ke kamar mandi dulu, soalnya kebelet," tiba-tiba Khanza berucap. Membuat Kendrick menghentikan kegiatannya yang akan mencium Khanza kembali. "Ini aku beneran kebelet," ujar Khanza memelas, karena tiba-tiba dia merasa ingin buang air saking gugupnya. "Baiklah." Kendrick bangkit. Padahal dia tadi sudah On loh, meskipun dia juga sama gugupnya, tapi Kendrick berjanji akan meminta haknya. Khanza langsung berlari ke kamar mandi, Kendrick terkekeh melihat istrinya yang menggemaskan itu. Kendrick berencana akan mengatakan perasaan cintanya pada sang istri malam ini juga, dia akan membuat Khanza juga mencintainya. "Aku sudah jatuh cinta pada istriku, aku mencintaimu Khanza, kalau kamu belum bisa mencintaiku, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku," gumam Kendrick tersenyum. Khanza yang berada di dalam kamar mandi, hatinya berdebar-debar dan dia siap jika Kendrick meninta hak malam ini. Wanita itu bersender di pintu, memegangi dadanya yang berdebar tidak karuan. Khanza sudah jatuh hati terhadap suaminya sejak lama. Tetapi Khanza masih berusaha untuk menggapai cinta sang suami dengan caranya sendiri. Khanza merasa bahagia melihat Kendrick yang sekarang sudah semakin menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya. "Aku siap mas, meskipun kamu belum mencintai ku, tapi aku yakin kalau cinta itu pasti akan datang dengan berjalan seiring waktu." Khanza segera menyelesaikan hajatnya, kemudian dia mengambil sabun khusus area kewanitaan dan menggunakannya. Dia benar-benar harus bersiap diri agar tidak mengecewakan sang suami. Sedangkan di luar kamar. Kendrick masih menunggu istrinya, dia masih berpakaian lengkap, gugup juga menghampirinya. Tiba-tiba ponselnya berdering, Kendrick beranjak dan mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Kendrick melihat Umar yang menelepon, sepertinya ada hal penting hingga membuat orang kepercayaannya itu menelepon di malam hari. "Halo, ada apa?" "Tuan, ada informasi penting." "Oke, aku akan kesana!" Kendrick menutup teleponnya. Pria itu menjadi gusar, dia harus segera pergi malam ini karena panggilan darurat dari Umar, tapi bagaimana dengan Khanza. Kendrick berjalan mondar mandir, menunggu sang istri yang belum keluar juga dari dalam kamar mandi. Setelah beberapa saat akhirnya Khanza membuka pintu kamar mandi. Sepertinya wanita itu sudah mempersiapkan dirinya. Khanza keluar dari dalam kamar mandi dengan tersenyum manis. Kendrick sempat terpana dengan senyum sang istri, tetapi dia harus menunda malam ini. Kendrick harus segera pergi. "Emm, Khanza, tadi Umar menelepon, katanya ada masalah penting dan aku harus segera datang kesana," ujar Kendrick. "Tapi aku janji akan segera pulang setelah masalah itu selesai," lanjutnya cepat. Khanza yang tadi terlihat berbinar langsung meredup, memangnya masalah apa yang membuat Kendrick harus segera datang. "Tapi mas ... !" "Kamu tenang saja, ini bukan masalah besar, pokoknya kamu jangan berpikir yang tidak-tidak ya, aku akan kembali." Kendrick mengecup bibir Khanza sekilas. "Oh ya, jangan keluar dari kamar dengan pakaian seperti ini!" "Iya mas, Khanza juga tahu diri!" sungut wanita itu. Bibirnya mengerucut. Kendrick yang gemas akhirnya mencium bibir itu lagi sambil memagutnya. "Manis, nanti aku minta lebih ya, Assalamualaikum!" "Wa'alaikumsalam!" Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD