04 - Awal dari Neraka Sally

1298 Words
Sepi amat pengunjungnya!  Karena gak tau siapa babangnya ya? Sabar oiii... Happy Reading gaisss!! JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN DI BAB INI. JANGAN BERANI MENCOPAS, MENJUAL CERITA INI DALAM BENTUK APA PUN!! CERITA INI SUDAH BERBADAN HUKUM YANG JELAS, KALIAN BISA DITUNTUT! *****   "Feli, kau ke mana saja? Aku terus menghubungimu, tapi kau seperti hilang ditelan bumi," ucap Sally saat ia bertemu sahabatnya di parkiran kampus mereka. Wajah Feli terlihat tidak baik-baik saja. Kantong mata wanita itu hampir mirip dengan kantong mata yang ditutupi oleh Sally dengan kacamata hitamnya. "Aku sedang stress memikirkan sesuatu," ucap Feli lesu. Sally menatap ekspresi lelah sahabatnya itu dan mencoba mengorek informasi lebih dalam. Biasanya Feli selalu ceria dan blak-blakan dalam berbicara, tapi kali ini ia terlihat sedang memikul beban berat. "Kita harus bicara empat mata, Feli," seru Sally. Sally menyeret lengan Feli menuju tempat rahasia mereka berdua yaitu di atap gedung kampus yang hanya beberapa orang saja yang bisa menaikinya sampai benar-benar ke atap. Mereka berdua memilih untuk bolos di mata kuliah pertama karena bercerita satu sama lain adalah hal yang jauh lebih penting ketimbang menumpuk beban sendirian lagi. "Katakan padaku, apa yang terjadi padamu?" tanya Sally pada Feli. Sally menanti jawaban dari sahabatnya itu. Surai mereka berdua melambai-lambai akibat tiupan angin. Feli menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. "Demi mendapatkan private jet limited edition. Aku menerima tantangan yang diberikan oleh Daddyku untuk menjadi seorang maid." Cerita Feli. "Benar-benar tidak masuk akal," gumam Feli. "WHAT!! MAID? SERIOUSLY?" pekik Sally dan Feli mengangguk malas. "Kenapa kita senasib? WHAT THE f**k!" Sally menjambak rambutnya sendiri frustasi. Feli menatap Sally penuh tanda tanya. "Apa maksudmu?" Sally berhenti berjalan mondar mandir di hadapan Feli dan duduk di samping sahabatnya itu. "Daddy ku juga memberiku misi sialan itu untuk aku lewati. Jika aku menginginkan sebuah pulau beserta fasilitasnya, aku harus menjadi maid di tempat yang tidak aku ketahui nantinya." Cerita Sally pada Feli. Feli melotot. "Hell! Apa mereka semua bersekutu untuk mengerjai kita berdua?" tuding Feli. Sally mengedikkan bahunya. "Uang jajanku pun, mulai minggu ini sudah dikurangi dan kartu kredit limited editionku juga ditarik," keluh Sally. "Hah? Kau serius tentang ini?" kaget Feli. Gadis itu tidak percaya jika Daddy Sally akan melakukan hal sejauh itu pada anak semata wayang kesayangannya. Sally mengangguk. "Daddyku menjadi kejam sekali padaku," "Setiap hari aku diminta untuk mengawasi kinerja semua maid di rumah. Kau tahu, aku bahkan disuruh mempelajarinya. Menjijikan sekali, bukan?" ucap Sally frustasi. Feli menepuk pundak Sally. "Demi meraih apa yang kita inginkan, aku yakin, kita bisa melewati semuanya," kata Feli menyemangati Sally dan dirinya sendiri. "Ya. Aku tidak ingin dipecundangi oleh kedua jalang sialan itu. Bisa-bisanya mereka berdua mengklaim sudah menggeser posisi kita berdua," kata Sally geram. Feli mengangguk antusias. "Tidak ada yang bisa menggeser  Twins Queen di kampus ini," Sally dan Feli ber-high five ria. "Malam ini aku akan mentraktirmu untuk pesta sepuasnya. Sudah lama kita tidak bersenang-senang," ucap Feli girang. "Kau memang sahabat terbaikku, Feli. I love you so much," kata Sally dan mereka berdua terkekeh.   ******   Dua hari lagi adalah waktu di mana neraka bagi Sally akan datang menjemputnya. Gadis itu begitu frustasi ketika Daddy dan Mommynya tidak mengizinkannya membawa semua barang mewah miliknya. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi adalah kedua orangtuanya telah menyiapkan t-shirt biasa yang sering dipakai oleh maid di rumahnya di dalam satu koper. Barang yang jauh dari kata mahal dan branded tentu saja ada di dalam sana. Sally memperhatikan satu per satu, T-shirt, celana jeans, sepatu dan barang-barang lainnya dengan jijik. "What The Hell! Aku tidak mau memakai underwear murahan ini." Sally melemparkan dengan jijik semua pakaian dalam yang ada di dalam koper ke lantai di dalam kamarnya. "Aku bisa mentolerir yang lainnya, tapi tidak dengan underwear sialan ini. Itu semuanya menjijikan. Aku tidak mau memakainya. Daddy, Mommy ku mohon, biarlah aku memakai koleksiku sendiri, Victoria Secret milikku seperti biasanya," rengek Sally pada Peter dan Liza. Pasangan suami istri itu saling memandang satu sama lain dan akhirnya mereka memberikan kelonggaran bagi Sally. Hanya pakaian dalam, tidak dengan barang-barang lainnya. Sally mengembuskan napas lega, setidaknya ia masih bisa bergaya dengan koleksi Victoria Secret miliknya itu. Dia juga tidak habis pikir, kenapa orang tuanya begitu mempersiapkan semua ini untuknya. Sepertinya mereka benar-benar menginginkan kepergian Sally secepatnya.  "Apakah kalian berdua tidak akan merindukan aku?" tanya Sally pada Peter dan Liza. "Kau belum pergi, Sally, lalu untuk apa kami merindukanmu," jawab Liza cepat. Sally berdecak kesal. Ia merasa orang tuanya benar-benar telah berubah padanya. "Iya, benar juga, tapi apakah harus smartphone ku juga kalian ganti dengan ponsel butut ini?" Sally mengangkat ponsel canggih, tapi harganya sangat jauh dibanding dengan ponsel miliknya pribadi. Peter mengelus puncak kepala Sally dengan lembut. "Tentu saja harus kami lakukan. Kau menjalankan misi sebagai seorang maid. Tidak ada maid yang memiliki ponsel mewah. Itu akan sangat mencurigakan diantara teman-temanmu nanti di sana dan juga majikanmu," Ingin rasanya Sally mengumpat kasar kepada kedua orangtuanya, tapi lagi-lagi ia harus menahan diri karena masih bergantung dengan kekayaan Daddy nya. "Tidak perlu mengatakan majikan dengan penekanan seperti itu. Jika tidak karena pulau, aku tidak akan melakukan hal menjijikan seperti ini," gerutu Sally. "Ini keinginanmu sendiri, bukan? Kau harus terima segala konsekuensinya. Tidak ada di dunia ini yang mudah didapatkan tanpa usaha, Sally," ucap Liza. Sally memutar bola matanya malas. "Ya, ya, ya, whatever." Sally membalas ucapan Mommynya.   ******   Hari yang ditunggu Peter dan Liza tiba, tapi hari ini merupakan hari pintu gerbang neraka dibuka untuk menyambut kedatangan Sally untuk masuk ke dalamnya. Sally dan kedua orang tuanya saat ini sedang berada di airport untuk mengantar keberangkatan Sally. Di tangannya sudah lengkap surat-surat untuk ia melakukan penerbangan dan juga di dalam tasnya, terdapat surat-surat kelengkapan untuk mulai bekerja sebagai maid. Ia disalurkan melalui penyaluran resmi. Sally dikirim ke Yunani dan ia sama sekali belum tahu bagaimana dan seperti apa tempat kerjanya. Namun, yang Sally dengar, penyalurnya ini biasa menyalurkan para maid ke orang-orang penting dunia. Sally berdoa di dalam hati, semoga majikannya sebaik Daddy dan Mommynya. Sally berangkat tetap dalam kawalan bodyguard yang dipekerjakan oleh Peter, tapi penjaga itu sama sekali tidak terlihat seperti bodyguard pada umumnya dan Sally pun tidak menyadari kehadirannya. Wanita itu meneteskan air matanya saat berada di bandara. Berjalan sendirian menyeret koper tanpa ditemani kedua orang tuanya atau penjagaan seperti biasa ia pergi keliling dunia untuk liburan. Tidak ada lagi Sally yang dari ujung kaki hingga kepala penuh dengan barang branded. Sally bahkan tidak bisa lagi berselfie-selfie ria di area lounge first class seperti biasanya. Kini ia seperti anak hilang yang harus menikmati fasilitas menengah ke bawah. Duduk merapat dengan beberapa awak penumpang yang lainnya. "Demi Tuhan, aku sudah di neraka saat ini. Menyebalkan sekali menginjakkan kaki ku di kelas ekonomi ini. Ouch, s**t! Ini sangat sialan!" gerutu Sally saat duduk di dalam pesawat. Perjalanan yang hampir memakan waktu hampir empat jam, akhirnya Sally tiba di Bandara Internasional Eleftherios Venizelos. Setibanya di sana, Sally sudah dijemput beberapa orang yang berpakaian hitam seperti bodyguard, tapi bukan suruhan Daddynya, melainkan bodyguard majikannya. Pria itu menunggunya di barisan pintu kedatangan dengan membawa kertas bertuliskan ELLEY JAMES, Inggris. Ya, nama Sally diubah menjadi Elley James, data asli dirahasiakan oleh kedua orang tuanya entah bagaimana pada pihak penyalur tenaga kerja. Kini ia bekerja dengan identitas palsu yang harus dihapalnya baik-baik. Sally mengekor pria itu menuju landasan pacu helikopter. HELIKOPTER? Entahlah, Sally tidak berpikir jika rumah majikannya akan ditempuh dengan helikopter. "Apa rumah majikanku jauh dari perkotaan?" tanya Sally ragu pada pria yang menjemputnya. Pria itu mengangguk kaku. Wajahnya seram, kepalanya botak klimis. "Bekerjalah dengan rajin, jika kau menginginkan banyak bonus," ucapnya. Sally hanya berdeham. ‘Hell, tanpa bekerja sekali pun, aku tetap kaya raya. Hanya saja uang tabunganku tidak cukup untuk membeli pulau. Karena sebuah pulau, aku melakukan hal bodoh ini. Ck! Menyebalkan,' batin Sally.   ******  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD