07 - Pesona yang gagal

1332 Words
Shin bisa hadir kapan aja semau Shin di lapak cerita ini!!! JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN DI BAB INI. JANGAN BERANI MENCOPAS, MENJUAL CERITA INI DALAM BENTUK APA PUN!! CERITA INI SUDAH BERBADAN HUKUM YANG JELAS, KALIAN BISA DITUNTUT! *******   Sally berlari ke luar kamar itu dan bergegas mencari keberadaan Amor. Wanita itu membutuhkan bantuan dan juga informasi dari Amor. Sally tersenyum senang saat melihat sosok yang dicarinya sedang sibuk mengelap beberapa pajangan keramik di lorong ruangan. Sally menarik lengan Amor tanpa aba-aba menuju sudut tangga yang sepi. Amor melotot terkejut dengan tindakan tiba-tiba Sally padanya. "Astaga! Ada apa, Elley! Kau membuatku terkejut setengah mati," gusar Amor. Sally menaruh telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan agar Amor tidak berisik dan gaduh di sana. "Aku membutuhkan bantuanmu," bisik Sally. Kerutan di dahi Amor terlihat jelas saat menatap wajah cantik Sally. "Apa kau tahu bagaimana tipe wanita yang disukai Mr Roland?" tanya Sally to the point. Amor melotot terkejut. Ia tidak menyangka jika temannya itu akan berbicara blak-blakan padanya mengenai majikan mereka. "Kau menyukai Tuan Roland?" tanya Amor penuh selidik. Sally memutar bola matanya malas. Jawaban Amor terlalu bertele-tele untuknya. "Kau jawab saja apa yang aku tanyakan tadi. Jangan memberiku pertanyaan balik, aku tidak akan menjawabnya," kata Sally ketus. Amor hanya mendesah mendengar ucapan rekan kerjanya itu. "Okay, baiklah. Tuan Roland menyukai wanita yang cantik, seksi dan juga memiliki tubuh proposional," kata Amor. Sally mengangkat sebelah alisnya. "Hanya itu?" Amor mengangguk. "Setahuku selama ini melihat para wanita yang dibawa Tuan Roland semuanya sama. Mereka hampir sepertimu dan mungkin kau lebih dari mereka semua," kata Amor selanjutnya. Sally yang mendengarnya merasa di atas angin. Jika benar tipe wanita pria itu adalah seperti yang disebutkan Amor, tentu itu perkara yang sangat mudah. Bukankah selama ini, pria banyak memohon padanya untuk menjalin sebuah hubungan. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih atas infomu," kata Sally yang segera ingin melangkah, tapi kini lengannya yang tertahan oleh Amor. "Kau memiliki saingan berat. Tuan Roland begitu memuja Katty, salah satu maid yang digoda oleh Tuan Roland saat makan malam kemarin." Amor memberikan informasi tambahan. Sally mengerutkan dahinya dan dengan dagu terangkat tinggi ia tersenyum sombong pada Amor. "Aku bisa mengatasi semuanya. Kau tenang saja, dan terima kasih untuk semua informasi yang sangat bermanfaat untukku hari ini," ucap Sally. Amor menatap kepergian Sally dengan rasa kagum yang memuncak. Wanita itu begitu iri melihat bagaimana Sally berjalan di lorong itu bak model di catwalk. Tubuh proporsional dan juga wajah cantik tanpa polesan. Amor masih belum bisa percaya, jika temannya itu satu profesi dengannya.   *****   Sally masuk lagi ke dalam kamar 102 dengan langkah kaki lebih percaya diri. Ia mendengar suara gemericik air yang sepertinya berasal dari shower yang ada di dalam kamar mandi. Wanita itu membenahi penampilannya dan berakting seolah sedang membersihkan perabot yang ada di sana. Sally melihat dari pantulan cermin yang ada di dekatnya. Pria itu ke luar dari kamar mandi sambil bernyanyi riang, sangat berbeda dengan wajahnya yang sedikit sangar dan cool. Lagu Versace on the floor dari Bruno Mars mengalun lembut dari mulut seorang Roland Filemon. So, baby, let's just turn down the lights and close the door Ooh, I love that dress, but you won't need it anymore No, you won't need it no more Let's just kiss 'til we're naked, baby Tubuh kekarnya hanya dibalut dengan handuk cokelat menutupi tongkat baseball elastis miliknya. Otot perut yang six pack, lengan yang kekar serta kulit eksotisnya membuat Sally menelan ludah susah payah. Selama ini otaknya tidak pernah dihinggapi pikiran kotor saat melihat tubuh atletis pria, tapi berbeda dengan kali ini. Roland bak roti panggang hangat yang dioles dengan selai strawberry kesukaannya. Sally meremas kuat kemoceng yang ada dalam genggamannya. Gadis itu terbatuk dan tersedak saat mendengar ucapan Roland pada diri pria itu sendiri. "Setidaknya sudah lega. Video itu cukup membantuku untuk onani," ucap pria itu tidak menyadari keberadaan Sally di sana. Namun, karena mendengar suara batuk gadis itu. Roland berjalan dan melihat keberadaan Sally yang terlihat sedang sibuk bersih-bersih di ruang santai kamarnya. "Jangan terkejut. Bukankah lumrah bermain sendiri ketika tidak ada lawannya. Ah- kau pasti terkejut ketika aku mengatakan itu ya. Hm- ya, aku suka melakukannya sendiri," kata Roland tanpa malu memberikan penjelasan pada Sally. Sally bergidik geli sekaligus merasa aneh pada Roland. Apakah pria itu pria normal atau memiliki kelainan? Semua itu menjadi pertanyaan besar dalam otak Sally. Gadis itu menjadi ragu untuk melaksanakan misi pribadinya untuk membuat Roland takluk padanya. Ponsel Roland berdering, pria itu berdecak kesal saat melihat nama yang tertera di layar. "Ada apa lagi?" "Harus berapa kali aku bilang, aku tidak akan menjual pulau milikku," "Jika terus memaksa, maka aku akan menaikkan harganya menjadi 10 kali lipat dari harga beliku semula," "Lebih baik, tawar pulau lain saja. Lupakan pulau milikku," Roland melempar ponselnya ke atas ranjang dan mendesah sambil berkacak pinggang. Pria itu berjalan menuju lemari untuk mengambil salah satu pakaiannya. Suara pria itu kembali terdengar di telinga Sally. "Suruh Katty ke kamarku," perintah Roland yang ditangkap oleh Sally. Pria itu sepertinya memakai sambungan khusus kepada kepala asisten rumah tangganya. Sally yang mendengar kalimat perintah itu mulai gusar. Ternyata ucapan Amor bukan sekadar isapan jempol semata. Roland sepertinya tertarik pada salah satu maid di rumahnya yaitu Katty. Bagaimana mungkin pria itu menyukai maid dan bagaimana juga rupa seorang Katty yang sebelumnya jarang sekali Sally amati. Pintu kamar terbuka, muncul sesosok wanita yang tingginya tidak jauh berbeda dengan Sally. Rambutnya kecokelatan, tubuhnya ramping, tapi Sally menilai kecantikan wanita itu jauh di bawahnya. Wanita itu masuk melewati Sally tanpa menyapa. Dagunya terangkat tinggi seolah ia yang menjadi  pemilik tempat itu. Sally mendengkus melihatnya.   *****   "Hi, My baby sweety," Suara sambutan dari Roland yang terdengar begitu ceria melihat kehadiran Katty di sana. Wanita bernama Katty itu tidak sungkan untuk memeluk pria yang notabene adalah majikannya. Roland pun tampak begitu senang, seolah semua itu adalah hal yang biasa. "Ada apa kau memintaku kemari?" tanya Katty. Wanita itu berbicara informal dengan Roland saat mereka sedang berduaan. "Aku memintamu untuk memilihkan pakaian untukku, Sweety," goda Roland pada Katty. Wanita itu tersenyum lalu memukul d**a bidang Roland dengan pelan. "Kau begitu manja," ucap Katty yang membuat Roland mencubit pipi wanita itu gemas. Satu setelan berwarna kuning dengan motif daun dipilihkan oleh Katty. Roland melihatnya dengan kening berkerut. "Kau yakin menyuruhku memakai setelan ini?" tanya Roland sambil mengangkat baju di tangannya ke depan Katty. Katty tersenyum lebar sambil mengangguk semangat dan Roland meneliti ulang. "Maaf jika saya lancang menyela pembicaraan Mr Roland dan rekan kerja saya. Akan tetapi, pakaian itu tidak cocok Anda pakai. Anda lebih cocok memakai hoodie abu-abu dipadu padankan dengan celana training berwarna senada, jika anda hanya ingin bersantai di rumah," jelas wanita yang baru pertama kali Roland lihat di dalam rumahnya. Pria itu menjatuhkan pakaian pilihan Katty dan bersedekap tangan di d**a menunggu lanjutan ucapan maid baru di rumahnya. "Jika anda ingin berpergian, warna kulit anda yang eksotis akan lebih terlihat bagus dengan memakai kemeja berwarna hijau dengan motif daun dan bunga. Meskipun terlihat feminin dengan motif seperti itu, tapi tidak mengurangi sisi maskulin anda. Maaf jika saya terlalu banyak berbicara," kata Sally sopan. Definisi cantik, seksi, pintar dan juga nyaris sempurna bisa diberikan oleh Roland untuk seorang maid yang baru hari ini ia lihat. Rasanya sulit sekali untuk percaya jika wanita itu berprofesi sebagai seorang maid di rumahnya. Roland menyensor seluruh tubuh Sally dengan pandangan matanya yang cukup tajam tanpa ekspresi. "Siapa namamu?" tanya Roland pada Sally. "Elley James. Saya maid baru di sini," ucap Sally yang mengenalkan dirinya dengan nama Elley. Roland mengerutkan dahinya cukup dalam, berjalan mendekati Sally yang berdiri menunduk di depan pintu kamarnya. Katty yang melihat semua itu merasa geram, wanita itu mengepalkan kedua telapak tangannya dengan kuat dan melempar tatapan benci pada Sally. Roland mengangkat dagu Sally dengan ujung telunjuknya yang panjang. Seketika mata keduanya beradu. "Kau punya selera yang bagus untuk pakaianku, tapi aku tidak punya selera yang bagus untuk memilihmu," bisik Roland sambil tersenyum miring membuat kedua bola mata Sally membulat sempurna menatap wajah pria itu.   ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD