When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sinta POV. Hampir aku mengabaikan apa yang Rengga katakan soal Noni. Habisnya setelah acara pensi selesai, semua setuju untuk kami nongkrong bareng sekalian makan malam. Termasuk Nino yang tumben sekali tidak khawatir, Noni akan kecapean. Aku dan Karin pun bersenang senang main bilyar dengan Noni juga dan mengalahkan Omen. Aku merasa Noni happy happy saja, begitu juga Nino yang tidak bersedia jauh dari Noni. Beda dengan Rengga yang memilih duduk di sofa dan mengawasi kami semua. “Gak tertarik main?” tanyaku padanya. Dia menggeleng. “Cape banget gue. Elo taukan gue sama Kendi urus panggung dari sehari sebelum Pensi?” jawab Rengga. Aku mengangguk. “Pulang deh kalo gitu, biar elo bisa tidur” kataku. “Biar nanti aja, percuma Sin, gue akan bisa tidur setelah jam 12 ke atas. Lagian yang