When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rengga POV. Efek baikan dengan Sinta, membuatku semangat lagi. Benar Omen, sesekali lelaki harus menunjukan sikap supaya tidak di remehkan perempuan. Ya bukan maksudku berniat bersikap egois pada perempuan, terutama Sinta. Aku hanya minta di dengar. Lucu sih, Sinta malah menganggapku berubah jadi monster karena tidak lagi setenang biasanya, padahal salah dia sendiri, menguras emosiku sekali. Dari mulai menolak di dekati, sampai menolak bicara padaku, sampai terjadi perang dingin antara kami. Tapi sekarang semua sudah berlalu, kesalah fahaman kami akhirnya selesai. Segala sesuatu itu memang harus di bicarakan supaya ada titik temu. Dan pagi ini, aku semangat sekali mengantri beli bubur ayam. Sinta minta itu padaku, melalui telpon semalam sebelum aku tidur. “Tidur ya Reng, gak ada begada