Bab 1 Sebuah kesepakatan.

1369 Words
Malam yang gelap di temani bintang, suasana di Bali saat itu cukup syahdu. Katrine mengajak Ferdinan untuk ke kamar. Bahkan dengan brutal, Katrine meraup dan melumat bibir Ferdinan dan mereka melewati malam panjang dengan aktivitas panas dan int**. "Honey... terus honey..." Katrine kekasih Ferdinan meracau . Demi seolah-olah Ferdinan Honeymoon bersama sang istri yang tak dia inginkan, Ferdinan mengajak Katrine kekasihnya untuk ikut bulan madu. Sementara istri sahnya tidur di kamar terpisah. Alzena menutup telinganya karena suara desah**, yang terdengar sangat nyaring membuat tubuhnya ikut meremang, mendengarnya. "Apakah ini yang harus aku alami ... ,Ya Allah kuatkan aku dalam menghadapi cobaan ini!"Alzena berdoa dalam kegelisahannya mendengar suara lak*t tersebut. "Sungguh, tega sekali dia menyakitimu seperti ini."lirih Alzena. Alzena menutupi telinganya dengan bantal. Hingga dia akhirnya memejamkan matanya. Apa yang terjadi sebenarnya? Beberapa waktu sebelumnya.... Di sebuah gedung megah yang gemerlap oleh lampu-lampu warna-warni, acara fashion show tahunan digelar dengan meriah. Para model profesional, desainer, dan tamu undangan berkelas dari berbagai negara hadir, memenuhi ruangan dengan suasana yang elegan dan eksklusif. Di atas catwalk, Kaira tampil anggun dan penuh percaya diri. Tubuh rampingnya bergerak luwes, tatapan matanya tajam, penuh dengan aura percaya diri yang memikat. Dengan gaun berpotongan indah yang memeluk tubuhnya, Kaira terlihat bagaikan model internasional yang telah lama menaklukkan panggung dunia. Di antara gemuruh tepuk tangan penonton dan sorotan kamera yang terus mengikutinya, Kaira menyadari impiannya yang besar untuk menjadi model internasional semakin mendekati kenyataan. Dia telah berlatih keras selama bertahun-tahun, meniti karier dari bawah, dan sekarang kesempatan itu akhirnya tiba. Setelah selesai berjalan di atas panggung, dia kembali ke belakang panggung, disambut hangat oleh teman-teman sesama model yang memberikan selamat atas penampilannya yang sempurna. "Ka, kamu benar-benar luar biasa!" seru salah seorang temannya, Mia, sambil memeluknya. "Aku yakin setelah ini, kariermu akan semakin melesat!" "Semoga saja ,"ucap Kaira sambil tersenyum. Kaira tersenyum sambil menata napasnya yang masih tersisa sedikit dari penampilannya tadi. Namun, sesaat kemudian, sang manajer datang mendekat dengan wajah penuh antusias. "Kaira, kabar baik! Pihak sponsor menyukai penampilanmu, dan mereka menawarkanmu untuk tampil di Paris Fashion Week!" ucapnya penuh semangat. Kaira tercengang sejenak. Paris Fashion Week—impian terbesar setiap model, termasuk dirinya! Ini adalah kesempatan emas yang tidak mungkin datang dua kali. Namun, hatinya mendadak dilanda kebingungan. Satu minggu lagi, seharusnya dia melangsungkan pernikahan dengan pria pilihan keluarganya, Ferdinan, seorang pengusaha muda kaya yang diharapkan mampu memberi kehidupan yang lebih baik bagi Kaira. Kaira menarik napas panjang, berpikir keras di tengah hiruk-pikuk suasana belakang panggung. "Tapi… pernikahanku," gumamnya pelan. Manajernya menatap Kaira dengan serius. "Ini adalah kesempatan yang besar, Kaira. Paris akan membuka jalan untukmu menjadi model internasional. Kalau kau melewatkannya, mungkin ini tidak akan datang lagi," ujar manajernya. Pikirannya berputar cepat. Sejak kecil, menjadi model internasional adalah impian terbesarnya. Paris adalah pusat dunia fashion, dan kesempatan ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Di sisi lain, pernikahan itu bukan hanya soal dirinya. Biaya besar sudah dikeluarkan untuk gedung, jasa Event Organizer, serta undangan yang disebar kepada tamu-tamu penting dari kalangan pengusaha dan keluarga besar Ferdinan. Orangtuanya sudah memastikan segalanya sempurna, dan jika dia membatalkannya, bukan hanya keluarganya yang kecewa, tapi juga pihak Ferdinan. Akhirnya, dengan tekad yang bulat, Kaira memberanikan diri mengungkapkan keinginannya kepada orangtuanya. Malam itu, saat pulang ke rumah, dia berbicara dengan penuh harap kepada kedua orangtuanya. "Papa, Mama… Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting. Aku baru saja ditawari untuk tampil di Paris Fashion Week," ucap Kaira hati-hati. "Ini adalah impian terbesarku, kesempatan yang mungkin tidak akan datang lagi." Wajah kedua orangtuanya berubah muram, terutama ayahnya yang terlihat sangat kecewa. "Kaira, kau tahu pernikahan ini sudah dipersiapkan dengan sangat matang. Pihak Ferdinan sudah mengundang banyak tamu. Gedung, EO, semuanya sudah terikat kontrak. Ini bukan hanya soal kita, tetapi juga soal keluarga mereka." "Tapi, Pa, Ma… Paris adalah kesempatan yang akan mengubah hidupku," kata Kaira memohon. "Bisakah kita menunda pernikahan hanya sedikit waktu saja?" Ayahnya menggeleng pelan, tatapannya penuh kebimbangan. "Jika pernikahan ini ditunda, kita akan menanggung biaya kompensasi yang besar, belum lagi reputasi keluarga kita di mata Ferdinan dan keluarganya." Ibunya berpikir sejenak, kemudian memandang Kaira dengan mata penuh pengertian. "Jika memang kau ingin mengejar mimpimu, Kaira, ada satu solusi," ujarnya perlahan. "Alzena, sepupumu yang tinggal bersama kita… mungkin dia bisa menggantikanmu. Tentu saja, jika dia bersedia." Kaira terdiam sejenak, memikirkan usulan itu. Alzena adalah sepupu yang selama ini sangat dekat dengannya. Mereka hampir seperti saudara, tinggal satu atap, dan memiliki hubungan yang sangat akrab. Meskipun Alzena tidak pernah terlibat dalam dunia modeling atau pergaulan sosial tingkat atas, dia adalah gadis yang lembut dan penurut. Keesokan harinya, dengan hati berdebar, Kaira berbicara pada Alzena. "Zena… aku tahu ini permintaan yang tidak biasa. Tapi aku memerlukan bantuanmu. Aku ingin kau menggantikan aku dalam pernikahan ini." Saat Kaira mengutarakan rencananya kepada Alzena, wajah Alzena berubah pucat. Tangan Kaira menggenggam tangan sepupunya itu dengan penuh harap, namun Alzena tetap merasa cemas dan ragu. "Bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba menggantikan posisimu sebagai pengantin, Kaira? Ini terlalu mendadak dan… tidak masuk akal," ucap Alzena dengan suara bergetar. "Bagaimana kalau pria itu marah ketika tahu aku bukan dirimu? Bagaimana kalau dia menuntutku atau bahkan keluargamu?" Kaira menggigit bibirnya, berusaha menyusun kata-kata. "Zena, aku tahu ini permintaan yang sangat sulit. Tapi tolong, ini adalah satu-satunya jalan agar aku bisa ke Paris. Aku tahu ini egois, tapi hanya kau yang bisa aku percaya untuk menggantikanku." Alzena terdiam. Dia menyayangi Kaira, tapi keputusan sebesar ini tidak mudah baginya. Dia merasa seperti berada di persimpangan yang sulit. Seandainya orang tua Kaira tahu, pasti mereka tidak akan menyetujui gagasan ini. Terlebih, Alzena tahu bahwa Ferdinan, pria yang akan dinikahi Kaira, adalah sosok yang berasal dari keluarga terpandang, kaya, dan berpengaruh. Bagaimana jika ia kecewa? Bagaimana jika akhirnya pernikahan ini berujung pada masalah besar? "Aku... aku tidak tahu, Kaira," Alzena akhirnya berkata dengan nada penuh keraguan. "Bagaimana jika keluargamu kecewa? Atau bahkan keluarga pria itu?" Kaira menarik napas dalam, memegang kedua pundak Alzena dengan lembut. "Zena, kita sama-sama tahu bahwa kau sebenarnya memiliki kecantikan yang tidak kalah dariku. Kau memang tidak suka berdandan dan memilih berpakaian sederhana, tapi kau jauh lebih cantik dariku secara alami. Aku sudah mengatur semuanya. Aku hanya butuh kau untuk satu hari, dan setelah itu, aku akan kembali. Kalau kau mau, kita bisa melakukan ini tanpa sepengetahuan orangtuaku." Alzena tertunduk, pikirannya berkecamuk. Kaira selalu tampil memukau karena pandai merias diri dan membawa diri di depan orang-orang. Tubuhnya ramping dan tinggi, sementara Alzena meski tak kalah ramping, selalu memilih gaya sederhana, tidak suka menonjolkan diri. Tapi di balik itu, Kaira tahu Alzena sebenarnya sangat anggun dan memiliki kecantikan yang alami. Setelah beberapa saat berpikir dalam-dalam, Alzena akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, Kaira. Aku akan mencoba menggantikanmu… meskipun aku tidak yakin bisa." Kaira tersenyum lega dan memeluk Alzena erat-erat. "Terima kasih, Zena. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini. Aku janji akan segera kembali begitu urusanku selesai di Paris." Mereka pun bersepakat, diam-diam dan tanpa sepengetahuan orangtua Kaira. Mereka menyusun rencana dengan hati-hati, menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk hari pernikahan yang semakin dekat. Kaira membantu Alzena belajar untuk tampil percaya diri dan mengenakan busana serta riasan ala pengantin. Alzena merasa sangat canggung, tapi demi membantu Kaira mewujudkan mimpinya, ia berusaha sekuat mungkin. Akhirnya, hari pernikahan pun tiba. Alzena berdiri di depan cermin dengan gaun pengantin yang indah, wajahnya dirias dengan sempurna oleh penata rias yang disewa khusus oleh keluarga Kaira. Dia nyaris tidak mengenali dirinya sendiri. Dia terlihat bagaikan seorang putri yang anggun, namun di hatinya masih tersimpan kekhawatiran dan keraguan besar tentang apa yang akan terjadi setelahnya. Dengan langkah penuh harap dan sedikit gemetar, Alzena bersiap untuk menjalani hari yang akan mengubah hidupnya selamanya. Dalam benaknya, dia terus berdoa agar semua berjalan lancar, dan bahwa Ferdinan tidak akan menyadari bahwa pengantin yang berdiri di sampingnya nanti bukanlah Kaira, melainkan dirinya, Alzena. Pov Ferdinan Dia seorang CEO muda dan untuk menunjang jabatannya sang kakek menuntut dia untuk menikah. Karena kekasih seorang aktris terkenal dan sedang terikat kontrak ekskkusif dengan Production house selama 2 tahun. Sehingga kekasihnya tak mau menikah dengannya. Sang kakek tidak setuju Ferdinan menikah dengan katrine karena rekam jejak Katrine yang sering bermain film adegan dewasa. Ferdinan menurut pada sang Kakek mau dinikahkan dengan Kaira. Yang bahkan belum pernah dia temui. Bagaimana kisahnya ? Apakah Ferdinan akan menerima Alzena ? bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD