Ben *** Secangkir cappuccino di hadapan Ben sudah kehilangan uap. Entah apa yang ada di kepala Ben, tetapi jemarinya memainkan pegangan pada cangkir. “Ben, sudah lama?” Suara itu tak membuat Ben menengadah. Dia terlalu malas berurusan dengan perempuan ini. Tetapi, dia harus berhadapan dengan Nandita jika tak ingin dianggap tidak profesional. Sudah beberapa minggu ini Ben harus terus menemui Nandita untuk program CSR dari perusahaan. Tak menyangka bahwa direktur utama mereka, Pak Salim, sudah menetapkan rumah sakit yang akan menjadi rekanan untuk program baksos ke beberapa daerah di Kalimantan dan Sulawesi. Karena Ben ditunjuk sebagai penanggung jawab dari perusahaan, dia harus turun langsung untuk memimpin koordinasi dengan pihak rumah sakit dan mengawasi persiapan untuk keberangkata