13

910 Words
Alisa P.O.V Aku bangun jam empat pagi karna harus mulai persiapan untuk pernikahan Ka Zayyan pagi ini. Aku, Keluarga Disha, dan Kirana tidur di hotel Ka Zayyan. Sedangkan keluarga ku tidur di apartment Bang Rafka. Aku, Disha, dan Kirana tidur sekamar. Sejak semalam, kami deg-degan mikirin pernikahan yang akan berlangsung pagi ini. Aku menengok ke kedua sahabatku yang masih terlelap. "Kir, Dis. Bangun!" Kataku membangunkan mereka. Mereka masih terlelap. Aku menggelengkan kepala ku lalu segera menuju kamar mandi. Aku akan sholat shubuh dulu. "Dua orgil, bangun woy! Sholat shubuh!!!" Kata ku seraya menepuk paha kedua sahabatku. "Eeuummm iya iya gw bangun!" Kata Disha mengerjapkan matanya. "Kiran! Bangun! Jangan ngebo!" Kata ku membangunkan Kirana. "Ka Umar!" Racau Kirana yang membuat ku dan Disha bingung. "Dia ngapain manggil abang gw ya?" Tanya ku menatap Disha. "Ssttt! Gw punya ide!" Kata Disha seraya tersenyum jahil. "Kiran! Ada Ka Umar tuh nyariin!" Kata Disha heboh. Tanpa disangka, Kirana langsung bangun dan berdiri disampingku. "Mana ka Umar? Duh ilah mata gw belekan lagi. Bentar gw cuci muka dulu!" Katanya panik. Dia masuk ke kamar mandi sedangkan aku dan Disha tertawa. "Sekalian wudhu!!!" Kata ku. Saat Kirana keluar, dia menatapku dan Disha. "Mana Ka Umar?" Tanyanya yang membuat kami tertawa. "Oh ada yang bucinin abang gw toh. Iya iya." Kata ku seraya tersenyum. "Eh e-enggak kok." Katanya gugup. "Enggak salah lagi." Kata Disha yang membuatku tertawa. "Gw restuin kok kalo lo mau ngegebet abang gw yang dingin kayak kulkas sepuluh pintu. Tapi inget, jaga sifat lo. Ka Umar ilfeel sama cewek ganjen." Kata ku tertawa. "Dah yuk kita sholat dulu. Sendiri-sendiri aja lah yah." Kata Disha yang kami jawab anggukan. ??? "Eh guys kok ini gw bagian dadanya sempit ya. Apa jangan-jangan gw gendutan?" Tanya Disha yang membuatku dan Kirana menatapnya. "Hah? Lo gendutan? Kagak ah!" Kata Kirana. "Iya lo ga gendutan dah padahal." Kata ku meneliti Disha. Aku meneliti baju yang dipakai Disha. "Lah itu baju nya Kirana dodol!!!" Kata ku heboh. "Eh emang iya? Lah iya anjir! Kiran! Tukeran ayo!!" Kata Disha heboh. "Mbak Lisa, mau pakai masker dulu atau langsung make up?" Tanya perias. "Maskeran dulu aja, mbak. Saya ambil bathrobe saya dulu." Kata ku. Aku langsung mengambil bathrobe ku lalu memakainya untuk melindungi baju yang akan ku pakai selama akad. Setelah ku pakai, perias langsung memakaikan masker muka untuk ku. Aku memilih yang mawar karna bagus untuk kulit dan wangi juga. ??? "Wah kalian semua cantik!! Kakak jadi pangling." Kata Ka Zulfa yang sudah siap dengan gaun pengantin putih nya. "Iya dong kak. Gimana baju kita? Kiran suka ga PD kalo pakai warna pink atau ungu begini." Kata Kirana. "Enggak kok, kalian tuh cocok pakai warna itu. Lagian kan akad itu suasana nya sakral. Kalo pakai warna yang mencolok nanti malah kayak ga ada sakral nya gitu." Kata Ka Zulfa yang ku jawab anggukan. "Lagian kalem dulu beberapa jam sabi lah." Kata ku. "Iya bener. Lo suka sama Ka Umar tapi kelakuan kayak Dakjal. Ya ilfeel lah." Kata Disha yang membuat ku membulatkan mata. "Fiks! Lo ga bisa jaga rahasia!" Kata ku seraya menepuk jidat. "Eh gw keceplosan ya. Sorry deh." Kata Disha yang membuat Ka Zulfa tertawa. "Oh jadi ada yang suka sama Umar toh. Cocok kok cocok. Umar pemberani, kamu nya bar-bar. Cocok kok." Kata Ka Zulfa menggoda Kirana. "Ih Ka Zulfa bisa aja." Kata Kirana malu-malu. ??? Saat ini aku sudah berada di tempat tunggu pengantin bersama Ka Zulfa dan kedua sahabat ku. "Bridesmaid, kalian turun dulu ambilin seserahan ya." Kata Mama nya Disha yang kami jawab anggukan. Aku dan kedua sahabat ku turun dan melihat rombongan keluarga ku sudah sampai pintu masuk hotel. Setelah dua keluarga bertemu, saatnya penyerahan seserahan. Pertama-tama Kirana yang menerima seserahan yang didalamnya ada tas yang diminta Ka Zayyan untuk ku beli saat pulang dari Bali. Dia menerima seserahan itu dari Ka Umar. Ka Umar terlihat menundukan kepala nya lalu setelah menyerahkan, dia langsung berdiri ke dekat Ka Zayyan. Lalu Disha maju untuk menerima seserahan berbentuk seperangkat pakaian seperti kebaya beserta kerudung dan roknya. Kebaya ini juga pilihan ku. Dia menerima seserahan itu dari Bang Rafka. Lagi-lagi Bang Rafka melakukan yang sama kayak Ka Umar. Menundukan kepala nya saat menyerahkan seserahan. Dan saat aku yang menerima, aku melihat Darka tersenyum lalu memberikan satu seserahan berisikan Al-Qur'an, dan seperangkat alat sholat. Aku dan kedua sahabatku bergantian menerima seserahan karna memang cukup banyak seserahannya guys. Dan kabar baiknya, semua seserahan ini aku yang bikin hehehehehe. Setelah selesai, semua tamu mnduduki kursi yang sudah disediakan. Ga lupa juga, pelayan disini menuangkan teh manis agar membuat para tamu nyaman. Aku dan kedua sahabat ku duduk dibagian tamu khusus perempuan. Karna akan ada penyekatan diantara Ka Zayyan dan Ka Zulfa. Tirai pembatas bakalan dibuka saat udah sah guys. Setelah pembacaan Al-Qur'an dan mendengarkan ceramah dari Ustadz setempat, ijab qabul pun akan segera dimulai. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau, Zayyan Zia Rabbani bin Umair Usni dengan anak pertama saya, Siti Zulfa Khadijjah binti Muhammad Adam. Dengan seperangkat alat sholat, serta uang tunai sebesar sepuluh dolar dibayar tunai!" Kata ayahnya Disha seraya menjabat tangan Ka Zayyan. "Saya terima nikah dan kawinnya Siti Zulfa Khadijjah binti Muhammad Adam. Dengan seperangkat alat sholat, serta uang tunai sebesar sepuluh dolar dibayar tunai!" Ucap Ka Zayyan yang membuat aku lega. "Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya Pak Penghulu. "Sah!" Jawab semua orang. "Alhamdulillah!" Ucapku. Tirai pembatas dibuka dan Ka Zulfa menyalimi Ka Zayyan. Ka Zayyan pun mencium kening Ka Zulfa. Aku tersenyum melihat mereka berdua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD