Bab 21 Suami Ibuku

1123 Words
Jika ada seseorang yang bisa membuat Angel mual hanya dengan melihatnya, maka orang itu adalah Ivan Edmund, ayah kandungnya sendiri. Dan orang itu saat ini sedang berdiri di hadapannya dengan senyum lebar sambil menggandeng pinggang seorang wanita muda. "Aku mendengar kalau kau sedang Honeymoon di sini, jadi aku mencoba peruntungan dan ternyata benar-benar bertemu." Ivan tertawa. "Di mana kau tinggal? Hotel? Villa?" Angel menolak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan justru balik bertanya, "apa yang kau lakukan di sini?" Meski sudah berusaha untuk menyamarkan ketidaknyamanannya, Kriss yang duduk tepat di hadapan Angel masih bisa melihat tangan gadis itu memutih akibat terlalu erat menggenggam sendok. "Aku ada sedikit pekerjaan di sini, baru saja tiba beberapa jam yang lalu." Ivan menjawab. "Boleh aku bergabung dengan kalian?" Angel melirik tangan pria itu yang masih dengan percaya diri memeluk pinggang wanita di sisinya meski jelas-jelas sedang berdiri di hadapan putrinya. 'Benar-benar tidak tahu malu,' dengus Angel dalam hati kemudian berbalik ke arah makanannya kembali tanpa menjawab permintaan Ivan. Kriss bergantian melirik ke arah Angel dan Ivan, ingin tahu apa hubungan mereka. "Suami ibuku," kata Angel pelan, meski tidak memperhatikan, dia cukup sadar akan tatapan Kriss. Saat mendapatkan jawaban, tatapan Kriss mau tak mau langsung tertuju ke tangan Ivan yang melingkar di pinggang gadis yang dia bawa. Wajar jika dia bingung, karena Angel masih memperkenalkannya sebagai suami ibunya, itu artinya orang tua Angel belum bercerai kan? Lalu, apa-apaan dengan tingkah pria itu yang terlihat sangat mesra dengan wanita lain di depan putrinya sendiri? Dan lagi, saat pernikahan pria ini tidak pernah terlihat, jadi Kriss sama sekali tidak tahu. Mungkin karena menemukan tatapan Kriss pada tangannya, Ivan akhirnya melepaskan wanita di sisinya dan tersenyum canggung. "Dia asistenku." Kriss mengerutkan kening, karena bagaimanapun dia melihat, hubungan mereka jelas bukan hanya sekedar asisten dan bos. "Angel, bolehkah ayah duduk bersamamu? Meja di restoran ini sudah penuh." Ivan bertanya lagi, tapi ketika masih tidak mendapatkan respon, dia beralih ke Kriss, menyebabkan pria itu jadi serba salah, karena setelah dia perhatian, meja di restoran itu memang tidak banyak dan sekarang sudah penuh. Angel menyeruput air mineral beberapa teguk dan menarik napas dalam-dalam. "Duduk saja jika ingin duduk, sejak kapan kau meminta pendapatku pada hal-hal seperti ini." Seolah tidak bisa mendengarkan nada sarkastik dari suara Angel, Ivan mendudukkan diri dengan asistennya dan memanggil pelayan untuk memesan makanan. Ivan mengalihkan tatapannya ke arah Kriss. "Oh, jadi kau yang menikah dengan Angel?" Kriss mengerutkan kening, bukankah pertanyaan yang wajar seharusnya 'Kau suami Angel?' tapi dia tentu tidak bisa mengkritik pertanyaan orang lain seperti itu, jadi hanya bisa mengangguk dan mengulurkan tangan. "Kriss Dancel." Ivan menyambut uluran tangannya dan tersenyum lebar. "Ivan Edmund, Emilie sudah bicara banyak tentangmu." Dari ujung matanya, Kriss bisa melihat senyum mengejek di bibir Angel ketika mendengar ucapan Ivan. "Dia asistenku." Ivan memperkenalkan wanita yang dia bawa sekali lagi "Namanya Lia." Kriss menganggukkan kepala dan sekali lagi menyebut namanya. "Aku benar-benar ingin menghadirkan pernikahan kalian beberapa hari yang lalu, tapi saat itu aku sedang di daerah terpencil di pedalaman Afrika, tidak ada jaringan dan tidak bisa memesan tiket, saat ke bandara aku baru sadar kalau pernikahan kalian sudah lewat sehari." Kriss tidak tahu, apakah pria di hadapannya ini bodoh, atau memang tidak pandai mencari alasan, pasalnya alih-alih memberikan alasan masuk akal, ucapannya justru terdengar tidak peduli. Jika dia memang ingin hadir di pernikahan putrinya, bukankah dia seharusnya sudah mempersiapkan diri sejak jauh hari? Dan lagi, dia jelas-jelas lupa. "Angel, aku harap kau tidak marah pada Ayah. Lihat, aku membawangkan beberapa potret anak binatang buas, sangat imut." Ivan mengeluarkan amplop coklat ke atas meja. Tapi Angel tidak menyambutnya dengan baik. "Masukkan kembali, berdebu, aku sedang makan." "Oh, benar. Omplopnya sedikit berdebu." Ivan memasukkan barangnya kembali ke tas dan menatap Angel dengan raut bersalah. "Angel, kau marah?" "Kenapa aku harus marah? Aku justru berterima kasih kau tidak datang dan membuat moodku hancur." Anehnya kata-kata tajam itu tidak membuat Ivan tersinggung dan malah tertawa kecil ke arah Kriss. "Lihatlah anak ini, dia jelas-jelas sedang marah?" Selama Ivan datang, Angel hanya mengeluarkan beberapa kalimat, tapi sudah merasa sangat lelah. Bahkan makanan yang sedang dia santap terasa hambar dan sulit ditelan. "Jadi, di mana kalian tinggal?" Ivan kembali menanyakan pertanyaan yang sebelumnya tidak terjawab, tapi kali ini mengalihkan tatapannya pada Kriss. Kriss melirik Angel sekilas sebelum menjawab pelan, "Di villa." "Wah, kebetulan sekali, apakah jauh?" Mata Ivan berbinar. "Aku dan ... Tak Angel meletakkan gelas dengan keras dan menarik perhatian semua orang padanya. "Bisakah kita makan dengan tenang, kau terlalu berisik." "Oh, apakah aku berisik? Maaf, maaf lanjut makan. Pesananku juga sudah datang." Ivan menggosok hidungnya dan tertawa canggung. "Makan dan jangan pedulikan dia." Angel memindahkan beberapa lauk ke hadapan Kriss dan menuangkan air mineral juga. "Jangan tersedak." Setelah itu, Ivan benar-benar tidak mengajak Angel bicara untuk sementara waktu dan mengalihkan sepenuhnya perhatiannya pada wanita yang duduk di sisinya, sesekali berbisik mesra dan terkikik geli, sedangkan Angel merasa makanan yang ditelannya mulai terasa pahit. Untuk sesaat suasana memang tenang, dan Kriss menyangka bahwa Ivan benar-benar sudah menyerah untuk bicara pada Angel, siapa yang tahu selang beberapa menit kemudian, pria itu mendorong piring penuh dengan udang yang telah dikupas kulitnya. "Angel, Olahan udang di restoran ini katanya sangat lezat, merupakan rating tertinggi dari makanan-makanan lain, cobalah, ayah sudah mengupas kulitnya untukmu." Angel dan Kriss terdiam, menatap udang yang berpindah di atas meja itu dengan dua tatapan yang berbeda, satu dengan nanar sedang satunya dengan rumit. "Angel alergi udang." "Aku alergi." Ucapan mereka terdengar bersamaan hingga membuat kedua cukup terkejut dan saling memandang. Tapi hanya sesaat, Angel kembali mengalihkan tatapannya. "Eh? Angel alergi udang?" Kriss semakin tidak mengerti, bagaimana mungkin seorang ayah tidak tahu alergi milik putrinya dan bahkan menyodorkan makanan itu padanya. Terlebih, alergi Angel cukup parah. "Saat aku makan udang, tenggorokanku akan sakit, dan pernapasanku akan terganggu. Satu udang saja bisa membuatku masuk ICU dan mungkin tidak keluar lagi, kau ingin aku memakannya?" Ivan membelalak, lalu dengan cepat menarik piring penuh udah yang telah dia kupas kembali dan meletakkannya di depan sekretarisnya. "Kalau begitu jangan makan, maafkan aku, ayah benar-benar lupa." "Lupa?" Angel mendengus. "Tidak, kau tidak lupa, kau tidak tahu." "Ya, ya ayah salah, maaf." Angel sudah kehilangan selera makan dan berdiri. "Aku ke toilet dulu," pamitnya pada Kriss, kemudian pergi tanpa pernah memberikan sedikitpun lirikan pada ayahnya. Ivan menghela napas, sembari memasukkan udang ke mulutnya dia bergumam sedih. "Sepertinya Angel benar-benar marah karena aku tidak hadir ke pernikahannya." " ... " Really? Apakah pria ini benar-benar berpikir Angel marah hanya karena dia tidak hadir ke pernikahan? Sekretaris di sisi Ivan mencoba untuk menghibur. "Tidak apa-apa, kau kan sudah datang jauh-jauh kemari untuk minta maaf, jangan sedih." Jauh-jauh datang untuk minta maaf sambil membawa selingkuhan? Kriss benar-benar ragu, apakah dua orang ini gangguan jiwa atau memang terlalu bodoh.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD