"Ya, aku Kriss. Sekarang bisakah kau bangun?"
Saat itulah Angel sadar bahwa dia masih duduk di pinggang orang lain dengan posisi yang tidak begitu enak untuk dilihat. "Oh, oke maaf." Dia bangkit, kemudian mengulurkan tangannya ke Kriss.
Pria di tanah mengirim deathglare, tapi begitu melihat raut Angel yang seolah tidak peduli dengan tatapan tak ramahnya, kemarahan dengan cepat surut dan menyambut tangan itu untuk membantunya bangun.
"Bagaimana bisa kau di sini?" tanya Angel.
"Aku datang bersama keluargaku." Kriss menggerutu pelan sembari membersihkan celana dan bajunya dari rumput,
"Keluargamu juga datang?" Angel hampir memastikan apa penyebab firasat buruknya. Dia mendongak untuk melanjutkan percakapan lagi, tapi justru menemukan lawan bicaranya sedang berdiri dengan beberapa daun kering di kepalanya. "Jangan bergerak, aku akan membantumu membersihkannya."
Kriss mundur selangkah untuk menghindari tangan Angel. "Tidak perlu, aku bisa sendiri."
"Jika bisa, lalu kenapa tidak membersihkannya sejak tadi." Angel berdecak dan menarik jas Kriss agar pria itu berhenti menghindar. "Berhenti bergerak dan menunduk sedikit."
Kriss menekuk wajahnya, tapi masih menuruti perkataan Angel untuk sedikit menunduk dan membiarkan gadis itu menepuk-nepuk kepalanya. "Aku tidak menyangka kalau rumah kakekmu sudah berubah sebesar ini."
"Tentu saja harus berubah, aku tidak mungkin membiarkan kakek dan nenekku tetap tinggal di rumah sempit di saat aku bisa menghasilkan lebih banyak uang kan?" Angel beralih dari rambut Kriss ke bagian punggungnya. "Ngomong-ngomong kau tumbuh sangat tinggi, aku tidak menyangka orang di parkiran tempo hari adalah kamu."
"Sejak sekolahpun aku sudah tinggi. Aww! Apa kau baru saja menepuk bokongku?" Kriss mundur dengan tatapan tak percaya sembari menyembunyikan bagian belakangnya dari Angel.
"Kenapa kau seterkejut itu? Aku kan hanya membantumu membersihkannya." Angel meniup dan membersihkan debu-debu dari tangannya dengan santai.
Kriss menatap penampilan Angel dari atas ke bawah dan berkedip cepat untuk melupakan jejak nostalgia yang hampir muncul di ingatannya. "Kau tidak banyak berubah," bisiknya hampir tak terdengar.
Angel mengangkat alis dan berterima kasih. "Oh ya, kau tahu kenapa keluargamu tiba-tiba mengunjungi rumah kakekku?"
"Apa lagi, perjodohan tentu saja."
Sesuai yang Angel perkirakan, jadi dia tidak begitu terkejut. "Bukankah kau berpacaran dengan Rachel Dusan?"
Mendengar Angel menanyakan itu, Kriss langsung melemparkan tatapan tajam lagi. "Aku putus, dan semuanya karena kamu."
"Aku?" Angel menunjuk dirinya sendiri dengan bingung, tapi begitu dia ingat sesuatu dia langsung mengerti. "Dia memang mengaku tidak punya kekasih saat tanda tangan kontrak dengan perusahaanku, tapi aku tentu tidak akan memutuskan kontrak hanya karena dia berbohong."
Kriss mendengus sebagai balasan. Tapi karena tahu Angel berkata jujur, dia tidak memberikan tanggapan lebih lanjut, dia justru mengalihkan pembicaraan ke percakapan awal mereka. "Pokoknya pertunangan ini tidak boleh berhasil, aku hanya ingin menikahi Rachel."
"Aku tahu. Aku juga tidak mau menikah."
Kriss sekali lagi menatap penampilan Angel yang meskipun telah dia katakan tidak banyak berbeda, tapi tetap asing dari sosok yang ada dalam ingatannya.
Dia baru saja membuka mulut hendak menanyakan sesuatu, tapi ada seorang pelayan yang terlihat mendekat, jadi dia mengurungkan niatnya.
"Nona, nyonya sedang mencari Anda," ucap pelayan itu setibanya di depan mereka.
Angel mengangguk mengerti dan menyuruh pelayannya untuk pergi lebih dulu. "Aku akan menyusul dengannya." Dia menoleh pada Kriss dan memanggilnya. "Ayo."
"Bukannya kita akan menolak perjodohannya?" Kriss mengerutkan kening.
"Ya, karena itulah kita harus masuk dan memberitahu mereka secara terus terang." Angel beranjak lebih dulu dan diikuti oleh Kriss.
"Aku tidak yakin bisa selesai semudah itu." Kriss mengenal perangai kedua orang tuanya yang keras kepala. Meski dia tidak tahu kenapa mereka memilih cucu keluarga Auclair, tapi yang pasti jika ibunya menetapkan pilihan, akan sulit untuk menggoyahkannya hanya karena penolakan.
"Kita bukan anak kecil yang perlu dikendalikan sepenuhnya oleh orang tua lagi, jadi tentu saja kita punya hak untuk menolak."
Sesampainya di pintu ruang santai, Angel baru saja akan mengetuk pintu ketika Kriss menangkap pergelangan tangannya. Saat dia menoleh, pria itu memberikan gerakan agar dia diam dan mendengarkan.
Ruang santai keluarga Auclair memiliki fungsi kedap suara, tapi karena saat ini pintunya memang tidak tertutup rapat, mereka bisa mendengar percakapan dengan sangat jelas dari luar.
"Aku rasa perjodohan ini tidak akan mudah, aku mengatakan ini agar kalian tidak terlalu terkejut, tapi sebenarnya putriku punya sedikit prejudice yang agak buruk pada pernikahan." Itu adalah suara Emilie.
Wanita lain menanggapi. "Ya, pasti sulit. Putraku juga baru saja diputuskan sepihak oleh tunangannya, jadi pasti akan menolak." Itu seharusnya Sharon Dancel, ibu Kriss.
'Jika tahu kami akan menolak, lalu kenapa masih merencanakan pertemuan ini?' batin Angel dan Kriss sejalan.
"Lalu kenapa jika mereka menolak? Tidak ada salahnya jika kita mencoba. Yang pasti, jika perjodohan hari ini ditolak mentah-mentah, aku tidak akan berhenti menyarankan kencan buta pada Angel. " Suara setengah marah itu adalah suara Mr. Auclair. "Lihatlah ini, jumlah mantan kekasih cucuku itu sudah melebihi jumlah jari-jari kaki dan tanganku! Bagaimana bisa aku membiarkannya terus seperti itu! kalian tahu sendiri seperti apa pergaulan anak zaman sekarang."
Angel memejamkan mata dan memijat kepalanya penuh tekanan, sedangkan Kriss dengan sangat puas menutup mulutnya dan tertawa tanpa suara.
"Benar, aku awalnya juga ingin menjadi orang tua yang toleran, tapi melihat putraku tergila-gila pada aktris yang sudah mencampakkan untuk kedua kalinya membuatku sangat miris." Kali ini adalah suara berwibawa dari Mr. Dancel, ayah Kriss. "Jadi aku juga tidak akan berhenti hingga dia lelah dan memilih untuk menikahi seseorang, karena jika terus dibiarkan, dia hanya akan menjadi ekor yang tak dipedulikan oleh aktris itu selamanya."
Kali ini, gantian Kriss yang tertekan selagi Angel melempar tatapan mengejek padanya.
"Jadi, jika rencana hari ini gagal, bisakah kita tetap saling membantu? Aku tidak begitu percaya pada pria-pria yang ada di sekitar Angel sekarang, jadi jika Kriss punya banyak teman lajang, kau bisa merekomendasikannya padaku Sharon."
"Tentu saja Emilie, sebagai gantinya kau juga harus memperkenalkan gadis-gadis yang menurutmu baik padaku."
Dua wanita itu kemudian tertawa, sedangkan bahan pembahasan mereka sudah memasang wajah seolah dunia akan runtuh.
Demi apa, membayangkan mereka harus dipaksa kencan buta dan bertemu banyak orang asing setiap saat sudah sangat melelahkan, apalagi jika harus melakukan itu hingga mereka memutuskan pilihan, yang sama sekali tidak ingin mereka pilih!
"Angel? Kenapa tidak masuk?"
Tiba-tiba saja, Mrs. Auclair bersama pelayan yang membawa camilan datang dan mengejutkan mereka, bahkan suara di dalam ruangan juga berhenti.
Angel mempertahankan ketenangannya dan tersenyum. "Aku baru saja datang, nenek biar aku bantu membawanya." Dia meraih setoples kue yang neneknya bawa.
Mrs. Auclair menatap Kriss dan tersenyum ramah. "Jadi kalian sudah bertemu?"
"Ya, aku bertemu dengannya di taman," jawab Kriss. Tapi ketika melihat Angel memelototinya, dia akhirnya sadar bahwa dia baru saja mengekspos bahwa Angel tadinya berupaya untuk kabur.
Untungnya, Mrs. Auclair tidak menanyakan apa-apa dan langsung mengajak mereka masuk. Dan seketika semua tatapan langsung berpusat antara Angel dan Kriss, namun keduanya bersikap seolah tidak tahu apa-apa dan menyapa mereka dengan sangat sopan.
Setelah minum teh dan berbasa-basi sejenak, Mr. Auclair akhirnya mengawali pembahasan penting mereka hari itu. "Angel, kau pasti sudah menebak mengapa Mr. Dan Mrs. Dancel juga putra mereka datang hari ini kan?"
Angel mengangguk. "Ya, kurang lebih."
"Bagus, lalu aku tidak perlu menjelaskan. Jadi bagaimana pendapatmu?"
Angel menghela napas. "Kakek aku ...
"Bisakah aku mengeluarkan pendapat lebih dulu?" Kriss tiba-tiba menarik perhatian semua orang ke arahnya. Tapi begitu tatapannya bertemu Angel, Kriss menghindarinya.
Mr. Auclair tertawa pelan. "Tentu saja bisa, jadi bagaimana menurutmu tentang menikah dengan cucuku?"
Kriss menarik napas dan berkata, "sejujurnya, aku sudah mengenal Angel sejak sekolah menengah atas, dan sudah mengaguminya sejak saat itu. Dia cantik, cerdas dan yang paling penting baik hati, jadi aku akan sangat senang jika bisa mempersunting gadis sepertinya."
Di saat semua orang senang dengan jawab itu, kue kering di tangan Angel sudah hancur dalam kepalan tangannya.
Kemana perginya kata-kata yang hanya ingin menikahi Rachel?