5. Mencari Ibu s**u

2386 Words
Parmin yang dijuluki Kliwon oleh Nyi Rontek merasa semakin gemetaran, karena dia mengetahui bahwa rontek akan memberikan hukuman kepadanya, lantaran dirinya telah mengusik ketenangan Nyi Rontek. Padahal itu semua hanya akal-akalan Nyi Rontek agar dirinya bisa dibantu oleh Parmin untuk mencarikan Ibu susuu bagi Arsakha. Nyi Rontek memang banyak akal dan sangat jeli dalam menilai orang. Seperti yang dia lihat tentang Parmin atau yang dia juluki sebagai Kliwon. Seorang pemuda polos dan penakut. Dia akan menuruti semua permintaan Nyi Rontek, karena merasa bersalah telah mengusik semadi sosok yang ia panggil Eyang Putri. Sehingga Nyi Rontek memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta Kliwon membantunya melancarkan aksi. “Ampun, Eyang! Saya akan terima apa saja hukumannya! Asalkan Saya tidak di Selong sama Eyang Putri ke dunia lain. Saya masih ingin ada di dunia ini. Ingin bekerja! Saya tidak mau lagi mengulangi kesalahan yang sama! Saya mohon jangan tangkap saya!” Kliwon merasa sangat ketakutan karena melihat sosok yang kini menatapnya dengan tajam. “Ha ... Ha ... Ha ... Bagus! Aku akui kau memang pemuda yang baik! Mengakui kesalahan dan mau mendengarkan nasihatku! Tapi jangan harap akan lolos dari hukuman yang akan aku berikan! Ha ... Ha ... Ha ....” Nyi Rontek kembali tertawa karena kebiasaannya dan juga terhibur melihat tingkah laku Kliwon yang benar-benar ketakutan menatapnya. “Baik, Eyang! Saya mau terima apa pun hukumannya!” Kliwon kembali menunduk dan merasa ragu untuk menatap Nyi Rontek yang terlihat begitu menyeramkan di matanya. “Baiklah! Dengarkan baik-baik, Kliwon! Kau harus mencarikan aku seorang wanita yang baru saja melahirkan!” Nyi Rontek menatap tajam jam dengan matanya yang sehitam obsidian ke arah Kliwon yang masih mematung di depan sana. “Ampun, Eyang! Kalau harus mencari tumbal seorang bayi dan wanita yang baru saja melahirkan, itu sama saja saya berbuat kejahatan! Lebih baik saya mati di tangan Eyang Putri dari pada saya harus menumbalkan orang lain!” Kliwon semakin gemetaran arena dia mengira bahwa Nyi Rontek akan meminta tumbal sebagai penggantinya. “Ha ... Ha ... Ha ... Bodoh! Aku tidak pernah menumbalkan siapa pun! Aku juga tidak meminta tumbal sebagai penggantimu! Kau pikir aku pemakan jiwa manusia? Hah?” Nyi Rontek kembali membentak Kliwon yang selalu berpikiran negatif. “Am—ampun, Eyang! Maaf! Saya pikir karena daging saya pahit dan kulit saya hitam jadi Eyang tidak sudi memangsa saya. Tapi tadi Eyang bilang kalau saya harus mencarikan wanita yang baru saja melahirkan, jadi saya berpikir kalau itu adalah sebagai tumbal pengganti saya. Maaf, atas kebodohan saya! Lalu apa sebenarnya tujuan Eyang menghukum saya dengan mencarikan seorang wanita yang baru saja melahirkan?” Kliwon berlutut di hadapan Nyi Rontek sembari menundukkan kepalanya karena merasa sangat ketakutan. “Asal kau tahu, Kliwon! Aku sama sepertimu! Hanya manusia biasa yang tinggal di dalam hutan, hingga usiaku menginjak ratusan tahun. Aku tidak pernah menumbalkan manusia bahkan, Aku pun tidak pernah menyakiti binatang sekalipun! Walau penampilanku buruk dan terlihat menyeramkan, bukan berarti sifatku juga kejam! Jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya! Camkan itu baik-baik, Kliwon!” Nyi Rontek kembali memberikan petuah kepada keliwon tentang pandangan hidup terhadap orang lain. “Ba—Baik, Eyang! Sekali lagi saya mohon maaf atas kebodohan saya ini! Lalu sebenarnya Eyang itu siapa? Kenapa tiba-tiba berada di atas pohon dan muncul tiba-tiba di hadapan saya?” Kliwon yang penasaran memberanikan diri untuk mempertanyakan identitas sosok yang ada di hadapannya saat ini. “Ha ... Ha ...Ha ....” “Apa kau tahu siapa aku?” Nyi Rontek kembali melangkah untuk mendekat ke arah Kliwon. “Berdirilah! Sekarang lihat baik-baik siapa aku!” Nyi Rontek meminta Kliwon untuk berdiri dan menatapnya. “Ampun, Eyang! Saya tidak berani!” Kliwon semakin gemetaran dan keringat dingin membanjiri tubuhnya. “Ha ... Ha ... Ha ... Baiklah! aku akan memberitahukan hanya kepada kau, siapa aku yang sebenarnya!” Nyi Rontek kembali menatap Kliwon yang terlihat bergeming di hadapannya. Kliwon menantikan jawaban tentang identitas sosok menyeramkan yang ada di hadapannya itu. “Aku adalah Nyi Rontek!” Seketika Kliwon terbelalak menatap sosok yang ada di hadapannya. Dia sungguh tidak menyangka akan bertemu dengan sosok yang sangat melegenda di desanya. Sosok yang dikeramatkan oleh penduduk desa, karena cerita yang turun-temurun dari leluhur mereka, tentang seorang pertapa wanita keturunan Demang pada zaman dahulu yang pada akhirnya memilih untuk mengasingkan diri dengan bertapa di Alas Nggaranggati. “Nyi—Nyi Rontek? Sosok yang melegenda penghuni alas Nggaranggati?” Kliwon masih terbelalak tidak percaya bahwa malam itu dirinya bertemu dengan sosok yang sangat melegenda. “Hormat saya, Nyi! Maafkan atas kesalahan saya dan kebodohan saya!” Kliwon justru menaruh hormat pada Nyi Rontek. “Ha ... Ha ... Ha ... Kau tidak perlu takut, anak muda! Sekarang kau harus menyelesaikan tugasmu! Berikan aku seorang wanita yang baru saja melahirkan! Tentunya wanita itu harus wanita baik-baik, memiliki budi pekerti yang luhur, dan Welas asih terhadap anak-anak.” Nyi Rontek tidak mau sembarangan memilihkan Ibu s**u untuk Arsakha. Dia harus menyeleksi seorang wanita yang baik dan penuh kasih sayang untuk dijadikan sebagai ibu s**u untuk bayi malang yang baru saja dia temukan malam ini. “Ba—baik, Nyi!” Kliwon menyanggupinya. “Sekarang antarkan aku untuk melihat siapa saja wanita di desa Kuncen yang belum lama melahirkan!” Nyi Rontek meminta Kliwon untuk mengantarkannya menemui wanita yang akan dijadikan sebagai kandidat Ibu s**u untuk Arsakha. “Mari, Nyi! Saya antarkan ke beberapa rumah wanita yang baru saja melahirkan beberapa bulan ini.” Kliwon mau mengantarkannya Rontek untuk menyambangi rumah wanita yang baru saja melahirkan belum lama ini. *** Malam semakin larut, kabut mulai turun menyelimuti desa Kuncen. Hal itu tidak mengurungkan niat Nyi Rontek untuk terus mencarikan Ibu s**u untuk Arsakha yang malam ini sudah menangis kelaparan. Kliwon berjalan di depan seperti tour guide untuk Nyi Rontek dalam memilih kandidat calon ibu s**u untuk Arsakha. ‘Aku harus menunjuk wanita yang pantas dijadikan sebagai ibu s**u untuk Arsakha! Aku tidak mau kalau wanita itu tidak baik dan tidak memiliki Welas asih terhadap seorang anak. Karena aku yakin mengapa Sang Hyang Widhi masih memberikanku umur panjang, salah satu alasannya adalah pertemuanku dengan bayi malang itu! Sehingga aku tidak main-main dalam mencarikan calon ibu s**u yang tepat untuk Arsakha,' Nyi Rontek berbicara dalam hatinya sembari terus melangkah menuju desa Kuncen. Nyi Rontek melihat gerak-gerik Kliwon yang masih terlihat ketakutan di ikuti olehnya. Namun Kliwon terus berpikir positif dalam menjalankan hukumannya. ‘Pemuda yang polos, mudah terkena tipu daya. Sebenarnya dia orang yang baik, hanya saja ... semua kembali lagi pada lingkungan pergaulannya. Mungkin dia akan aku ajak ke gua untuk menemani hari-hari Arsakha,” batin Nyi Rontek ketika melihat Kliwon berjalan memandu dirinya ke rumah beberapa wanita yang akan dijadikan sebagai kandidat Ibu s**u untuk Arsakha. Kliwon yang berjalan seakan gemetaran, membuatnya terlihat seperti orang yang baru saja bertemu dengan setan. Karena ulahnya yang membakar dupa dan berkomat-kamit membaca mantra di depan pohon keramat. Kliwon merupakan pemuda yang polos yang sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga saat dirinya dan keluarganya dihina, dicemooh oleh sekelompok orang, ia berpikir untuk bangkit tapi ditempuh dengan jalan yang salah. Untung saja takdir mempertemukannya dengan Nyi Rontek. Sehingga Nyi Rontek memberi nasihat dan petuah kepada Kliwon agar dirinya menjadi manusia yang lebih baik. Terlebih saat ini rontek membutuhkan seorang asisten karena dirinya merasa begitu kerepotan mendapati seorang bayi yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya. *** Malam yang semakin larut membuat desa Kuncen terlihat sangat sepi. Semua penduduk sudah masuk dan beristirahat dengan tenang di atas dipan yang terbuat dari kayu atau bambu untuk meluruskan tubuh mereka. Hanya ada beberapa penduduk yang sesekali berkeliling desa, karena mereka sedang ronda demi pengamanan desa Kuncen. Tidak heran jika mereka bergantian untuk ronda malam. Lantaran beberapa kali mereka disatroni oleh siluman bahkan juga pencuri yang masuk ke desa itu. Lantaran letaknya sangat dekat dengan hutan, sehingga sangat mudah bagi pencuri untuk melarikan diri. Kliwon tiba-tiba menghentikan langkahnya sembari menoleh ke arah Rontek. “Nyi ... Sebentar lagi kita akan sampai di rumah kandidat yang pertama. Dia seorang istri pedagang buah di pasar. Mari saya antar!” Kliwon memberitahukan kepada NyinRontek bahwa rumah kandidat pertama calon ibu s**u sudah tidak jauh dari sana. “Baiklah! Ayo antarkan aku!” Nyi Rontek merasa sangat antusias untuk melihat bagaimana sifat, sikap, dan aura dari wanita pertama yang menjadi calon ibu s**u untuk Arsakha. Tidak lama setelah Kliwon mengajak Nyi Rontek berjalan beberapa meter ke depan, mereka sudah sampai di depan rumah wanita itu. “Ini rumahnya, Nyi.” Kliwon bersikap sangat sopan kepada Nyi Rontek. “Baiklah, terima kasih, Kliwon! kau tetap menunggu di sini!” Nyo Rontek berusaha untuk menggunakan ilmu Raga Sukma yang dia miliki. Dia mematung di tepi jalan dekat rumah wanita itu. Kliwon melihat kalau Nyi Rontek sedang berdiri sembari menatap dengan tatapan kosong ke arah rumah itu. Padahal jiwa Nyi Rontek sedang berjalan menyelusup masuk ke dalam rumah wanita yang menjadi kandidat calon ibu s**u untuk Arsakha. Nyi Rontek melihat bagaimana wanita itu memperlakukan bayinya. Rasa lelah sangat lumrah dialami oleh seorang ibu yang baru saja melahirkan. Namun, bisa saja memicu emosi yang meledak-ledak ketika lelah merajai. Nyi Rontek melihat hal itu terjadi pada wanita pertama yang dia lihat sebagai kandidat calon ibu s**u untuk Arsakha. ‘Sebetulnya dia wanita yang baik, tetapi wanita ini sulit mengontrol emosinya. Bahkan dengan anak kandungnya saja yang masih bayi seperti itu dia bisa membentak dengan suara nyaring di tengah malam seperti ini. Menurut pengamatanku, memang tidak mudah menjadi seorang ibu, tapi aku tidak bisa meminta tolong kepada wanita ini untuk menjadi Ibu s**u bagi Arsakha. Aku tidak mau kalau sampai dia terbebani mengurus dua bayi sekaligus,' batin Nyi Rontek saat menilai bagaimana wanita itu sulit untuk meredam emosinya. Tak lama berselang, jiwa rontek kembali kepada raganya. Rontek kembali mengerjapkan mata dan mengatur pernapasannya setelah kembali kepada raganya. Kliwon merasa ada sesuatu yang aneh yang baru saja terjadi kepada Rontek. Tapi dia tidak berani untuk mempertanyakan hal itu, mengingat aura mistis seorang Nyi Rontek yang terlihat di mata Kliwon. “Kliwon! Siapa lagi wanita yang baru saja melahirkan belum lama ini di desa Kuncen?” pertanyaan Rontek dipahami oleh Kliwon. Dia tahu kalau kandidat yang pertama tidak masuk ke dalam kriteria yang dicari oleh Nyi Rontek. “Masih ada tiga wanita lainnya, Nyi. Mari saya antar!” Kliwon kembali berjalan menjadi petunjuk arah untuk Rontek menemukan rumah kandidat calon ibu s**u untuk Arsakha. Setelah Kliwon kembali melangkah untuk mengantar Nyi Rontek menuju tiga rumah wanita lainnya yang baru saja melahirkan belum lama ini, tapi setelah Rontek menelisik lebih jauh, tidak ada satu pun yang cocok secara lahir maupun batin secara sifat maupun sikap dari kandidat itu. Kliwon yang menyadari raut wajah Nyi Rontek terlihat lesu merasa tiba dan menyimpan tanda tanya besar, hingga pada akhirnya Kliwon memberanikan diri untuk menanyakan tujuan Nyi Rontek mencari wanita yang baru saja melahirkan. “Maaf, Nyi. Dari tadi saya lihat Nyi Rontek seperti sedang kebingungan. Maaf kalau saya lancang, sebenarnya apa yang sedang Nyai tuju?” Kliwon memberanikan diri membuat sebuah pertanyaan. “Sebenarnya aku ingin mencari seorang wanita yang bisa menjadi seorang ibu s**u untuk anakku.” Jawaban Rontek sontak membuat Kliwon terkejut. Bagaimana mungkin seorang pertapa yang menyucikan dirinya ternyata memiliki seorang anak. Raut wajah Kliwon seakan tercengang dan dia sulit untuk berkata-kata. Nyi Rontek menyadari hal itu, dia pun sudah bisa menebak Apa yang sedang dipikirkan oleh Kliwon. “Hai, anak muda! Apa yang sedang kau pikirkan? Kau pikir aku tidak tahu bagaimana jalan pikiranmu saat ini?” suara rontek begitu mengejutkan Kliwon yang sedang tercengang mendapati pernyataan Rontek tentang anaknya. “Ma—maaf, Nyi! Bu—bukan maksud saya, tap—tapi ....” “Tapi apa? Jangan berpikir bahwa aku baru saja melahirkan! Itu tidak benar! Kalau kau ingin mengetahui bagaimana kisah yang sebenarnya, ikutlah bersamaku! Aku pun akan membayarmu dengan upah yang sepadan! Itu pun jika kau mau.” Rontek memberikan tawaran kepada Kliwon untuk ikut bersamaannya. “Sa—saya ....” “Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa, akan selalu mengingat bagaimana wajahmu dan bagaimana sikapmu kepadaku!” Nyi Rontek melirik ke arah Kliwon. Kalimat yang halus tetapi begitu mengerikan menurut Kliwon. “Baiklah! Aku akan ikut bersama Nyai.” Kliwon menunduk dan mengangguk, itu sebuah pertanda kalau dia menyetujui tawaran Rontek. “Bagus! Ha ... Ha ... Ha ... Ayo kita jalan! kita kembali ke dalam alas Nggaranggati!” Nyi Rontek lantas mengajak Kliwon untuk kembali ke gua tempat tinggalnya. “Maaf, tapi saya harus izin sama Emak, kalau besok saya pergi ke tempat Nyai, bagaimana?” Kliwon akan bersiap-siap dan meminta izin kepada ibunya. “Baiklah! Di mana rumahmu?” Nyi Rontek ingin mengetahui di mana rumah Kliwon. “tidak jauh dari sini, mari saya antar jika ingin mengetahui rumah saya!” Kliwon mengajak Nyi Rontek untuk menyambangi rumahnya yang sangat sederhana. Ketika mereka sedang berjalan menuju rumah Kliwon, tiba-tiba Nyi Rontek mendengar suara jeritan tangis seorang wanita yang tidak jauh dari sana. “Kliwon! Suara siapa itu?” Rontek merasa sangat penasaran karena tangisan wanita itu terdengar sangat menyayat hati. “Itu ... Kamini.” Kliwon sudah sangat paham suara siapa yang sering berteriak-teriak menangis malam hari di desa itu. “Siapa dia?” Nyi Rontek merasa ada sesuatu yang membuatnya penasaran dengan sosok Kamini. “Seorang gadis muda yang belum lama ini melahirkan tetapi suami dan anaknya meninggal secara mendadak. Jadi sekarang dia seperti sakit jiwa, sering menangis tiba-tiba, dan berteriak-teriak tidak jelas.” Kliwon menjelaskan tentang wanita yang saat ini masih berteriak-teriak memanggil-manggil nama seseorang. “Antarkan aku ke rumahnya!” rontek merasa ada sesuatu yang berbeda dari wanita itu. “Maaf, Nyai ... sebetulnya ada lima wanita yang belum lama ini melahirkan di desa kami, salah satunya Kamini, selain empat orang yang tadi sudah Nyai datangi rumahnya. Saya tidak memasukkan Kamini ke dalam daftar karena saya merasa dia seperti sakit jiwa. Jadi saya tidak memberitahu nyai tentang Kamini.” Kliwon berpikir kalau Kamini adalah wanita yang sakit jiwa sehingga tidak pantas untuk direkomendasikan kepada Nyi Rontek. “Sudahlah! antarkan saja aku ke sana!” “Baik.” Mereka berjalan di antara gelapnya malam dan dinginnya angin yang seakan mendekap raga untuk merasakan kebekuan. Akhirnya mereka sampai pada sebuah rumah gubuk yang sangat minim penerangan. Nyi Rontek mendengar dengan jelas bagaimana wanita itu berteriak-teriak tanpa ada yang memedulikannya. Akhirnya Nyi Rontek memutuskan untuk menemuinya menggunakan ilmu Raga Sukma. *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD