"Jangan menangis dan jangan pernah menoleh ke belakang!" Sebuah kalimat nasehat yang nyaris terdengar seperti sebuah perintah itu, aku ucapkan sesaat sebelum Yara keluar dari rumah kami. Dia tidak pernah bertanya 'Mengapa? dan 'Kenapa?', dia hanya mengangguk dan mengikuti semua perkataanku. Aduhai ... betapa istriku itu sangat penurut dan patuh kepadaku. Alhamdulillah. Dengan berat hati aku mengirimnya ke pondok pesantren tempat di mana aku mengajar selama ini, dan berjanji kepadanya akan segera datang menemuinya. Ditemani Anindya dan Bibi Saidah, akhirnya istriku berangkat ke pondok, aku juga mempercayakan pengawasan dan penjagaannya selama di pondok kepada Anindya, sekretaris di kantor perusahaanku yang aku paksa untuk beralih profesi menjadi pengasuh istriku. Sedang Bibi Saidah, be