Part 5 &6

1435 Words
Part 5. Peringatan Aku mengira seornag yang tumbuh ditempat baik, dengan keluarga yang baik, dan juga ekonomi yang baik akan menjadikan seseorang menjadi pribadi yang baik juga. Nyatanya tidak, seseorang memiliki antagonis di dalam dirinya sendiri yang membedakan adalah dia bersalah dari tempat yang baik hingga buruknya dimaklumi. Coba yang bersikap b******k seperti barusan adalah aku. Sudah pasti aku akan di hujat habis-habisan oleh semua orang lengkap dengan kalimat jika buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, aku mewarisi sikap-sikap b******k orangtuaku, dan aku tidak pantas mendapatkan apapun karena aku harus mendapatkan karma buruk sikap curang dua orang yang telah membuatku lahir di dunia. Lucu memang. Orangtuaku yang berbuat salah, aku pun korban, namun aku juga yang menanggung derita. Perasaan menggelikan sekaligus gamang dengan rasa tidak adil inilah yang mengiringi langkah kakiku keluar dari Club usai memaki Rinjani, rasanya kekesalanku setinggi gunung mendapati kalimat-kalimatnya yang tanpa ada angin dan tanpa ada hujan menyakitiku dengan alasan yang bahkan tidak masuk di akalku. Seenak jidatnya memang orang-orang kaya itu. "Serena, Serena, wait........" Aku sudah benar-benar sampai diluar Club, hanya tinggal menunggu mobilku di ambil oleh Valet saat seseorang memanggilku dengan sangat panik, dan saat aku berbalik itu adalah Joshua, si pria c***l yang membuatku disebut jalang oleh Rinjani Prabumi. Sembari bersedekap aku menunggunya mendekat, ingin mendengar apa yang membuatnya menyusulku hingga nafasnya tersengal-sengal meskipun aku sudah tahu apa tujuannya. "Tolong......" ucapnya disela nafasnya yang memburu, pria tampan namun sayangnya b******k itu berusaha berbicara kepadaku dan untuk menghargainya aku memilih untuk mendengarkan meski aku sudah memiliki keputusan. "Tolong jangan diperpanjang masalah malam ini. Rinjani, dia bukan orang yang jahat, dia cuma agak sensitif mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalalunya, itu sebabnya dia marah-marah tidak jelas kepadamu. Karena aku yang membawamu, aku yang mewakilinya minta maaf, tolong jangan membuat kesalahpahaman ini menjadi masalah yang panjang." "Aku tidak peduli masalah apa yang terjadi pada temanmu itu, itu adalah urusannya dengan dirinya sendiri. Tidak semua orang yang dia temui seperti dirimu yang bisa memaklumi sikap buruknya, silahkan tempatkan dirimu di posisiku tadi apa kamu memaklumi dikatai-katai sementara mengenalnya mengenal saja tidak? Apa memang sudah wataknya yang seenak jidatnya mengatai orang?" "Sorry, kami semua benar-benar meminta maaf mewakili dia, tolong jangan diperpanjang." "Jika ada yang harus meminta maaf, ya Miss Sempurna itu yang harus melakukannya. Modelan macam apa minta maaf bisa diwakili. Hal kecil begini saja sudah menunjukkan jika dia tidak menyesal sama sekali sudah bersikap kurang ajar kepada orang lain. Umurnya saja tua, tapi kelakuan lebih bocah dari bocah, kasihan sekali netizen yang selama ini ngidolain influencer macam dia, kalau ada fansnya yang wajahnya kek saya, mau disebut juga mau muntah lihat wajahnya?" Bukan aku ingin memperpanjang masalah, aku hanya jengah dengan kata-katanya yang menyakitkan, dan semua orang memintaku untuk memaklumi sikap tidak baiknya, kayak apa sih? Seistimewa apa dia sampai kesalahannya harus juga aku maklumi? Setidakadil itukah dunia ini bekerja? "Nggak cuma aku yang akan tersinggung, semua orang di dunia ini juga bakal murka kalau diperlakukan seperti aku barusan. Bukan aku yang berlebihan, tapi kalian dan Miss Sempurna itu yang harus koreksi diri." Enggan untuk memperpanjang obrolan dengan pria bernama Joshua tersebut aku beranjak pergi karena mobilku sudah sampai, tapi sama seperti aku yang jengah pasal Rinjani dan muka duanya, sahabat dari Rinjani ini pun sepertinya merasakan hal yang sama. Bagi orang-orang yang bekerja di dunia entertain, citra baik adalah hal yang sangat penting, dan kali ini Rinjani apes karena menyinggung orang yang salah sepertiku. Perempuan yang disebutnya Jalang karena digaet oleh salah satu temannya yang Playboy nyatanya seorang yang mudah mengup sesuatu di sosial media. Sayangnya langkah kakiku harus berhenti karena pria c***l ini mencekal lenganku, dan aku sangat tahu apa yang akan dilakukannya. "Baiklah kalau begitu, kalau sekedar permintaan maaf tidak bisa meredam emosimu, bagaimana kalau kalau kamu mengatakan apa yang kamu inginkan." Joshua, pria dengan anting kecil di daun atas telinganya ini terlihat begitu panik karena jawabanku yang tidak mau menuruti apa yang dia minta hingga dia mengeluarkan jurus terakhir, layar ponselnya menyala, memperlihatkan sebuah akun Mbanking yang terbuka, tanpa banyak bicara lagi aku sangat paham apa yang dia maksud, "saranku, terima apa yang aku tawarkan ini dan jangan membuat masalah dengan Rinjani, Cantik. Aku hanya temannya, dan yang aku lakukan ini untuk membantumu, lupakan masalah barusan karena dia punya dua guardian yang akan melakukan segala cara untuk melindunginya." ……………………………………………………… Part 6. Penawaran "Benar aku terlahir dari Jalang, tapi aku memilih untuk tidak mengikuti jejaknya" -Serena Yunika- "Saranku, terima apa yang aku tawarkan ini dan jangan membuat masalah dengan Rinjani, Cantik. Aku hanya temannya, dan yang aku lakukan ini untuk membantumu, lupakan masalah barusan karena dia punya dua guardian yang akan melakukan segala cara untuk melindunginya." Joshua, teman dari Miss Sempurna yang miliki banyak fans tersebut tersenyum penuh kemenangan saat aku meraih ponselnya. Satu hal yang tidak aku sukai dari cara berpikir pria setengah c***l ini adalah uang bisa menyelesaikan segalanya. "Great, pilihan yang bagus." Ucapnya sembari mengusap puncak kepalaku, hal yang menurutnya manis sementara yang sebenarnya ingin sekali aku mematahkan tangannya, sayang sekali saat Joshua merasa dia diatas awan sudah bisa mengendalikanku untuk tidak mengusik perempuan yang disebut teman, yang aku lakukan justru menghapus aplikasi m-banking itu ponselnya dan langsung mengembalikan ponsel itu kepadanya yang tercengang-cengang dengan tindakanku barusan tanpa rasa sedikit bersalah sedikitpun. "Kalau semua masalah bisa diselesaikan dengan uang, Polisi dan Jaksa nggak guna dong di negeri ini?" Jawabku enteng, "Lagipula, kalau cuma duit, kalian pikir aku nggak punya? No, yang aku inginkan jika kalian tidak mau aku mengungkap apa yang aku ketahui hari ini sederhana, minta Miss Sempurna itu meminta maaf kepadaku, maka aku akan menyimpan rapat-rapat apa yang aku dengar dan lihat hari ini." Jika sebelumnya Joshua yang mengintimidasiku, maka kini giliranku yang melakukannya. Perlahan aku melangkah mendekat kepadanya, dan berbisik tepat di telinganya agar dia mendengar setiap kata yang aku ucapkan. "Menurutmu apa judul artikel yang lebih tepat? Influencer ternama melakukan intimidasi, kekerasan verbal dan doxing kepada pengunjung bar? Atau influencer terkenal kegap jalan dengan pria lain padahal sudah bertunangan? Aku rasa netizen akan lebih menyukai artikel kedua, pengkhianatan dan perselingkuhan bukan hal yang bisa dimaafkan oleh netizen." Selesai mengatakannya aku memilih mundur selangkah, memperhatikan dengan baik teman dari Miss Sempurna ini dengan seksama, jujur saja, aku sedikit iri dengan pertemanan mereka yang saling melindungi ini terlepas dari kenyataan jika citra seseorang adalah hal yang penting untuk bisnis. "Kamu akan mendapatkan banyak masalah, Cantik. Apa yang kamu lihat bukanlah kenyataan." Mendengar kalimat peringatan yang sama untuk kedua kalinya membuatku tertawa. "Masalah? Aku terlahir dari masalah, dan rasanya menambah satu masalah lagi bukan masalah. Entah benar atau tidak temanmu berselingkuh, itu urusan belakangan. Yang jelas, dia harus belajar untuk melihat jika dunia tidak berputar hanya di sekitar dirinya hingga semua orang harus memaklumi sikapnya." Tanganku terulur, menyentuh pipinya yang terasa halus sembari terkekeh kecil, "BTW makasih loh untuk greeting card dan minumannya. Sampaikan kepadanya ucapanku tadi, dan jika dia tidak mau meminta maaf besok pagi, maka siap-siap untuk semakin terkenal ya!" Tanpa menunggu jawaban darinya aku melangkah pergi menuju mobilku yang sudah disiapkan, dan tepat saat pintu mobil tertutup, senyuman dan tawaku seketika menghilang, semakin lenyap seiring dengan pedal gas yang aku injak semakin dalam mempercepat laju mobil milik Samuel yang kini membelah ramainya jalanan Ibukota. Sungguh, kemarahan yang aku rasakan benar-benar membuatku sesak. Rinjani, dia bukan hanya menginjak harga diriku dengan sikap angkuhnya yang mengusirku namun kata-katanyalah yang sukses merobek-robek hatiku. Dia berkata aku mirip dengan Ayah dan pelakor yang ada di dalam hidupnya hingga melihat wajahku pun mual dan muak. Seumur hidupku aku membenci perselingkuhan lebih dari siapapun, karena perbuatan nista dan hina inilah hidupku seperti berada di neraka, setiap kali orang-orang terdekatku tahu jika aku adalah anak adopsi hasil perbuatan hina Ayah biologisku dengan juniornya dulu, semua orang menjauh seakan aku adalah sampah yang harus dijauhi. Dosa yang orangtuaku perbuat harus aku sangga, hinaan dan makian yang seharusnya orangtuaku dapatkan mereka lontarkan kepadaku. Kenapa? Kenapa semua orang, bahkan yang tidak aku kenal sekalipun menghakimiku seperti sampah sementara aku sendiri pun tidak ingin dilahirkan dari dosa. Tidak peduli seberapa keras aku melepas kenyataan pahit jika aku adalah anak yang terlahir dari dosa, kutukan ini terus mengikutiku dan kalimat Rinjani barusan adalah puncaknya. Aku sangat tahu jika perempuan angkuh yang hidup dalam kesempurnaan dengan segala hal yang dia miliki tidak akan pernah meminta maaf seperti yang aku inginkan, jika seperti ini jangan pernah menyalahkanku saat aku membalasnya dengan caraku sendiri. Sampai di akhir pun aku merasa bersalah tanpa alasan untuk menguak skandalnya, namun dia sendiri yang memantik api kemarahanku. "Sam, gue mau naikin skandal Rinjani Prabumi. Thanks buat infonya, lo bener, semakin sempurna seseorang, semakin banyak hal yang harus dia tutupi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD