Hari ini, Risa dan Andra menghadiri tiga rapat yang semuanya dilaksanakan di perusahaan.
Ketiga rapat berjalan dengan lancar. Risa bisa mengatasi rasa gugup saat harus duduk berdampingan dengan Andra di ruangan rapat tadi.
Sekarang, Risa sedang membereskan meja kerjanya. Pekerjaannya untuk hari ini sudah selesai. Dan sebentar lagi, Risa akan pulang.
Entah kebetulan atau apa, saat Risa akan pulang, Andra pun sama. Jadinya, mereka masuk ke dalam lift bersama. Dan suasana di dalam lift, sangat canggung.
Risa dan Andra sama-sama berusaha menguasai keadaan. Untuk tak terlalu mengingat masa lalu antara mereka. Masa lalu yang sebenarnya tak memberikan kesan berlebih bagi mereka. Tentu saja. Apa yang mau diharapkan dari pernikahan satu bulan?
"Bagaimana kabar orangtuamu?" Secara tiba-tiba, Andra bertanya. Membuat Risa kaget dan gelagapan.
"Baik. Mereka baik-baik saja," jawab Risa cepat.
"Kamu sudah menempati apartemen yang disediakan perusahaan?" Lagi, Andra bertanya.
"Sudah, Pak." Risa menjawab formal dengan menyebut Andra, 'Pak'. Sementara Andra, tak sadar memakai bahasa non-formal pada Risa.
"Semoga kamu bisa bekerja dengan baik. Satu tahun ke belakang, banyak yang tak bisa bekerja dengan baik hingga aku memecatnya." Andra berbicara cukup panjang, membuat Risa sedikit kaget. Namun, Risa berusaha membiasakan diri, dan melayani ucapan Andra.
"Ya, semoga saja, Pak. Saya tak mau kehilangan pekerjaan yang susah didapatkan," balas Risa dengan senyuman kecil.
"Kabar Om Irwan dan Tante Sukma bagaimana?" Kini, giliran Risa yang menanyakan kabar orangtua mantan suaminya itu.
"Mereka baik. Kak Yudha juga sudah menikah. Sebentar lagi dia akan jadi seorang ayah." Risa membulatkan bibir mendengar itu. Ternyata, sudah lama juga sejak waktu itu. Sejak dia dan Andra menjadi suami istri dan memutuskan bercerai.
Perbincangan mereka terhenti saat lift berhenti di lobi dan pintunya terbuka. Mereka berjalan keluar beriringan dan menjadi tatapan para karyawan yang belum pulang. Risa merasa risih, namun berusaha mengabaikan juga.
Sampai di parkiran, Andra langsung berjalan mendekati mobilnya. Sementara Risa, berdiri di pinggir jalan mencari taksi. Cukup lama Risa berdiri di sana menunggu taksi yang lewat. Dan Andra yang melihat itu pun mengendarai mobilnya mendekati Risa.
"Masuklah. Aku akan mengantarmu," ucap Andra. Risa terbengong kaget mendengarnya. Kemudian, dengan cepat dia menggeleng.
"Tak perlu, Pak. Saya bisa pulang naik taksi," tolak Risa. Jelas dia tak mau karena banyak para karyawan di sana. Bisa-bisa dia jadi bahan gosip jika terlihat pulang bersama dengan Andra. Lagi pula, Risa tak mau terjebak berdua lagi dengan Andra.
"Baiklah." Andra tak memaksa dan langsung menutup jendela mobil. Perlahan, mobilnya melaju meninggalkan Risa yang masih berdiri di pinggir jalan.
Tak lama setelah kepergian Andra, ada satu taksi yang lewat. Risa langsung menyetopnya. Dan beruntung, tak ada penumpang di taksi itu.
"Tolong antarkan saya ke gedung apartemen Luxury Golden."
***
Sampai di apartemen, Risa langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Risa tak menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi. Dan setelah mandi, Risa langsung memakai piyama.
Di kamar, Risa langsung merebahkan diri. Merilekskan tubuhnya yang tegang karena bekerja dan berhadapan dengan Andra terus. Rasanya, pekerjaannya yang sekarang lebih banyak menguras tenaga. Mungkin karena dia bekerja pada mantan suaminya sendiri.
Risa menatap langit-langit kamar apartemennya. Memikirkan nasib dia ke depannya. Sekarang, baru satu hari dia bekerja menjadi asisten Andra. Dan rasanya, benar-benar melelahkan. Bukan karena banyak bekerja, tapi karena harus banyak mengontrol emosi. Membuat diri sendiri santai dan biasa saja saat berdekatan dengan Andra itu sulit sekali.
"Kenapa juga aku harus merasa tegang dan canggung? Dia bukanlah seseorang yang spesial di masa laluku," ucap Risa pada dirinya sendiri.
Mungkin, jika saja dulunya pernah terjadi sesuatu yang spesial antara dia dan Andra, wajar jika dia merasa gugup sekarang. Nyatanya, walau jadi suami istri, mereka tak beda jauh layaknya orang asing yang tinggal satu kamar. Tak pernah mengobrol layaknya suami istri, dan benar-benar bersikap layaknya orang asing. Hanya akan bicara jika penting dan mendesak saja.
Dan yang paling penting, Risa dan Andra tak pernah melakukan hubungan badan. Tidak, tidak pernah sekali pun. Karena itu, walau berstatus janda, sebenarnya Risa masih seorang perawan. Dan tak banyak yang tahu juga kalau Risa pernah menikah.
"Bagaimana kalau orang-orang tahu aku dan Andra pernah menikah?" Risa bertanya pada dirinya sendiri dengan perasaan ngeri. Kemudian, Risa menggeleng dengan kuat. Membuang pikirannya yang tak tentu arah.
"Cukup, Risa. Cukup! Tidur!" Risa membentak dirinya sendiri. Menarik selimut, Risa mulai membenamkan diri. Menutup mata, berharap bisa segera terlelap agar besok tidak bangun kesiangan.
***
Di sebuah kamar bernuansa putih dan coklat, ada seseorang yang sedang berbaring di atas kasurnya. Seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Andra.
Selesai makan malam, Andra langsung masuk ke kamarnya untuk istirahat. Tak mau terlalu lama berkumpul dengan keluarganya. Karena keluarganya, akan terus bertanya padanya tentang masalah sekretaris barunya.
Bukan tak mau menceritakan, Andra malah bingung mau menceritakannya seperti apa. Awkward sekali rasanya jika dia menceritakan pada keluarganya kalau Risa lah yang jadi sekretaris barunya.
"Kenapa harus dia?" gumam Andra.
Biasanya, Andra akan melihat biodata sekretarisnya secara detail. Menanyakan lulusan dan pengalamannya. Tak mau asal menerima sekretaris hasil merekrut Keanu.
Namun saat melihat Risa, Andra tak terpikirkan hal itu. Dia terlalu kaget. Hingga yang dia lakukan adalah secepatnya menghindari Risa.
"Huh!" Andra menghembuskan nafas kasar karena tak bisa berpikir secara jernih. Entah kenapa, kini pikirannya dipenuhi oleh satu nama, yaitu Risa.
Harusnya, dia tak segelisah ini. Harusnya, dia tak sepanik ini. Harusnya, dia bisa tenang dan santai. Risa bukanlah salah satu bagian masa lalunya yang indah. Risa hanya mantan istrinya, yang bahkan Andra tak punya kenangan indah apapun dengannya.
Pernikahan mereka sangat singkat, hanya satu bulan. Dan selama sebulan itu juga, mereka tak bersikap layaknya suami istri. Mereka sama-sama orang asing. Tapi kenapa sekarang saat dipertemukan lagi malah begini?
"Sepertinya aku terlalu kelelahan," gumam Andra seraya memijat pelipisnya. Ya, dia harus bisa menguasai emosi dan dirinya sendiri. Agar hari esok bisa dia lewati dengan baik.