CHAPTER 3

1453 Words
Sarah mengikat tali sepatunya dengan kencang dan memastikan penampilannya hari ini pantas. Ia hanya memakai sweater warna merah muda dan celana jeans yang tidak terlalu ketat. Ia meminjam tas selempang milik Leah untuk menambah kesan sederhananya. Beruntung Leah punya tas kecil yang motifnya tidak berlebihan. Sarah merapikan rambutnya sekali lagi dan menghampiri Leah yang berada di ruang tamu,"Leah, aku sudah memutuskan untuk menemui Tuan Grissham. Nanti akan ku kabari jika sudah selesai." Leah menggigit bibirnya antara setuju dan tidak. Tadi malam Alex sudah menghubunginya dan ia cukup tertarik dengan Sarah. Gadis itu tampak begitu semangat untuk menemui Alex dan bagaimana wajahnya ketika ia pulang nanti? Oh tuhan, kenapa rasanya Leah menyesal telah mengenalkan Sarah pada Alex? "Sarah... Uhm, jika Alex berbuat macam-macam, katakan padaku, oke? Aku bisa memperingatinya." Sarah hanya tersenyum lalu memeluk tubuh Leah,"Iya baiklah. Akan aku lakukan." Selepas itu ia berbalik dan segera pergi dengan taksi. Leah sudah menawarinya tumpangan, tapi Sarah terlalu keras kepala untuk menerima kebaikan Leah. Beruntung gadis itu punya setidaknya lima puluh dollar dalam dompetnya. Sebuah taksi berhenti tepat di depan rumah Leah, Sarah masuk ke dalamnya lalu menyebut lokasi perusahaan GrissWorld yang berada di keramaian kota. ... Taksi itu membawanya ke sebuah gedung menjulang dengan sebuah simbol emas yang terpajang di bagian atas pintu utama. Sarah tahu tentang tempat ini, tapi dia tidak menyangka kalau gedung setinggi ini adalah perusahaan kaya milik seseorang bernama Alex Grissham. Gadis itu melangkahkan kaki menuju gedung besar itu, dia melihat banyak orang dengan pakaian kantor mereka masuk dan keluar melalui pintu besar di hadapannya. Beberapa penjaga dengan seragam khusus tampak berdiri tegap seperti patung jika saja mereka tidak bernapas. Sarah tetap melanjutkan langkahnya menuju lobby utama. Dilihatnya sebuah meja informasi yang berada di samping pintu lift dan sebuah ruangan lain, sepertinya disanalah dia bisa bertanya dimana ruangan Alex Grissham. "Permisi," Sarah menyentuhkan jari-jarinya di meja coklat yang lumayan tinggi dan menutupi sebagian wajah perempuan yang duduk di depannya itu. Perempuan itu bernama Ashley— terlihat dari papan nama yang melekat di pakaiannya. "Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanyanya dengan ramah. Sarah tersenyum kecil dan memberikan kartu nama yang sedari tadi ia pegang. "Bisakah aku bertemu dengan Tuan Grissham?" "Apa sudah ada janji sebelumnya dengan Tuan Grissham, Nona?" Sarah meringis dalam hati. Ia tidak pernah membuat janji apapun tapi bagaimana agar dia bisa bertemu seorang Alex Grissham hari ini? Gadis itu tersenyum seketika. Ah ia punya alasan untuk bertemu dengan Alex dan perempuan ini pasti akan membawanya langsung pada Tuan Grissham. "Sebenarnya aku datang kemari karena mendengar Tuan Grissham memerlukan sedikit bantuan. Ah maksudku, aku tahu ini dari temanku Leah yang mengatakan-" "Uhm, Nona... Jika Anda merasa benar-benar punya alasan untuk bertemu Tuan Grissham, sebaiknya Anda pergi ke lantai paling atas. Disana Anda akan bertemu dengan sekretaris Tuan kami dan dapat menyampaikan pesan Anda." Ashley berdiri dan menuntunnya ke sebuah lift khusus yang akan membawanya langsung ke lantai dimana Alex Grissham berada. Sarah semakin merasa bersalah, apakah ucapannya tadi terlalu berbelit-belit atau mungkin perempuan di meja informasi itu enggan untuk mendengar alasan kedatangannya? Seharusnya ia bertanya pada Leah tentang ini. Demi apapun, ia tidak pernah mendatangi kantor seseorang untuk bertemu dengan orang penting seperti ini. Jelas sekali kalau Sarah terlalu kuno dengan segala pengetahuannya yang hanya terpusat untuk menjadi guru sekolah. Suara Ashley yang memanggilnya membuat pikiran Sarah sedikit teralihkan. Dia tersenyum kikuk sebelum berjalan masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai paling atas. Melalui lift ini biasanya Alex ataupun tamu yang ingin bertemu dengannya lewat. Sarah merasa sedikit tak enak karena kedatangannya tidak direncanakan sebelumnya. Pintu lift tertutup rapat dan bergerak lambat ke lantai atas. Sarah semakin gugup, kepalanya diisi oleh jumlah uang yang akan diberikan Alex jika ia memenuhi kriteria untuk membantu pria itu dalam hal yang ia tidak ketahui sebelumnya karena Leah tidak mau mengatakannya pada Sarah. Gadis itu tersenyum saat pintu lift kembali terbuka. Ia hanya melihat sebuah ruangan yang cukup besar dengan beberapa sofa panjang bewarna merah serta meja bulat yang di atasnya terdapat beberapa majalah edisi Minggu ini. Tidak ada siapapun yang bisa Sarah lihat kecuali wanita bermata hitam yang sibuk menulis sesuatu di meja kerjanya. Oh, ia hampir tidak melihat ada meja lainnya di dekat pintu besar yang pasti merupakan ruangan Tuan Grissham. Sarah mendekati si sekretaris dan berdeham sebelum berbicara sopan pada wanita kacamata itu,"Uhm.. Maaf mengganggu, bisakah aku bertemu dengan Tuan Grissham?" Wanita itu mendongak dan terkejut melihat siapa yang datang. Sungguh tadi dia terlalu fokus pada masalahnya hingga tidak menyadari kalau ada gadis muda yang datang bertanya padanya. Sekretaris itu segera memperbaiki letak kacamatanya dan menyambut Sarah dengan satu senyuman,"Maaf, ada apa Nona?" "Bisakah aku bertemu dengan Tuan Grissham?" Ulangnya. Sekretaris itu mengangguk sebelum melihat daftar nama yang ada di sudut mejanya. Sarah memerhatikan itu semua, ada beberapa daftar nama wanita serta profil mereka. Namun kebanyakan dari mereka dicoret dengan pena merah entah karena apa. Hanya menyisakan dua profil wanita lainnya dan itu… Sarah mengerutkan keningnya. Apa ia barusan melihat wajahnya sendiri? "Anda Nona Sarah Heather?" Sarah mengangguk beberapa kali. "Anda bisa menunggu di sebelah sana, Nona Heather. Tuan kami sedang memiliki tamu lain," Sekretaris itu menunjuk sofa panjang yang tadi dilihat Sarah lalu tanpa banyak bertanya ia segera duduk dan menunggu. Otaknya mulai memikirkan tamu yang ada di dalam sana. Mungkinkah tamu itu wanita yang berada dalam daftar? Tak lama kemudian pintu itu terbuka. Suara ketukan sepatu yang teramat keras di atas lantai memaksa Sarah untuk mendongak. Ia melihat wanita rambut pirang tengah menangis dan mengumpat sambil terus berjalan ke pintu lift. Kuku jarinya yang dihiasi cat kuku warna biru menekan tombol lift itu tidak sabaran mungkin bisa saja hancur jika dia tidak ingat kalau tombol itu bagian dari kantor ini. Setelah kepergiannya, sekretaris itu berdeham sedikit dan mencoret nama itu dari daftar yang ia pegang. Ia berdiri lalu berjalan ke samping pintu besar yang menghubungkan mereka dengan seseorang di dalam sana. "Nona Sarah, saatnya Anda masuk. Saya yakin Tuan sudah menunggu Anda." Sarah menggigit bibirnya, kenapa ia merasa tidak tenang? Apakah aura ketegangan ini memengaruhi nya? Oh, Tuhan. Sarah bersumpah dalam hatinya kalau dia sangat gugup, kepalanya pusing memikirkan hal buruk lainnya ketika bokongnya mendarat di kursi tamu di dalam sana. Ia meneguk ludahnya kemudian berjalan pelan ke arah pintu yang sedikit terbuka. Sekretaris itu mengikutinya dari belakang ketika Sarah berhasil masuk. Gadis itu tetap menundukkan wajah, takut melihat mata si pemimpin yang terasa mengerikan. "Tuan Grissham. Ini adalah Nona Sarah Heather, dia perempuan-" "Keluar Madeleine." Suaranya begitu berat dan terkesan seksi. Sarah menajamkan telinganya dan ia berusaha untuk mendongak. Melihat si pemilik suara yang terasa dekat padanya. Madeleine telah keluar dan menutup pintu sesuai dengan yang diperintahkan Alex padanya. Sarah merasakan gelenyar aneh ketika matanya berhasil bertemu pandang dengan netra biru yang menyejukkan mata. Oh tuhan, Tuan Grissham adalah fantasi semua wanita. Warna mata yang memukau, alisnya tebal dengan ciri yang sangat langka menurut Sarah. Garis-garis yang memenuhi keningnya ketika ia mengerutkan dahi membuat pria itu terlihat sangat bijaksana. Coba lihat rahangnya yang tajam, bagaimana jika Sarah menjalankan telapak tangannya di sekitar rahang tajam Alex? Apakah akan berdarah? Hal terakhir yang menjadi penglihatannya adalah bibir pria itu. Begitu basah dan ya tuhan! Bahkan di majalah yang pernah ia lihat, tidak ada yang seperti itu. Alex Grissham sangat sempurna, berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan. "Hanya akan berdiri seperti itu?" Suara pria itu begitu serak, nada perintah juga terasa ketika bibirnya berbicara. Sarah bergetar di tempatnya, ia menarik napas dan berjalan sedikit lebih dekat pada Alex yang berdiri di depan kursi besarnya. Kedua tangan pria itu berada di dalam saku celananya dan kemejanya tidak rapi, tapi itu sangat seksi di mata Sarah. Sarah duduk di kursi seberang Alex, setelah pria itu duduk tentunya. "Sarah, huh? Aku menunggumu sedari tadi." "Ma-maaf Tuan Grissham, ta-tadi Anda-" "Mereka tidak berguna, Sarah. Kuharap aku dan kau bisa saling menguntungkan." Sarah mengangguk kaku, bahkan ia tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Apa harus ia berbasa-basi basi dulu untuk mempersempit rasa canggung ini? "Jadi Nona Heather, mengingat kau tidak tahu cara berbicara, aku akan memulai lebih dulu-" Alex mengulurkan tangannya pada Sarah,”Aku Alexander Grissham. Jika kau masih tidak percaya kalau ini aku," Lanjutnya. Sarah merasakan jantungnya tidak dapat berfungsi lagi. Malu sekali rasanya, ketika ia kedapatan sedang memikirkan wajah serta mengukur ketampanan pria itu, tapi jujur saja, Alex begitu sempurna! Hell, seharusnya Sarah tahu itu. "Ma-maafkan aku Tuan Grissham. A-aku hanya-" "Sambut saja tanganku, Heather," Titahnya. Sekejap saja, Sarah mengulurkan tangannya segera lalu menyambut telapak tangan Alex dan menggenggamnya. Demi Tuhan, tangan Alex begitu besar dan hangat, melingkupinya dalam arti yang sangat sempurna. Sarah yakin kalau Alex hanya satu-satunya pria yang punya genggaman yang begitu kuat dan panas. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD