Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi
Amy membuka kelopak matanya dengan enggan. Sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.jika bisa berteriak, ia sangaat ingin berteriak dengan kencang sekarang. Rutinitasnya di Le Paradis, di tambah rutinitas harian seperti membantu bisnis ayahnya.
Tidak. Ia bukannya tidak menyukai pekerjannya.
Amy sangat menyukai pekerjaannya. Hanya saja, fisiknya bertolak belakang dengan kesenangan hatinya. Meoles ratusan gelas kristal dan peralatan makan lainnya setiap hari, melayani tamu – tamu Le PAradis yang tidak pernah sepi