Sore hari ini terasa tenang, sayup sayup pendar oranye dari langit mulai muncul menandakan senja akan muncul. Pemandangan yang sedang dilihat Bastian Caesar Rajasa yang akrab disapa Bastian, seorang drummer yang saat ini sedang naik daun karena aksi panggungnya yang memikat hati wanita manapun yang melihatnya.
“Bro bengong saja! Bagi rokok dong!” sapa Adit sahabatnya sekaligus vokalis band nya saat melihat Bastian sedang bersandar di pinggiran balkon studio band nya sambil merokok.
“Nih.” Bastian melemparkan bungkus rokok pada Adit dengan acuh kemudian kembali masuk ke studio setelah mematikan puntung rokok yang ada di tangannya.
“Mau kemana? Siap-siapkan barang kamu, nanti malam kita manggung. Jangan lupa!” Adit mengingatkan Bastian tentang agenda band nya mala mini, Bastian hanya menunjukkan jempolnya sambil terus berjalan menuju studio menghampiri Abi sang pemain bass yang sedang mempersiapkan bassnya.
Malam ini band mereka, Triggerd akan tampil untuk merayakan ulang tahun salah satu televisi swasta. Band Triggerd memang sedang naik daun karena lagu yang baru mereka rilis beberapa minggu lalu mendadak booming di sosial media. Saat ini Bastian dan anggota band Triggerd sedang menunggu giliran mereka untuk naik panggung. Mereka melakukan pemanasan-pemanasan kecil untuk mempersiapkan penampilannya nanti, namun tidak untuk Bastian. Lelaki berusia 26 tahun itu terlihat melamun sendirian entah apa yang sedang ada di dalam pikirannya. Bastian memang pribadi yang tertutup dan jarang menceritakan masalah pribadinya pada siapapun bahkan anggota band--nya yang merupakan sahabat dari masa SMA nya.
“Bas, kamu kenapa bengong saja?” tanya Adit membubarkan lamunan Bastian
Bastian terkesiap, “hah?! tidak ada kok. Aku sepertinya hanya kurang istirahat saja,” jawab Bastian yang kemudian diiyakan oleh Adit dan yang lainnya.
Jadwal mereka memang sedang padat-padatnya sekarang, wajah mereka tak jarang juga muncul di pertelevisian.
“Ya sudah, setelah manggung nanti kamu langsung pulang saja, istirahat biar besok fresh. Besok kita tidak ada jadwal kok,” usul Tio sang gitaris.
“Betul kata Tio tuh Bas, jangan sampai sakit ketika jadwal padat begini,” sahut Adit.
Saat yang ditunggu akhirnya tiba juga. Band Triggerd saat ini sudah di atas panggung dan membawakan lagu terbaru mereka diikuti riuh penonton dan penggemar dari depan panggung. Bastian melakukan aksi nya yang energik, daya tariknya yang membuat para wanita yang melihatnya seperti ikut ditabuh hatinya oleh Bastian.
Belum lagi penampilannya dengan kepala plontos dan lengan penuh dengan tato, membuat tidak sedikit wanita-wanita yang menyerukan namanya membuat Bastian semakin semangat menabuh drum nya sambil mengeluarkan senyum smirk andalannya, dan tentu saja disambut dengan teriakan penggemarnya. Bastian memang hebat saat bermain drum, saat ia berada di belakang alat musik yang sudah digelutinya sejak kecil itu, Bastian seakan dapat mengeluarkan segenap jiwa nya pada alat tersebut. Hal itu lah yang mungkin dapat menarik perhatian para penggemarnya.
Acara manggung malam ini selesai, Bastian dan semua anggota band beserta managernya berencana untuk langsung pulang ke rumah masing-masing malam ini.
“Kita semua langsung pulang saja ya malam ini, besok tidak ada jadwal jadi kalian bisa istirahat panjang dan mengembalikan tenaga untuk agenda selanjutnya,” tutur Sapto panjang lebar, Sapto adalah manajer band Triggerd yang sudah setia mendampingi mereka tiga tahun ini.
Semua menganggukkan kepala tanda setuju begitupun dengan Bastian, ternyata mereka merasakan lelah dan penat yang sama seperti yang dirasakan Bastian.
“Ya sudah yuk ambil mobil,” ajak Adit memecah keheningan.
Mereka menuju ke lahan parkir yang ada tidak jauh dari lokasi panggung tadi. Bastian melangkah lunglai sambil merangkul bahu Tio, “kamu pulang yo? Aku bawa mobil nih mau mampir tidak?”
Bastian merasa enggan untuk segera pulang dan diam-diam mengajak Tio mampir sebentar, “duh! Sorry Bas, aku mulai tidak enak badan nih! Kayaknya harus balik betulan deh aku, next time ya?” jawab Tio membuat Bastian otomatis menurunkan bahu nya lemah.
‘Apa cabut sendiri ya?’ batin Bastian, setelah mendengar jawaban Tio merasa enggan mengajak temannya yang lain dan membiarkan mereka beristirahat setelah agenda panjang.
Bastian sudah berada di balik kemudi mobilnya. Ia tidak langsung melajukan mobilnya karena masih menimbang-nimbang apakah ia akan pulang atau mampir ke suatu tempat dulu. “Ah sudahlah! pulang saja, mau mampir kemana juga tidak tau,” sesaat Bastian berpikir untuk langsung pulang.
Perlahan ia melajukan mobil nya keluar dari lahan parkir sambil mendengarkan lagu dari radio mobilnya. Jam menunjukkan pukul 12.30 malam. Jalanan Jakarta malam ini terlihat sepi. “
‘Mungkin karena sudah tengah malam,’ batin Bastian.
Bastian sengaja mengemudikan mobilnya tidak terlalu kencang agar bisa merasakan keheningan malam ini, radio mobil pun sudah ia matikan. Dalam heningnya, tiba-tiba pikiran berkecamuk dalam kepalanya.
Entah datangnya darimana pikiran itu mampu membuat Bastian kesal, “damn it!” tiba-tiba saja Bastian berseru sambil memukul ringan stir mobilnya, kepalanya terasa mau pecah. Memang sudah beberapa minggu ia hanya kerja saja, rasanya sudah lama ia tidak bersenang-senang sebentar melepaskan penat yang selama ini memenuhi kepalanya.
“Oke, aku tidak bisa langsung pulang,” ujar Bastian pelan sesaat kemudian mengarahkan mobilnya menuju pub yang biasa ia datangi dengan teman-temannya.
Bastian memarkirkan mobilnya di pub yang ia tuju, sebelumnya ia menghubungi Adit, Tio, dan Abi untuk menghampirinya di Pub langganan mereka. Mengetahui kondisi Bastian, tiga sahabatnya itu pun langsung bergegas ke tempat yang telah dijanjikan.
Bastian mengambil topi dan kacamata yang selalu ia simpan di laci mobilnya. Bastian tidak pernah melupakan dua barang tersebut, karena menyadari statusnya sekarang, ia harus lebih berhati-hati saat berada di luar terutama di tempat yang bisa menjadi bahan berita untuk para wartawan terlebih lagi posisi band nya yang sedang ini sedang naik daun.
Lagi pula jika muncul berita yang tidak menyenangkan besok pagi, bisa-bisa Bastian akan dibunuh oleh managernya yang cerewet itu.
Bastian berjalan perlahan menuju pintu Pub, tak jarang ia menurunkan posisi topi nya dan menundukkan kepala sambil melihat sekeliling.
“Syukurlah aman,” ucap Bastian dalam hati.
Bastian memasuki pintu disambut oleh pengawal yang berjaga di depan pintu pub yang cukup dikenal di daerah Jakarta Selatan. Bastian mengedarkan pandangannya mencari tempat yang nyaman untuk ia tempati malam itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di sofa kosong yang tersedia sambil memesan alkohol pada bartender yang bertugas malam itu.
Bastian menyesap minumannya perlahan sambil menunggu kehadiran temannya, sesekali mendapati wanita-wanita datang menggoda Bastian yang hanya ditanggapi biasa saja oleh nya, “sorry ya, aku mau sendirian saja malam ini,” jawabnya pada setiap wanita yang menghampirinya.
“Bas!” sapa Abi sesampainya di Pub. Bastian yang sudah mulai berada dibawah pengaruh alkohol hanya mengangkat tangannya mengajak tos pada tiga sahabatnya itu.
“Sorry Yo, aku mengajak kamu kesini padahal kamu lagi tak enak badan,” ucap Bastian mengingat tadi ia sudah sempat mengajak Tio tapi ditolak karena sedang tidak enak badan.
“Santai Bas, tak enak badan tuh obatnya alkohol!” jawab Tio asal padahal ia hanya tidak tega meninggalkan temannya.
“Sudahlah santai saja Bas, besok kan kita kosong, jadi bisa seharian istirahat. Malam ini kita santai sambil lepas penat aja. Terakhir kita kumpul sudah beberapa minggu lalu kan?” timpal Adit pada Bastian sambil menyalakan rokoknya.
Malam ini mereka habiskan untuk bersenang-senang. Tio sudah duduk bersama satu perempuan, begitupun Adit dan Abi, tapi tidak dengan Bastian. “
Bas, malam ini kita senang-senang, sudahlah kenapa sendirian saja?” Abi meracau melihat temannya yang dari tadi betah duduk sendiri tidak seperti tiga orang sahabatnya yang lain.
“Tidak Yo, serius lagi unmood malam ini,” jawab Bastian singkat yang kemudian disambut cemoohan dari teman lainnya dan mengundang gelak tawa mereka semua.
Ditengah-tengah tawanya, Abi mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah benda yang akrab di mata mereka.
“Bi, kamu gila ngapain bawa itu kesini?!” sentak Bastian terkejut ternyata Abi membawa satu bungkus sabu-sabu di dalam tasnya.
“Bi, masukin lagi disini tidak aman Bi! Bakal habis kita kalau ketahuan,” amuk Adit yang juga ikut terkejut dengan benda yang dibawa Abi tersebut.
“Sorry sorry, aku pikir kita mau senang-senang malam ini. Jadi aku bawa ini,” jawab Abi pada teman-temannya sambil kembali memasukkan plastik terkutuk itu ke dalam tasnya.
Setelah kejadian itu suasana di meja mereka terasa hening, mereka sibuk memikirkan isi kepala masing-masing sambil sesekali menyesap alkohol yang masih tersedia di meja.
please reader, jangan lupa komen, kasih hadiah dan juga tap love yaaa, see you love love