BAB 3

518 Words
Ela dan Ali melangkahkan kakinya ke jembatan Chapel. Ela memandang lukisan-lukisan yang di gantung di atas, hingga Ela mendongakkan wajahnya agar bisa melihat lukisan itu, lukisan itu seperti punya cerita tersendiri. "Kamu kerja dimana?" Tanya Ali penasaran, ini merupakan pertanyaan pembuka agar tidak terlalu canggung. "Saya, kerja di perusahaan kontruksi, hanya karyawan biasa. Kamu, kerja dimana?" Ela membalikkan pertanyaan. "Saya kerja di asuransi" ucap Ali sekenanya. Ali kembali melirik Ela, wanita itu masih menerusi langkahnya, "umur kamu berapa?". "26, kamu?" Tanya Ela. "35". Ela mengerutkan dahi, "kamu sudah seharusnya menikah". "Iya, seharusnya sudah" Ali tersenyum. "Sebaiknya kita makan disana" ucap Ali, menunjuk salah satu restoran. Ela memandang kearah salah satu restoran yang di tunjuk Ali, terlihat tulisan disana Balero Restaurante, "Iya" Ela tersenyum, dan melangkah mendekati restoran spanyol itu. Mereka memilih duduk disalah satu sudut ruangan sambil menunggu pesanan datang. Jujur sudah lama sekali ia tidak pernah berhadapan dengan laki-laki yang baru dikenalnya. Ia sama sekali tidak mengenal laki-laki dihadapannya ini. Karena kesendirianyalah ia terpaksa bersamanya. Padahal ia bukan jenis wanita yang langsung bisa akrab dengan laki-laki yang baru dikenalnya. Sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing, tidak ada yang berani memulai percakapan, hingga makanan datang, cukup membosankan memang. Ela melirik Ali, laki-laki itu makan dalam diam sama seperti dirinya. "Kamu berapa hari liburan disini?" Tanya Ela memulai percakapan. Ali memandang Ela dan kembali berpikir, "hanya beberapa hari saja" ucapnya. "Kamu pertama kalinya kesini?" Tanya Ali, ia lalu meraih gelas dan menyesap air mineral di hadapannya. "Iya, ini pertama kalinya". "Sama kalau begitu, nanti malam kamu akan kemana?" Tanya Ali. Ela mengedikkan bahu, "tidak tahu, mungkin menikmati indahnya view danau dari kamar hotel". "Liburan hanya berdiam diri dikamar hotel?". "Saya tidak tahu mau kemana, karena saya kesini hanya untuk liburan. Atau kamu mau mengajak saya ke suatu tempat" ucap Ela, ia menyudahi makannya. Ali tersenyum, "bagaimana kita ke Brooklyn club, saya tadi bertanya kepada salah satu pegawai hotel, club itu sangat terkenal di Luzern". Ela tertawa, ia melirik Ali. Ali mengajaknya ke club, yang benar saja. Ela pernah beberapa kali ke club dulu di Jakarta, ia pernah bersenang-senang dengan teman-temannya di kantor, mencari laki-laki berkantong tebal. Hasilnya ia pulang dalam keadaan tidak sadarkan diri. "Ya, saya sudah lama sekali tidak bersenang-senang" Ela tertawa. Setidaknya semua orang disini tidak mengenalnya. Ali tersenyum, ternyata wanita itu menyetujui ajakannya. Ali menyudahi makannya, ia melirik Ela. Wanita itu membalas tatapanya dan ia tersenyum. "Bisakah kamu, membuka topi yang kamu kenakan?" "Kamu ingin melihat saya membuka topi?". "Iya, tentu saja. Saya dari tadi penasaran ingin melihat wajah kamu" jujur Ela penasaran dengan wajah itu. Ali kembali menatap Ela, ia lalu memenuhi permintaan wanita itu. Ali membuka topi yang dikenakannya. Ela terpana, apa yang dilihatnya. Laki-laki itu tampan, wajah itu perpaduan Eropa dan Arab, hidungnya macung, rahangnya tegas. Mungkin Ali telah mencukurnya dengan rapi. Rambutnya sedikit gondrong dan jujur laki-laki itu tampan. "Kamu tampan" ucap Ela jujur. Ali tersenyum, ia ingin tertawa ketika Ela mengatakan hal seperti itu, "terima kasih, kamu juga cantik". "Sebaiknya kita pulang, nanti malam saya akan menjemput kamu, bersiap-siaplah" "Iya". ********* Ali menepati janjinya, ia menatap Ali tepat di hadapan pintu kamarnya. Laki-laki itu tampan dengan kemeja hitam dipadukan dengan celana jins itu. Ali juga terpana menatap penampilan Ela, ia mengenakan dress hitam dengan bahu terbuka, ia terlihat sangat sexy. Ela pandai sekali memadupadankan apa yang dikenakannya, tadi sore ia seperti wanita clasic dari Yunani, dan sekarang wanita itu berubah jadi wanita sexy, dan Modern. Lihat saja bibir yang tadi ia lihat tipis berwarna natural, kini berubah terlihat lebih penuh dengan lipstik merah menyala. Jujur Ali menyukai penampilan Ela seperti ini. Ia sangat menggoda, ingin sekali ia mengecup bibir itu, sungguh itulah yang ia inginkan saat ini. Tapi ia mengurungkan niatnya dan ia tersenyum. "Apakah kita sudah siap pergi" "Iya tentu saja". Ali mengulurkan tangannya dan ia mengurungkan niatnya memakai topinya. Ia memilih mengulurkan tangan kepada Ela. Ela tahu bahwa laki-laki berkebangsaan eropa terkenal dengan keromantisannya. Ah, ya Ali bukan warga Inggris dan ia juga bukan warga Itali. Tapi bukankah Libanon merupakan negara yang dekat dengan Eropa. Ela tersenyum, ia meraih tangan hangat Ali. Ali menggenggam tangannya dan berjalan meninggalkan kamar hotel. Ali menghentikan taxi yang melintas di depan hotel. Ali membuka pintu taxi untuk Ela, Ela mengucapkan terima kasih kepada Ali. Semenit kemudian taxi meninggalkan area hotel, menuju Renaissance Lucerne Hotel. Ali mendekati wajahnya, tepat ditelinga kiri Ela, ia berbisik seakan ingin mengigit telinga itu, "kamu cantik sekali" bisik Ali. Ali lalu menjauhkan wajahnya, ia menatap wajah cantik Ela. Wanita itu hanya diam. Ali menggenggam tangan lembut Ela, dan ia tersenyum dan mengalihkan tatapanya. Sementara Ela, jantungnya maraton ketika Ali berbisik ditelinganya, laki-laki itu seakan mengecup telinganya, dan ia berusaha mengatur detak jantungnya. "Terima kasih" ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD