BAB 19

483 Words
Ali menekan bell itu berkali-kali, tapi sang pemilik kamar tidak membukakan pintu kamarnya. Ini masih terlalu awal untuk seorang Ela tidur. Wanita itu belum makan malam. Ali kembali menekan bell kamar tersebut, tapi sang pemilik kamar sama sekali tidak ada tanda-tanda membukakan pintu untuknya. Tidak biasanya wanita itu seperti ini. Wanita itu pasti telah siap untk pergi dengannya, dan ia telah berjanji kepada wanita itu untuk menunggunya. Ali melirik jam yang melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 20.45 menit. Ali lalu menuju lantai dasar, ia meminta kepada receptionis untuk memberikan kunci ganda untuk kamar Ela, awalnya receptionis itu tidak memberikan kunci itu, dengan alasan menjaga privacy dan kode etik sebuah hotel. Ali memberi uang yang tidak sedikit kepada receptionis itu, agar memberikan duplikat kunci itu kepada Ali. Ali berhasil mendapatkan kunci itu dan ia dengan cepat berlari menuju kamar Ela. Rasa khawatir menyelubungi hatinya. Ali menempelkan barcode itu di pintu, dan seketika pintu terbuka. Ali melangkah masuk dan memandang Ela disana. Wanita itu terkejut atas kehadirannya. Ela meletakkan ponsel miliknya begitu saja di atas ranjang. Ia menegakkan tubuhnya dan mengelap air matanya dengan cepat. Ia memandang laki-laki itu dan mengalihkan tatapannya ke arah laki-laki itu. Wajah itu masih sama terakhir ia bertemu. Ali melangkah mendekati Ela, ia memperhatikan secara keseluruhan wanita itu, wanita itu masih sama terakhir ia bertemu, hanya rambut itu terlihat masih lembab. "Kenapa kamu tidak membukakan saya pintu?" Tanya Ali, sepertinya ia tidak akan berbasa-basi, karena dirinya ingin mengetahui kenapa wanita itu tidak membukakan pintu untuknya, terlihat jelas bahwa wanita itu sadar dan sengaja tidak membukakan pintu untuknya. "Bagaimana kamu bisa masuk ke kamar saya?" Ucap Ela, ia tidak menjawab pertanyaan Ali. "Bukankah semua di kamar hotel ini memiliki kunci ganda? Tidak perlu kamu tahu, bagaimana saya mendapatkan kunci itu". Ela tersenyum getir, ia sudah menduga bahwa laki-laki itu bisa menggunakan apa saja dengan uangnya. Dia terlalu bodoh mempercayai laki-laki seperti Ali. "Kenapa kamu tidak membukakan pintu untuk saya?". "Kamu pembohong, kamu membohongi saya !". "Membohongi apa yang kamu maksud?" Ali semakin tidak mengerti. "Apa maksud kamu semua ini, kenapa kamu melakukan ini terhadap saya". Ali hanya diam, ia masih menatap Ela. Terlihat jelas wanita itu emosi. "Kamu membohongi saya dengan cara seperti ini, kamu menjadikan saya kambing hitam atas prilaku kamu terhadap saya. Kamu melibatkan saya terhadap masalah kamu. Kamu menghancurkan nama baik saya" teriak Ela, ia dengan cepat meraih gelas dan melemparnya ke lantai. Hingga pecahan kaca itu berserakan di lantai. Ela dengan cepat meraih remote tv, ia menekan tombol power, dan seketika TV menyala. Ia memperlihatkan Tv tersambung dengan jaringan chanel Internatioanal. Ia memperlihatkan salah satu TV swasta Libanon, disana ada dirinya dan Ali. Serta foto Nihan terpampang jelas di sana. Walau ia tidak mengerti bahwa yang penyiar itu sampaikan karena menggunakan bahasa arab disana, tapi ia tahu disana beritanya beredar. Ali kembali memandang Ela, ia sudah menduga cepat atau lambat wanita itu akan tahu. Ali masih tidak percaya wanita itu akan tahu berita itu secepat ini. "Kamu berengsek Ali. Kamu sengaja melakukan itu terhadap saya". "Lihatlah, apa yang terjadi pada saya. Semua orang menceritakan saya, menjelek-jelekkan saya. Sementara kamu masih tenang, dan membiarkan berita itu begitu saja". "Seharusnya dari awal saya tidak mempercayai laki-laki b******k seperti kamu. Kamu sangat kejam dan tidak berprikemanusian Ali. Keluar kamu dari kamar saya. Jangan pernah bertemu saya lagi !" Ali melangkah mendekati Ela, ia masih mematung di tempat, "Bagaimana kamu tahu secepat itu?" Tanya Ali. "Jangan pura-pura bodoh, berita itu dengan cepat menyebar. Semua media sosial saya menjadi bulan-bulanan fans fanatik kamu. Lihatlah semua tersebar begitu cepat, mereka sudah tahu siapa saya. Kamu benar-benar berengsek". Ali tersenyum licik, ya internet media yang sangat cepat penyebarannya, itu tidak bisa dipungkiri lagi dan ia tidak bisa mengelak. Ali menatap iris mata Ela. "Ya, dari awal, saya sengaja melibatkan kamu...". Plak Tamparan itu melayang di pipi kiri Ali. Rahang Ali mengeras, tangan lembut itu mendarat di permukaan wajahnya. "Berengsek !". Ali dengan cepat meraih tangan kurus itu, dipegangnya erat tangan itu, Ela memberontak ingin melepaskan cekatan tangan Ali. "Kamu berani menampar saya?" Ali menggeram. "Tamparan saya, tidak sebanding dengan apa yang kamu lakukan terhadap saya !". "Saya melakukan itu karena kamu salah satu wanita yang mudah didekati, kamu menerima semua ajakan saya, kamu bahkan tidak pernah sekalipun menolak saya dan meminta saya pergi dari hadapan kamu. Andai kamu pernah menolak saya kemarin, kamu tidak akan terlibat dalam hidup saya". "Sekarang lepaskan saya, jangan pernah muncul dalam hidup saya. Saya tidak akan pernah, terlibat lagi dalam urusan kamu" Ela memberanikan diri melepaskan cekalan Ali, ia berhasil meloloskan diri dari laki-laki itu. "Bersihkan nama saya disana". "Kamu pikir, semudah itu membersihkan nama kamu di media. Kamu sudah masuk di hidup saya, kita harus hadapi sama-sama". Ali lalu melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Meninggalkan Ela yang masih terlihat emosi kepadanya. "Saya tidak akan pernah lagi bersama kamu. Jangan pernah kamu menemui saya lagi !" Teriak Ela. *********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD