"Namamu Kanaya 'kan. Kanaya selalu ada di sini," bisik Nathan sembari mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu. Tubuh si gadis bergemetar dan jantungnya seakan-akan mencelos dari tempat. Jari-jari lentik meremas belanjaan yang dia bawa. Suara Nathan yang berat nan sexi membuat Kanaya duduk membeku dengan lidah yang kelu sulit sekali mencerna ucapan lelaki yang duduk tepat di sampingnya. "Abang Nathan ... tadi ngenalinku?" tanya Kanaya mulai dapat meloloskan kalimat. Nathan mengulas senyum simpul dan tangannya terulur mencubit hidung Kanaya. "Saya lebih suka melihatmu polos seperti ini," sahut Nathan sembari mengerlingkan mata. Sepanjang perjalanan mereka berdua berdialog hangat. Hujan mengguyur bumi seperti jarum-jarum kecil yang berjatuhan dari atas langit. Dua insan manusia yang