bc

Cinta Pembunuh Bayaran

book_age18+
24
FOLLOW
1K
READ
HE
arrogant
badboy
mafia
tragedy
bxg
addiction
like
intro-logo
Blurb

Najwa Annisa, gadis cantik yang memiliki sifat ceria dan baik hati berusaha terus berbuat baik meski kadang orang mencapnya sebagai gadis munafik, namun Najwa selalu bertahan karena dia hanya ingin di akhir usianya dia bisa mejadi gadis yang diridhoi Allah.

Gavin Mahendra, seorang pembunuh bayaran, dunia gelap, wanita, minuman dan obat- obatan mejadi hal biasa untuknya, hingga dia jatuh cinta pada seorang gadis yang solehah Najwa Annisa. Mengingat semua dosa- dosanya Gavin pun merasa tak pantas dan bertekad merubah dirinya untuk menjadi lebih baik agar bisa bersanding dengan Najwa.Namun, adakah kesempatan saat dia tahu jika ternyata gadis itu tak memiliki kesempatan hidup lebih lama.

chap-preview
Free preview
Gavin Mahendra
New York, Amerika Serikat ... Suasana malam yang hening tak membuat seorang pria bergeming sama sekali dari tempatnya, dengan rokok di antara celah bibirnya pandangannya menatap jauh ke depan dimana targetnya berada. Seorang pria yang baru saja keluar dari sebuah Club malam dengan dua wanita di sisinya, tampak sedikit terseok karena sudah mabuk berat. "Cih, pecundang pun harus aku yang melenyapkannya." Pria itu membuang rokok yang tersisa setengah dan menginjaknya dengan kaki agar api di ujungnya mati. Merapatkan jaket hoodie nya Gavin berjalan tegap ke arah pria yang masih meracau dengan kata- kata m***m di antara kedua wanita di sisinya, Gavin melewati dengan sedikit menyenggol si pria, yang mengumpat padanya. "Sialan kau tak melihat aku ada di depanmu!" Gavin tak peduli dan terus berjalan tanpa menoleh hingga beberapa detik berlalu terdengar teriakan dari dua wanita di belakang Gavin, tanpa perlu menoleh, Gavin tahu targetnya sudah tidak bernyawa. Misi selesai. Gavin mengetikkan sebuah pesan di ponselnya, dan tak berselang lama sebuah pesan kembali masuk, sebuah notifikasi di ponselnya mengatakan bahwa telah masuk sejumlah uang ke dalam rekeningnya. Gavin melihat tangannya yang bersih tanpa darah lalu membuang sebuah suntikan yang sejak tadi di genggamnya ke tong sampah. ... -Pengusaha tekstil telah meninggal dunia di depan club malam Xxx, hasil autopsi membuktikan korban meninggal karena terlalu banyak minum alkohol, dan terkena serangan jantung- Gavin menuangkan minuman di dalam botol ke dalam gelas kristal, lalu sedikit menggoyang kemudian menyesapnya, namun matanya tak lepas dari berita tentang kematian si pengusaha tekstil. Gavin mendengus melihat istri si pria yang mati menangis dan berkata tak menyangka jika suaminya pergi secepat itu "Peran yang bagus," ucapnya dengan raut wajah tak berarti. Dua hari lalu sang istri yang menangis tersebut mendatangi Gavin dan memintanya untuk membunuh suaminya sendiri, dengan alasan suaminya terlalu banyak bermain juga jajan di luar dan tidak memperdulikannya. Gavin tak peduli dengan kisah si istri yang tersakiti oleh suaminya yang selingkuh, yang dia pedulikan adalah berapa banyak uang yang akan masuk ke rekeningnya. Mematikan tv, Gavin berjalan ke arah kamarnya yang ada di lantai dua masih dengan minuman di tangannya, sesekali Gavin menyesap minuman berwarna merah pekat itu, dengan tatapan yang datar dan tanpa ekspresi. Gavin Mahendra. Seorang pembunuh bayaran ... . Pria kejam tak peduli siapa targetnya, perempuan, laki- laki bahkan anak kecil sekalipun, dia akan melenyapkan sesuai permintaan si pembunuh sesungguhnya. Ya, Pembunuh sesungguhnya, karena Gavin hanya menjalankan perintah sesuai dengan uang yang masuk ke rekeningnya. Gavin menekan beberapa angka hingga terbukalah sebuah pintu dan menunjukan ruangan gelap, tempat dia menyimpan semua rahasianya. Memasuki ruangan Gavin menggerakan telunjuknya di lemari kaca berisi botol kecil. Gavin mengambil satu botol lalu memasukannya ke dalam suntikan dan menyuntikannya ke tangan kiri. Memejamkan mata menikmati rasa nikmat yang menjalar ke urat nadi dan dengan cepat memenuhi darahnya. Melempar suntikan yang telah kosong ke tong sampah, lalu berjalan ke arah meja dan membuka kunci hingga terlihatlah beberapa senjata terpampang di depannya. Mengambil senjata laras panjang dan memeriksa bahwa keadaannya siap untuk ia gunakan, memasukan kedalam tas besar lalu menutupnya. Malam ini dia akan membunuh seorang pejabat, dan atas permintaan si klien, yang ingin si pejabat mati dengan peluru tepat di jantungnya, maka Gavin akan memastikan bahwa keinginan kliennya tersebut terpenuhi. Memasuki mobil jeep nya, Gavin segera memacunya ke tempat tujuan. ... "Anak- anak kita berhak mendapat pendidikan lebih dan tak hanya wajib belajar sembilan tahun saja, mereka layak meraih mimpi mereka, untuk itu saya akan membuat program beasiswa bagi mereka yang berprestasi hingga lulus kuliah ... dan tak hanya itu kita juga akan memperluas lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka pengangguran di kota kita." Terlihat seorang pria yang sedang berpidato di atas podium tepat di sebrang gedung dimana Gavin berada dan mengatakan serta mengumbar semua visi dan misinya jika terpilih menjadi kepala propinsi tahun ini. Gavin hanya mendengus lalu melihat bahwa senjatanya sudah mengarah tepat pada jantungnya. Riuh tepuk tangan menggema saat para pendukungnya terkagum dengan kata-kata si pejabat, yang akan mencalonkan diri sebagai kepala propinsi tersebut, namun bagi Gavin saat inilah saat yang tepat untuk dia melenyapkan si pejabat. Shuuuutt ... Peluru itu melesat tanpa suara dan dengan hitungan detik langsung menembus jantung si pejabat hingga tak ada lagi suara yang terlontar dari mulutnya. Kini riuh tepuk tangan berganti dengan jeritan dari para peserta pendukung karena jagoan mereka telah tumbang. Gavin merapikan kembali tas nya setelah memasukan senjata laras panjangnya. Berjalan dengan tenang Gavin memasuki lift yang akan membawanya pergi ke lantai bawah, terdengar teriakan aparatur polisi yang mencari si pelaku penembak. Gavin bahkan melewatinya dengan tenang tanpa rasa curiga sama sekali. Misi selesai. Pesan kembali terkirim dan terbalas dengan jumlah uang yang lagi- lagi memenuhi rekeningnya. Gavin membuka kartu di ponselnya dan membuangnya, memastikan tak akan ada yang tahu tentang kejahatan yang baru saja dia lakukan. .... Indonesia 15 tahun lalu ... Gavin Mahendra. Gavin di besarkan di sebuah panti asuhan hingga usianya sepuluh tahun, lalu dia di adopsi oleh sebuah keluarga yang belum memiliki keturunan. Jika anak- anak lain diadopsi oleh keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang, lain halnya dengan Gavin. Saat usianya 10 tahun sebuah keluarga datang dan membawanya dari panti untuk di adopsi. Gavin kira dia akan seperti anak lainnya yang di sayangi dan di manjakan, namun ternyata Gavin hanya mendapat kesakitan. Awalnya kedua orang tua angkatnya bersikap layaknya orang tua pada umumnya memperlakukannya seperti manusia meski dia tak pernah mendengar kata sayang, dan Gavin merasa cukup untuk itu, asalkan dia memiliki keluarga yang lengkap tidak masalah. Satu tahun Gavin bertahan, hingga ibu angkatnya mengandung dan saat itulah Gavin tahu bahwa dirinya ada hanya sebagai pemancing agar mereka memiliki anak, mitos kuno itu terjadi pada orang tua angkat Gavin, hingga Gavin mendengar kata- kata menyakitkan di balik pintu. "Sayang kita sudah memiliki anak sekarang, jadi tidak ada gunanya kita mempertahankan anak itu bukan, kembalikan saja dia ke panti" "Kau benar, tapi tidak bisa sembarangan kita sudah tanda tangan dan mengangkatnya menjadi anak." "Katakan saja dia anak yang nakal dan bebal, " ucap Ibu angkat Gavin bersi keras, dan si ayah angkat hanya bisa mendesah dan berkata. "Baiklah." Gavin membuka pintu dengan derai tangis di matanya "Aku mohon jangan kembalikan aku ke panti, aku mohon izinkan aku untuk tetap disini, aku berjanji tidak akan nakal, dan akan melakukan apapun keinginan kalian, tapi aku mohon jangan buang aku Ma, Pa." Si ibu angkat mendengus, dan kini dia menunjukan wajah yang sebenarnya, wajah yang sama sekali tak menampakkan kasih sayang untuk Gavin. Si ayah angkat menoleh melihat istrinya "Bagaimana?" "Baiklah, tapi mulai sekarang kau harus bekerja di rumah ini, mencuci, menyapu mengepel, bahkan memasak, anggap saja itu sebagai biaya hidupmu di rumah ini." Gavin mengangguk "Baik Ma." Baginya tak masalah melakukan itu, dia juga sudah biasa melakukannya di panti. Namun apa yang kini di depan Gavin tak seperti yang dia bayangkan, hampir setiap hari dia bekerja sampai malam dan hanya di beri waktu untuk sekolah setelah itu kembali bekerja. Waktu terus berjalan hingga kehamilan si ibu angkat berusia lima bulan, hari itu Gavin sedang mengepel lantai dan entah dari mana datangnya si ibu angkat tiba- tiba terpeleset karena lantainya basah, Gavin melihat ibu angkatnya terduduk di lantai dan menjerit kesakitan, hingga Gavin terkejut melihat darah mengalir dari sela paha si ibu angkat. Sejak hari itu kehidupan Gavin semakin tersiksa, Ibu angkat Gavin tak segan menyiksa tubuh Gavin dengan cambuk jika sedikit saja Gavin membuat kesalahan dalam pekerjaan. Tak jauh berbeda dengan sang ayah angkat yang dengan tega mengurungnya di gudang dan tak di beri makan hingga tiga hari. "Anak pembawa sial, kau sudah melenyapkan anak kami maka sudah sepatutnya kau membayarnya dengan nyawamu!" Gavin hanya bisa meringkuk dengan lemah di sudut gudang karena tubuhnya sudah lemas, dengan perut kosong dan kulit penuh lebam di sekujur tubuhnya. "Maafkan, aku Ma, Pa ... jangan sakiti aku lagi," lirihnya, jika saja keputusannya untuk menetap tidak seperti ini, Gavin memilih untuk kembali ke panti, meski disana juga tak lebih baik, Gavin kerap mendapat perundungan hanya karena wajahnya berbeda dari teman- temannya, Gavin memiliki paras tampan wajahnya sedikit ke bule- bulean dengan rambut sedikit pirang, karena itu, anak- anak yang memiliki rasa iri kerap mengerjainya dan Gavin tak pernah berani untuk mengatakannya pada kepala panti, jika terluka Gavin memilih berkata bahwa dia terjatuh dan menjadi lebam, oleh sebab itu kepala panti menyebutnya anak nakal, karena selalu saja terlihat berwajah memar akibat jatuh. Gavin sudah muak, tubuhnya sudah penuh dengan luka dan terasa semakin sakit, sebagian luka cambuk bahkan ada yang mengeluarkan nanah mungkin karena infeksi, dengan sisa kekuatannya Gavin mencoba melarikan dari neraka itu. Berjalan tak tentu arah dengan tubuh yang lusuh dan penuh luka, Gavin kecil terus melangkah meski tak tahu harus kemana, Gavin berhenti saat tubuhnya tak bisa lagi menopang, Gavin jatuh terduduk di sebuah gang kecil dan menyandarkan dirinya di dinding, memejamkan mata karena lelah dan Gavin merasa dirinya akan mati karena tubuh lemahnya. Gavin mencoba membuka mata saat mendengar suara- suara di sekitarnya, Gavin tertegun saat melihat seseorang pria sedang menusuk seorang pria lainnya yang kini bahkan sudah berlumuran darah dan tak bernyawa. Pria itu telah di habisi ... . Gavin tercekat, saat si pria yang telah menghabisi lawannya melihat kearahnya dengan menyeringai, jantung Gavin berdegup kencang saat pria tinggi itu berjalan ke arahnya, dan berkata. "Diam, atau Mati!" desisnya, dan Gavin hanya bisa mengangguk takut lalu beberapa saat kemudian dia kehilangan kesadarannya. ...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
216.3K
bc

My Secret Little Wife

read
113.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
17.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
198.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook