Bab 1. Tawaran yang Menggiurkan

1020 Words
Arman duduk di hadapan Santi dan Reza dengan santai, tatapannya tajam namun tenang. Di hadapannya, ia meletakkan sebuah amplop coklat tebal di atas meja, lalu mendorongnya perlahan ke arah Santi dan Reza. Mereka saling berpandangan dengan bingung, jelas tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Suasana di dalam ruangan itu terasa tegang, hingga akhirnya Reza dengan gugup membuka mulutnya, "Apa ini, Pak?" Senyuman kecil terukir di bibir Arman, "Di dalam amplop itu, ada cek senilai satu miliar," katanya dengan nada yang datar namun menggema di telinga mereka. Pernyataan itu langsung mengagetkan Santi dan Reza. Mereka tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka, namun belum sempat mereka bereaksi, Arman melanjutkan, "Namun, uang itu akan saya berikan dengan satu syarat." Santi dan Reza sama-sama terdiam. Wajah mereka menunjukkan kebingungan dan ketegangan yang kian memuncak. Reza akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Syarat apa yang Anda maksud, Pak?" Suaranya bergetar, jelas sekali ada ketakutan dan kekhawatiran di dalamnya. Arman melirik ke arah Santi dengan tatapan penuh makna sebelum kembali menatap Reza. "Kamu harus menceraikan Santi, dan membiarkan dia menikah denganku Paling enggak sampai dia bisa memberikan keturunan untukku," kata Arman dengan nada suara yang tetap tenang, seakan-akan syarat yang diajukan itu adalah sesuatu yang wajar dan masuk akal. Mata Santi melebar karena tak percaya. Kata-kata Arman terasa seperti ledakan yang menghancurkan segala sesuatu di sekelilingnya. Dia tidak bisa berkata-kata, mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar. Sementara itu, Reza yang mendengar permintaan itu langsung terguncang. "Apa?! Nggak mungkin, Pak. Saya nggak akan menceraikan istri saya hanya demi uang!" jawab Reza dengan tegas, meskipun nadanya sedikit gemetar. Arman tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan atau frustasi mendengar penolakan Reza. Dia hanya tersenyum tipis dan mendekatkan tubuhnya ke arah Reza, berbicara dengan suara rendah yang penuh dengan bujuk rayu. "Pikirkan ini baik-baik, Reza. Satu miliar. Itu bukan jumlah yang kecil. Kalian bisa membeli rumah, mobil, semua yang selama ini kalian impikan. Kehidupan kalian akan berubah selamanya. Perceraian ini hanya sementara, sampai Santi memberikan saya seorang anak. Setelah itu, kalian bisa kembali bersama. Semua ini demi masa depan yang lebih baik." Reza adalah seorang karyawan serabutan di sebuah perusahaan besar yang ada di Ibu Kota. Upahnya sebagai seorang karyawan serabutan tentunya sangat kecil, jadi tidak heran jika ia sering menunggak untuk membayar uang sewa rumah, motor dan kebutuhan sehari-hari. Sementara itu Santi-istrinya hanya seorang Ibu rumah tangga, dia banyak menghabiskan waktu untuk merawat Reza dan memastikan keperluan suaminya tercukupi. Kata-kata Arman itu menusuk masuk ke dalam pikiran Reza, merayapi logikanya seperti racun. Meskipun hati kecilnya tahu bahwa apa yang sedang ditawarkan oleh Arman itu salah, bagian lain dari dirinya mulai tergoda. Sebagai seorang pria yang selalu bergumul dengan masalah keuangan, Reza tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa uang sebesar satu miliar akan mampu menyelesaikan banyak hal dalam hidupnya. Dan mungkin, seperti yang Arman katakan, perceraian ini bisa bersifat sementara. "Anda benar, Pak." Reza menoleh ke arah Arman, sebelum akhirnya tatapannya berpindah kepada Santi. "Santi … aku rasa ini adalah jalan yang tepat untuk kita merubah kehidupan kita menjadi lebih baik," ucap Reza dengan penuh keyakinan. Namun, Santi jelas tak menerima argumen itu. Saat Reza terlihat mulai ragu, Santi tidak bisa lagi menahan emosinya. "Apa yang kamu pikirkan, Mas?!" serunya dengan suara bergetar penuh kemarahan. Wajahnya memerah, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Tanpa ragu, dia menampar Reza dengan keras, tangannya bergetar setelah itu. "Bagaimana mungkin kamu bahkan bisa mempertimbangkan hal seperti ini? Kita sudah menikah, dan kamu ingin menceraikan aku hanya demi uang?!" Tamparan itu tidak hanya membuat pipi Reza perih, tapi juga membuatnya tersadar, meskipun sejenak. Namun, sebelum dia sempat berbicara, Santi sudah berdiri dan menatapnya dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya. "Aku nggak percaya kamu bisa berpikir untuk menjualku demi kemewahan. Apakah kamu benar-benar berpikir aku bisa melakukannya? Bahwa aku bisa melupakan semuanya dan menjalani hidup dengan pria lain hanya demi uang?" Suaranya penuh dengan rasa sakit dan pengkhianatan. Reza berusaha berbicara, berusaha menjelaskan. "Santi, ini hanya sementara. Aku nggak ingin kita berpisah selamanya. Ini untuk masa depan kita, untuk kehidupan yang lebih baik!" Namun, setiap kata yang dia ucapkan hanya membuat Santi semakin terluka. Sambil menggelengkan kepala, Santi membalas dengan suara yang terdengar patah, "Aku nggaj peduli dengan uang atau kemewahan, Mas. Aku hanya ingin kita bersama, seperti dulu. Tapi sekarang, aku melihat kamu lebih memilih uang daripada aku." Dengan itu, dia meninggalkan ruangan, air mata terus mengalir di wajahnya. Reza hanya bisa duduk terdiam, wajahnya menunjukkan ekspresi penuh penyesalan dan rasa bersalah yang mendalam. Dia tahu dia telah membuat keputusan yang salah, tapi dalam pikirannya, dia terus mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemiskinan yang mereka hadapi. Semua ini, pikirnya, demi kehidupan yang lebih baik. Namun, suara hatinya tidak bisa menutupi kenyataan bahwa dia telah mengkhianati wanita yang paling dia cintai. Sementara itu, Arman yang masih berdiri di dekat Reza tersenyum tipis, senyuman penuh kemenangan. Dia melihat bahwa Reza sedang dihantui oleh keraguan dan rasa bersalah, namun ia yakin Reza akan tetap memilih tawaran yang sudah diajukan. "Reza, kamu harus meyakinkan Santi. Ini adalah kesempatan besar untuk kita semua," kata Arman dengan suara yang terdengar meyakinkan. "Ingat, kamu akan mendapatkan segalanya: rumah, mobil, masa depan yang cerah. Semua impianmu akan terwujud." Reza mengangkat kepalanya perlahan, menatap Arman dengan tatapan yang kosong. Di satu sisi, dia merasa seolah telah terjebak dalam permainan yang tidak bisa dia menangkan. Di sisi lain, ada iming-iming kemewahan yang terus menggodanya. Dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan yang sulit, namun saat ini, dia hanya bisa duduk terdiam, dihantui oleh konsekuensi dari setiap pilihan yang ada di hadapannya. Namun, di luar ruangan itu, Santi sedang berjalan dengan hati yang hancur, tidak tahu ke mana harus pergi. Dia merasa dikhianati oleh suaminya sendiri, pria yang dia percayai sepenuh hati. Bagaimana mungkin Reza bisa berpikir untuk menjual pernikahan mereka demi uang? Pikirannya kacau, dan air mata terus mengalir tanpa henti. Semua yang terjadi terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung. Dalam kesunyian malam, Santi hanya bisa berharap bahwa suaminya akan kembali pada akal sehatnya, bahwa cinta mereka lebih kuat daripada godaan uang dan kemewahan. Namun, di balik harapannya, ada ketakutan yang dalam bahwa Reza sudah terlalu jauh terbujuk oleh Arman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD