DEMI SI BUAH HATI

523 Words
Kartika menjalani masa kehamilannya dengan tabah dan sabar. Ia bekerja sebagai pembantu di rumah Pak Gazali setiap hari. Pekerjaannya hanya mencuci dan menggosok pakaian. Itupun khusus untuk cucian yang berat, Kartika diizinkan memakai mesin cuci. Layaknya wanita hamil terkadang Kartika ingin merasakan kasih sayang, namun ia hanya bisa membayangkan Rivan yang dulu sering memeluk dan memberikan rasa aman dan nyaman kepadanya. Untunglah Kartika dulu sempat meminta foto Rivan sebagai kenang-kenangan, sehingga jika ia merasa rindu ia akan menatap foto itu lama-lama dan memejamkan matanya sambil berdoa semoga Rivan juga merasakan kerinduan yang sama, meski rasanya itu adalah hal yang mustahil terjadi. Usia kandungan Kartika sudah memasuki minggu terakhir. Bu Rokayah, istri Pak Gazali mengizinkan Kartika untuk istirahat dulu menjelang lahiran. Bahkan, Rokayah memberikan banyak baju bayi lungsuran anaknya kepada Kartika yang menerima dengan senang hati. "Jangan khawatir, Tika. Jika anakmu sudah lahir, kau boleh kok membawa cucian pulang. Jadi, kau bisa mencucinya di rumah." "Ibu serius?" tanya Kartika pada Rokayah. "Iya, Tika. Kami ini kasian sama kamu. Masih muda,tapi kok nasibnya begini amat. Sabar ya, Tika. Semoga anak kamu kelak bisa membuat derajatmu naik," ujar Rokayah. Kartika tak kuasa membendung air matanya. Bagaimana mungkin orang lain bisa demikian baiknya, sementara ibu kandung sendiri tega membiarkan anaknya menderita. ** Malam itu, Kartika merasa perutnya mulas luar biasa. Tak kuat untuk bangkit Kartika pun spontan berteriak minta tolong. Tak lama kemudian, Bu Siti datang dan langsung menghampiri Kartika. "Ya Allah, ini mau lahiran. Ayo cepat panggil Bu Bidan saja. Tidak mungkin lagi Kartika bisa berjalan," kata Bu Siti. Beberapa tetangga kos Kartika pun segera bergegas memanggil Bu Bidan yang rumahnya kebetulan tidak terlalu jauh dari sana. Bu Rokayah yang mendengar bahwa Kartika hendak bersalin segera datang membantu. Kartika benar- benar tidak tahan rasa sakitnya sehingga ia hanya bisa berteriak kesakitan sambil meremas sprei. "Tahan ya Neng ,memang begini rasanya kalau mau melahirkan," kata Rokayah. "Sakiiit!" pekik Kartika. "Atur Napasnya Neng, pelan- pelan ya." Kartika berusaha untuk mengikuti perkataan Bu Rokayah dan Bu Siti , namun setiap mulas datang, ia menjerit kesakitan. Hingga akhirnya saat Bidan datang rupanya Kartika sudah pembukaan delapan. Bidan pun membantu Kartika dan memberikan instruksi supaya Kartika bernapas dengan benar. Hingga akhirnya menjelang tengah malam, Kartika pun berhasil melahirkan bayinya dengan selamat. Bayi yang cantik dengan mata yang bulat dan hidung mancung. Mirip sekali dengan Rivan. Tangis Kartika pecah seketika saat melihat bidadari kecilnya lahir dan mulai menyusu kepadanya. "Kalau bisa, jangan ditinggal sendiri ya. Kondisinya kan baru saja melahirkan. Jangan bergerak dulu, suaminya ke mana?" Kartika hanya diam saat pertanyaan itu dilontarkan kepadanya. "Neng Kartika ini janda, Bu bidan," jawab Bu Siti. "Oalah, kalau begitu minta tolong siapa yang bisa membantu," kata Bu bidan dengan iba. "Biar saya yang menjaga di sini, Bu," jawab Bu Siti. "Oh, ya sudah kalau begitu. Saya permisi dulu, ya." "Bu, bayarannya ...." Kartika baru saja akan bangun, namun Bu Siti mencegahnya. "Pakai uang Ibu saja dulu," ujarnya sambil memberikan sejumlah uang kepada Bu bidan. "Akan kau beri nama siapa anakmu?" tanya Rokayah. Kartika termenung sejenak. "Dania Putri Prasasti, Bu." "Masya Allah, namanya bagus sekali. Semoga saja kelak bisa menjadi anak yang baik dan berbakti,ya." "Amin."

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD