HARI YANG BARU

792 Words
Pagi hari Kartika bangun dengan segar. Ia langsung mengambil air wudhu dan segera menunaikan ibadah Solat subuh. Entah sudah berapa lama ia tidak menjalankan ibadah. Dalam sujudnya Kartika mengucap syukur atas segala kebaikan yang sudah Allah berikan kepadanya. Tak lupa ia mengirimkan doa untuk almarhum ayahnya tercinta. Juga untuk ibu dan adiknya. Mengingat ibunya membuat hati Kartika terasa begitu sakit. Ibu yang sudah mengandung dan melahirkan. Namun,ibunya juga yang sudah menjualnya. Menjerumuskan ke dalam dunia yang sangat kelam dan hitam. Kartika menangis terisak-isak, ia tidak mengerti mengapa Sulastri begitu membencinya. Meski ia hadir akibat kecelakaan, tapi bukankah ayahnya bertanggung jawab? Setidaknya Sulastri tau siapa ayah Kartika. Sementara dirinya dulu, sempat mengandung tapi tidak tau siapa ayahnya. Saking banyaknya pria yang sudah menidurinya. Setelah menunaikan ibadah solat subuh dan mengaji, Kartika mengenakan pakaian yang bagus dan sopan. Rivan akan menjemputnya untuk bekerja pada hari ini. Kartika membuka kotak tempatnya menyimpan uang. Cukup banyak juga tabungannya selama setahun terakhir ini. Kartika memang jarang sekali berbelanja atau menghabiskan uang untuk hal yang tidak perlu. Ia menyimpan uangnya ke bank dan sebagian ia simpan di kotak untuk kebutuhan mendadak. Kartika tersenyum saat melihat saldo rekening tabungannya dan juga uang tunai yang ada di dalam kotak. Gadis itu berencana untuk mengejar Paket C supaya ia bisa mendapatkan ijazah SMU. Tepat pukul 7 pintu kamarnya terdengar diketuk. Dengan sigap Kartika membukanya dan tersenyum saat melihat Rivan berdiri di depan pintu kamarnya. "Wah, aku pikir kau belum bangun. Sudah siap bekerja?" tanya Rivan. "Siap, Mas." "Ya sudah, kita berangkat sekarang saja, ya. Kita sarapan pagi dulu. Kau pasti belum sarapan kan?" Kartika mengangguk, "Iya, Mas. Aku tidak tau di mana harus membeli sarapan pagi. Di kos ini tidak ada dapur juga. Jadi, aku bingung," jawab Kartika. "Dekat sini ada kok yang menjual sarapan pagi, Tika. Kau tinggal berjalan kaki saja. Nanti, besok kau juga bisa naik kendaraan umum satu kali ke tempat bekerja, ya." Kartika hanya mengangguk. Ternyata yang dikatakan Rivan benar, di dekat rumah kosnya ada banyak pedagang makanan. Dari kupat tahu sampai lontong kari dan nasi kuning. Rivan rupanya langsung mengajak Kartika ke rumah makan miliknya. Dan, jaraknya memang tidak jauh dari rumah kos Kartika. "Kita sarapan di rumah makan milikku saja," kata Rivan. Begitu mereka masuk, beberapa karyawan tampak mengangguk sopan dan menyapa dengan ramah. "Tolong siapkan dua nasi goreng dan teh manis hangat,ya." Rivan berkata kepada salah seorang karyawannya, lalu mengajak Kartika untuk duduk di kursi yang ada di sudut. "Kau akan menjabat sebagai kasir menggantikan kasirku yang berhenti. Rumah makan ini buka 24 jam. Jadi, ada yang bekerja malam sampai pagi, dan pagi sampai jam delapan malam. Hanya kasir yang tidak pernah aku rolling. Untuk pagi sampai malam kau, nanti akan diganti oleh kasir lain, malam hari. Di malam hari kasirnya lelaki. Karena malam hari kan kondisi sedikit rawan." "Mas, boleh saya bertanya?" "Apa?" "Kenapa Mas begitu baik kepada saya?" "Saya kasian melihat gadis yang bekerja malam itu, Tika. Tapi, sejauh yang saya tau rata-rata mereka memang menyerahkan diri untuk bekerja seperti itu. Seperti Wendah dan Ayu, mereka mungkin dijual oleh ayahnya. Tapi, ayah mereka setiap bulan selalu datang ke mess untuk meminta uang bulanan, kan? Aku lihat juga mereka tidak merasa terbebani. Tapi, kasusmu beda ceritanya. Mami Sundari sudah menceritakan semuanya kepadaku. Semua sama dengan apa yang kau ceritakan. Itulah sebabnya aku memutuskan untuk menolongmu." Kartika menghela napas panjang. Jujur saja, dalam hatinya Kartika sedikit berharap Rivan mencintainya. Tapi, ternyata apa yang dilakukan oleh Rivan semata hanya karena kasihan. Tapi, sudahlah. Kartika tidak mau berharap banyak. Bisa ditolong saja sudah untung sekali. Setelah makan Rivan langsung membawa Kartika ke kasir yang mengajari apa saja yang harus Kartika lakukan. "Nah, kau sekarang sudah mengerti, kan?" tanya Rivan. "Sudah, Mas." "Kalau ada apa-apa, kau bisa tanya Taufik,ya." Taufik adalah kasir yang bertugas di sore hari. Dia sangat ramah kepada Kartika. "Semoga betah ya," kata Taufik sambil meraih tas dan jaketnya karena jam kerjanya memang sudah habis dan akan digantikan oleh Kartika. "Hari selasa, rumah makan ini tutup. Jadi kita bisa libur semua," kata Rivan. Setelah memperkenalkan Kartika kepada seluruh karyawan , Rivan pun langsung pulang. "Mas Rivan itu punya bisnis lain juga, Tika. Jadi, dia kemari hanya sesekali saja," ujar Ella salah seorang waiters saat melihat Kartika tampak bingung melihat Rivan yang langsung pergi. "Oh, jadi usaha Mas Rivan itu banyak, ya?" "Iya, calon istrinya juga orang kaya. Kalau tidak salah, punya butik di dekat BIP." Kartika tiba-tiba merasa dadanya kembali sakit. Ah, ternyata dia sudah mempunyai calon istri juga. Kartika hanya mampu menghelan napas panjang dan menerima semuanya dengan lapang d**a. Karyawan di tempat itu semua ramah. Kartika merasa senang bisa bekerja di sana. Kartika juga mendapat jatah makan siang. Jadi, dia tidak perlu keluar uang lagi untuk makan. Semua membuat Kartika bisa bersyukur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD