CINTA PERTAMA

579 Words
Sejak hari itu, Rivan menjadi tamu special untuk Kartika. Dia tidak pernah mau ditemani gadis lain selain Kartika. Sekalipun gadis yang di sodorkan oleh Sundari cantik- cantik, tapi yang ia cari adalah Kartika. Sementara itu, gadis yang lain banyak yang menjauh dari Kartika, sehingga jika ia berada di show room dia akan duduk menyendiri. Tak jarang jika ada tamu yang memilih dari luar Kartika akan bersembunyi. Hal itu ia lakukan supaya kawan-kawannya yang lain bisa rata dan adil kebagian tamu. Tapi, sekali Kartika sudah berusaha bersikap baik, tetap saja banyak yang merasa iri kepadanya. Dan, malam ini seperti biasa Kartika berada di show room. Karena malam minggu, rata-rata sudah berada di ruangan bersama tamu-tamunya. Hanya tinggal Ayu, Kartika dan seorang gadis yang baru mulai bekerja seminggu di tempat itu. Namanya Angelika, entah siapa nama aslinya. Usianya baru 16 tahun, jika dulu Kartika berada di sana karena terpaksa, Angelika memang sengaja meminta pekerjaan. Pada kedua orangtuanya dia mengaku menjadi kasir di tempat hiburan malam. Part time. Hanya Angelika yang tidak tinggal di mess bersama gadis lainnya. Dia memang adalah pengecualian. "Kamu masih sekolah, Angel?" tanya Kartika. Ia memang bosan hanya berdiam diri, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Angelika bicara. "Masih, Teh. Sekarang, aku kelas tiga. Ya, aku terpaksa kerja seperti ini. Aku juga pengen punyauang banyak. Bisa jalan-jalan kayak teman-temen aku yang lain." "Hanya karena alasan itu?" tanya Kartika sedikit kepo. "Bapak suka main judi, kalau Ibu pulang nggak bawa uang, ibu sering jadi bulan-bulanan di pukulin sama Bapak. Jadi, ya aku terpaksa juga kerja kayak gini. Kata Mami Sania, tips nya lumayan. Kemarin, aku pertama kali dapat 10 juta, langsung aku tabung, dan Bapak nggak tau. Lumayan, buat bayar kontrakan rumah setahun sama SPP, Teh." Kartika menghela napas panjang. Lagi-lagi faktor kemiskinan membuat orang memilih jalan yang paling cepat. "Besok, boleh tidak kalau kau bawa buku pelajaranmu? Aku ingin belajar juga, sekolahku tidak selesai. Dan, aku masih ingin belajar, itupun kalau kamu tidak keberatan." "Eh, beneran? Boleh. Kalau mau, siang-siang aja aku maen ke mess gimana? Kalau sambil kerja gini mana enak belajarnya. Tapi, kalau siang enak bisa bebas." "Kamu serius?" tanya Kartika tidak percaya. "Serius lah pastinya. Masa iya aku nggak serius. Kasi alamat sama nomor telepon mess ya. Nanti, besok pulang sekolah aku mampir. Tapi, nggak bisa tiap hari. Gimana kalau seminggu tiga kali aja." "Setuju." Kedua gadis yang sama-sama cantik itupun saling menautkan kelingking mereka sebagai tanda setuju. "Kartika, Angelika, Ayu, siap-siap ada yang booking!" Tiba-tiba terdengar suara Sundari memanggil. Ketiganya pun segera bangkit berdiri dan segera keluar menghampiri Sundari. Ternyata yang datang adalah Rivan. Entah mengapa hati Kartika menjadi sedikit berbunga-bunga saat melihat senyuman Rivan yang mengembang ke arahnya. "Hai, malam," sapa Kartika ramah dengan senyum yang cerah. Hal ini rupanya tak lepas dari penglihatan Sundari. Kartika dan Rivan pun segera masuk ke ruangan yang sudah dibooking oleh Rivan. Seperti biasa selalu room yang paling besar. Dan, kali ini saat mereka masuk, susah tersedia beberapa menu makanan diatas meja. "Kau pasti belum makan malam, siapa tau bosen sama makanan yang disediakan di mess. Jadi, aku pesan buat kamu." "Terima kasih, ya. Tadi, aku memang belum sempat makan malam." "Ya udah, kita makan dulu, sebelum kamu yang aku makan," kekeh Rivan membuat pipi Kartika merah merona. Setelah makan, Rivan tidak langsung mengajak Kartika ke kamar. Rupanya malam ini ia memang tidak datang hanya untuk dipuaskan. Untuk pertama kalinya pemuda itu mengajak Kartika bernyanyi bersama dengan gembira. Dalam hati, Kartika bertanya-tanya apakah ia mulai jatuh cinta?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD