Bab 38. (Penguburan Thomas)

1093 Words
Setelah mengelilingi seluruh halaman pondok kayu itu. Akhirnya mereka menemukan 3 buah cangkul, yang langsung dipegang oleh Aryo, Andi dan Tino. Dengan begitu eratnya. Setelah itu, mereka pun menuju ke arah belakang halaman pondok kayu itu. Lalu mulai menggali tanah untuk membuat lubang kubur untuk Thomas. Pertama yang menggali tanah itu adalah Aryo, hingga membuat lubang sepanjang 2 meteran, dengan lebar 1 meteran dengan kedalaman 50 cm. Pada kedalaman itu, ia pun lalu berhenti karena kelelahan. Dan merasa tak sanggup lagi untuk menggali lagi, dalam waktu dekat. Dirinya butuh istirahat, untuk meluruhkan pinggangnya yang terasa sakit bukan main. Aryo lalu naik ke atas lubang itu. Tampak nafasnya memburu setelah melakukan hal itu. Hal yang mungkin belum pernah ia lakukan sebelumnya, di sepanjang hidupnya. Tubuhnya pun sudah dibasahi oleh keringatnya. Yang merata di seluruh tubuhnya. "Sekarang siapa yang ingin menggantikan diriku untuk menggali tanah sedalam 50 cm lagi?" tanya Aryo, saat berada di atas kembali. Dengan menatap temannya satu persatu. "Biar aku yang menyelesaikannya," ucap Andi, lalu langsung masuk ke dalam lubang itu, untuk melanjutkan pekerjaan Aryo. Tanpa ragu sama sekali. Ia gunakan cangkul yang tadi digunakan oleh Aryo, untuk memperdalam lubang kubur Thomas. Rupanya pekerjaan melanjutkan itu lebih mudah, daripada memulai pekerjaan apa pun. Termasuk menggali lubang kubur untuk Thomas. Tampak Andi terus menggali dan terus menggali tanah lubang kubur itu. Hingga kedalaman lubang itu pun telah mencapai 1 meter lebih. Setelah mencapai kedalaman satu meter. Andi pun lalu menghentikan penggalian tanah itu. Karena ia merasa lubang itu sudah cukup dalam. Untuk menguburkan jasad Thomas. "Apakah ini sudah cukup dalam?" tanya Andi, entah kepada siapa. Tetapi Aryo pun lalu menjawabnya. "Aku rasa itu sudah cukup. Sekarang mana pacul nya, kita akan segera menguburkan tubuh Thomas ke Bumi," ujar Aryo, dengan tatapan mata ke arah Andi yang berada di dalam kubur itu. Mendengar perintah dari Aryo. Andi pun lalu mengangkat cangkul itu ke atas dengan tangan kanannya. Yang segera diambil oleh Aryo dari atas dengan tangan kanannya. Lalu menaruhnya di samping lubang kubur itu. "Sebaiknya kau tetap di bawah saja, Ndi. Untuk menaruh tubuh Thomas nanti," kata Aryo, dengan penuh wibawanya. "Baiklah ...," timpal Andi, tetap berada di dalam lubang kubur itu. "Tom, sebaiknya kau ambil tubuh Thomas sekarang," ujar Aryo kepada Tomy. Yang tanpa banyak bicara, langsung meninggalkan tempat itu. Untuk menuju ke dalam pondok kayu itu. Setelah kepergian Tomy. Hanya ada kebisuan yang ada di antara mereka semua. Seakan mereka sedang malas untuk saling berbicara. Bahkan Andro yang biasanya begitu cerewet. Kali ini benar-benar berubah menjadi seorang pendiam. Terus saling terdiam, bersama angin lembut yang berhembus di tempat itu. Hingga beberapa menit kemudian, Tomy pun kembali. Dengan membopong tubuh Thomas dengan kedua tangannya. Dengan perasaan yang kacau balau. Disertai oleh wajah yang terlihat begitu bersedih. Tampak luka Thomas sudah tak mengeluarkan darah lagi. Mungkin luka itu sudah kering, atau mungkin darah Thomas telah habis dari tubuhnya. Tak ada yang tahu akan hal itu sama sekali. Tetapi yang pasti, tubuh tanpa nyawanya itu benar-benar pucat bukan main. "Aku harap kalian sudi mencium kening Thomas, sebagai tanda perpisahan untuknya," pinta Tomy kepada teman-temannya. Tomy lalu mengarahkan tubuh Thomas kepada Aryo, yang segera membungkukkan tubuhnya. Lalu mencium kening Thomas yang telah pucat dan dingin. Sesudah Aryo melakukan akan hal itu. Tino, Noval dan Andro pun melakukan hal yang sama. Setelah itu, Tomy lalu mengangkat tubuh Thomas lebih tinggi. Hingga ia pun dapat mencium kening Thomas dengan lembutnya. "Akan aku balas kan kematian mu ini, Mas, kepada anggota 7 Malaikat Kematian k*****t! yang masih tersisa," ucap Tomy di dalam hatinya, dengan penuh rasa dendamnya kepada 7 Malaikat Kematian. Setelah mencium kening Thomas, ia pun lalu mendekati lubang itu. Lalu berlutut dan memberikan tubuh Thomas yang sudah tak bernyawa itu kepada Andi. Yang berada di dalam lubang itu. Terlihat Andi pun mencium kening Thomas, tanpa berkata sepatah kata pun. Lalu meletakan tubuh Thomas yang telah tak bernyawa, ke dasar lubang kubur itu. Yang berhimpitan dengan kedua kakinya. "Apakah, Thomas harus aku miringkan. Atau biarkan seperti ini saja?" tanya Andi, tetap berada di dalam lubang kubur itu. "Biarkan saja ia seperti itu. Anggap saja ini penguburan universal, bukan penguburan agama apa pun. Sekarang sebaiknya kau naik. Kita akan segera mengubur Thomas," ucap Aryo, memberi perintah kepada Andi. Mendengar ucapan itu. Andi pun lalu keluar dari dalam lubang kubur itu. Lalu menggenggam cangkul yang tadi ia gunakan untuk menggali kubur itu. "Sebaiknya kita lakukan sekarang," ujar Andi. Lalu mulai menjatuhkan tanah bekas galian lubang kubur itu, ke dalam lubang kubur Thomas. Yang diikuti oleh Aryo dan Tino. Terlihat Tomy tak tega melihat proses penguburan Thomas. Hingga ia pun membalikan tubuhnya dari lubang kuburan Thomas, yang akhirnya tertutup dan membuat gundukan setinggi 10 cm. Setelah proses penguburan itu selesai. Noval lalu membalikan tubuhnya dan berbicara dengan Tomy. "Aku tahu perasaanmu itu Tom, walaupun kalian baru kenal selama beberapa hari. Tapi kalian itu selalu bersama, seperti anak kembar saja. Kau pasti sangat kehilangan Thomas, kan Tom?" ucap Noval, sambil menatap Tomy dengan tajamnya, dari arah samping. Tampak Tomy yang menundukkan kepalanya sejak tadi. Akhirnya mengangkat kepalanya kembali. "Kau benar, aku sangat kehilangan dirinya. Banyak kesamaan di antara kami berdua. Dari sama-sama anak tunggal, sampai hobi kami yang sama. Aku seperti menemukan saudara kandungku yang hilang saja," ucap Tomy, berusaha menahan segala kepedihannya itu. "Mungkin hubungan yang kau rasakan dengan Thomas itu. Sama dengan hubunganku dengan Andro, kami itu sudah seperti saudara kandung saja. Bedanya aku dan Andro, kenal sejak kecil," mendengar namanya disebut Andro pun lalu menghampiri mereka berdua. "Ya, aku dan Noval itu seperti anak kembar. Ke mana-mana selalu bersama," sambung Andro, lalu tersenyum lepas. "Kalau kau tidak keberatan, anggap saja. Kami berdua adikmu," ucap Noval, lalu tersenyum kepada Tomy, dengan tulusnya. "Wah ..., aku jadi memiliki 2 adik sekaligus yang langsung besar ...," timpal Tomy, lalu tersenyum. Melepaskan semua kepedihannya itu. Mereka bertiga lalu tertawa dengan kebahagiannya itu. Hingga Aryo, Andi dan Tino pun menghampiri mereka bertiga. Sambil membawa cangkul yang tadi mereka gunakan untuk mengubur Thomas. "Ayo, kita tinggalkan tempat ini," ucap Aryo datar kepada teman-temannya. "Kita memang mau ke mana lagi?" tanya Noval, dengan segala ketidakmengertiannya itu. "Kita, akan menguburkan yang lainnya. Paling tidak menimbun jasad mereka dengan tanah, itu lebih baik daripada jasad mereka dibiarkan berada di tempat terbuka seperti itu," ujar Aryo, lalu melangkahkan kakinya menuju di mana jasad Anto berada. Yang diikuti oleh yang lainnya. Dengan perasaan masih tak percaya. Jika yang sedang terjadi adalah sebuah kenyataan yang pasti. Mereka semua berharap, apa yang sedang terjadi itu adalah hanyalah mimpi belaka. Akan tetapi sayangnya. apa yang sudah terjadi itu adalah sebuah kenyataan yang pasti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD