6 | jubah bulu-bulu

1728 Words
"Kenalin, ini Roxy, Oleo, Golden, dan Lulu. Mulai hari ini, kamu bakal kerja sama mereka." Empat kucing yang baru saja dikenalkan oleh David, sekarang sedang menatap Sybil dengan sepasang mata mereka yang membulat penasaran. Ditatap begitu oleh mereka, membuat Sybil tidak bisa untuk tidak merasa gemas. Keempat kucing dengan ras berbeda-beda itu lucu sekali. Andai saja David sedang tidak berada di ruangan ini, Sybil pasti sudah memeluk mereka semua satu per satu. Dan kehadiran mereka pun membuat Sybil sadar, sepertinya pekerjaan ini tidaklah terlalu buruk. Atau bahkan bisa dibilang pekerjaan yang sangat bagus dan menyenangkan. Dirinya akan digaji besar untuk bersama dengan kucing-kucing ini! Sekarang, Sybil dan David sedang berada di ruangan khusus keempat kucing milik David di rumah ini. Ruangannya sangat luas bahkan sudah bisa dianggap seperti sebuah rumah dan ruangannya juga full AC. Interior-nya bagus dan bertema jungle dengan lantai kayu mengkilat yang sebagian dilapisi karpet rumput palsu yang empuk. Mangkuk-mangkuk makanan dan minuman kucing tersusun rapi. Semua litter box berbentuk lucu dan bahkan ada pula litter box otomatis yang harganya tentu tidak murah. Di ruangan itu juga banyak rumah pohon kucing, tangga, tempat yang dikhususkan untuk kucing memanjat, dan banyak lagi. Pokoknya, ruangan ini benar-benar memiliki fasilitas lengkap dan nyaman untuk kucing. Sybil yang manusia saja sampai terkagum-kagum begitu masuk kemari. Ia pun langsung bisa menilai kalau David benar-benar all out terhadap kucingnya. David pasti sangat menyayangi kucing-kucingnya ini. "Kamu kemarin sudah ketemu sama Roxy dan Oleo, kan? Sepertinya mereka juga udah kenal sama kamu," ujar David ketika melihat kucing ragdoll-nya yang bernama Roxy dan kucing silver british short hair-nya yang kini sudah berjalan mendekati Sybil. "Iya, Mr.David." Sybil mengangguk, lalu berjongkok untuk mengusap kepala Roxy dan Oleo yang tentu saja dengan senang hati menerimanya. Sybil juga memanggil Golden, kucing golden scottish fold yang sepertinya paling muda, serta Lulu si tabby munchkin yang masih diam dan memerhatikan Sybil dengan penasaran. Tapi kemudian, secara perlahan dua kucing itu ikut bergerak mendekati Sybil tanpa takut sama sekali. Membuat David lagi-lagi takjub. "Kata orang, kucing itu tau mana orang yang suka sama mereka dan mana yang enggak. Kalau mereka mendekat ke orang baru seperti kamu dan bisa langsung nyaman, saya rasa kamu sesuka itu sama kucing?" Sybil mendongak dan tersenyum pada David. "Saya memang suka kucing walau emang udah lama nggak pelihara kucing lagi. Dari dulu, kucing-kucing memang suka nempel sama saya. Nggak tau juga kenapa." "Karena naturally mereka tau kamu sama sekali nggak akan nyakitin mereka." Sybil mengangkat bahu. "Mungkin." "Karena itulah kamu terpilih kemarin. Saya ini orangnya perfeksionis, karena itu saya juga mau yang terbaik untuk kucing saya. Dan saya mau mereka diurus sama orang yang bisa membuat mereka nyaman, bahkan dalam sekali lihat." Sybil hanya tersenyum dan kembali beralih menatap kucing-kucing David yang kini sudah duduk mengelilinginya. Di dalam hati Sybil mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah membuatnya mendapat pekerjaan ini. Walau masih merasa takut terhadap David, tapi Sybil tetap harus merasa bersyukur, kan? Pekerjaan seperti ini tidak akan didapatkannya di tempat lain. Meski pekerjaan ini tidak sesuai ekspektasi, tapi Sybil akan menjalaninya dengan baik dan sepenuh hati. "Kita tinggalin mereka dulu, sekarang saya mau jelasin beberapa hal ke kamu. Kita ngobrol di depan." Perkataan David membuat Sybil bangkit dari posisi jongkoknya. Ia berjalan mengikuti David yang syukurnya sudah tidak naik hoverboard lagi. Tadi, pria itu berjalan menuju cat room ini menggunakan hoverboard, sehingga Sybil terengah-engah karena harus menyamakan langkah dengannya. David mengajak Sybil untuk duduk di kursi yang ada di depan cat room. Dua kursi rotan berbentuk telur yang biasa dilihat Sybil di Pinterest itu posisinya menghadap langsung ke kaca besar yang ada di cat room, jadi mereka bisa melihat ke dalam selagi mengobrol. "Saya langsung aja ya." Tatapan David tertuju pada Sybil. Kali ini, sisi David yang serius diperlihatkan. Meski raut serius itu sedikit tidak cocok dengan jubah bulu-bulunya yang masih saja membuat Sybil salah fokus. Namun, tatapan David yang begitu, tetap membuat Sybil segan. "Kucing saya itu sifatnya berbeda-beda, sama seperti ras mereka. Roxy itu jenisnya ragdoll dan dia yang paling tua. Umurnya udah hampir tujuh tahun. Roxy juga yang paling kalem di antara mereka semua." David menjelaskan sembari menunjuk Roxy di dalam yang sedang duduk santai. "Kalau Oleo itu british shorthair. Dia agak manja, kalau tidur sukanya deket-deket sama orang. Kadang sama saya, tapi kalau saya lagi sibuk biasanya ya sama perawat dia yang dulu. Dan Oleo ini kalau makan dry food harus disuapin pakai tangan karena dia nggak mau makan sendiri. Tapi kalau wet food bisa kamu kasih langsung ke mangkuknya." Sybil mengangguk mengerti. "Nah, Lulu itu kucing munchkin. Dari lahir, dia ada sedikit kelainan sama kakinya. Lulu nggak boleh overweight, karena kalau dia overweight sedikit aja, itu bisa bikin kakinya sakit. Jadi, makan Lulu harus sesuai takaran. Tapi, masalahnya Lulu ini hobi banget makan dan sering curi makanan yang lain. Jadi, kamu harus awasin Lulu atau pisahin dia ke tempat lain kalau yang lain lagi makan." Sekali lagi, Sybil mengangguk dan memberi catatan di otaknya sendiri. "Terus yang terakhir Golden. Dia scottish fold dan paling bungsu. Golden masih kitten, umurnya masih tujuh bulan. Dia juga yang paling aktif dan sering mau kabur keluar. You have to be very careful with her, okay?" "Okay, Mr.David." "Alright. Untuk takaran dan jadwal makanan mereka, semuanya ada di dalam. Mulai dari jadwal dry food, wet food, sama snacks." David menunjuk pada kertas yang tertempel di dekat sebuah rak kayu dalam cat room. "Dry food mereka ada di dalam rak itu, dan tiap wadah juga udah dikasih nama mereka masing-masing. Untuk wet food dan snack treats ada di kulkas kecil di samping rak. Sejauh ini, ada yang mau kamu tanya?" "Kalau masalah grooming gimana?" "Oh, kamu nggak perlu khawatir. Dua minggu sekali kamu cuma perlu bawa mereka ke pet shop langganan saya dari dulu. Kamu bisa nyetir?" "Bisa." "Oke, berarti nanti kamu boleh nyetir sendiri atau bisa juga saya kasih supir kesana. Dan juga, nanti saya tiap bulan kasih kamu anggaran untuk keperluan mereka. Entah itu biaya grooming, beli makanan mereka yang habis, dan keperluan lain-lain. Itu semua termasuk tugas kamu yang handle. Nanti kamu buat pembukuannya." Semangat Sybil jadi timbul karena merasa ilmu kuliahnya akan terpakai karena nanti harus membuat pembukuan. "Untuk jadwal kegiatan mereka sehari-harinya, nanti saya kasih. Jam kerja kamu sama kayak karyawan perusahaan saya yang lain ya, dari jam delapan pagi sampai empat sore. Walau tugas kamu berbeda sama mereka, tapi saya harap kamu bisa bekerja sama kerasnya seperti mereka." "Siap, Mr.David. Saya akan bekerja dengan baik." "Memang harus begitu." David mengangguk. "Jangan pernah anggap kerjaan kamu sepele karena tugas kamu mengurusi kucing-kucing saya. They're like my own kids so they are so precious to me. Kalau kerja kamu bagus dan mereka senang, saya bisa kasih kamu bonus dua kali lipat. Tapi kalau sebaliknya, saya justru bisa jahat ke kamu. Ngerti?" Sybil menelan ludah seraya mengangguk kaku. David sungguh sangat mengintimidasi ketika mengatakan itu semua, bahkan tidak tersenyum sama sekali. Sybil sadar kalau dia tidak boleh membuat kesalahan, baik itu disengaja maupun tidak disengaja kalau tidak ingin membuat David marah. Meski tidak tahu seperti apa David jika marah, tapi rasanya Sybil sudah bisa membayangkan duluan. And no, it won't be good at all. "Bagus kalau kamu sudah ngerti." Kali ini, senyuman lebar David timbul lagi, membuat kedua matanya menyipit. Sybil baru bisa bernapas lega. "Sekarang kamu main sama mereka dulu. Saya mau berenang di belakang." David bangkit dari duduknya. Sybil pun melakukan hal yang sama. "Nanti ada salah satu ART yang jelasin tentang rumah. Yang mana yang boleh kamu datengin dan yang mana enggak, terus gimana kalau kamu butuh sesuatu. Habis saya renang, saya kasih jadwal mereka." "Baik, Pak." "Hey! It's Mr. David, not Pak." David cepat mengoreksi salah kata Sybil. "Iya, maksud saya itu. Sorry, Mr.David." "Berhubung saya baik hati dan tidak sombong, yaudah nggak apa-apa." David nyengir, menyebabkan wajah orientalnya terlihat menggemaskan. Dan Sybil sempat mengutuk dirinya sendiri karena berpikir David yang bisa dibilang om-om ini, menggemaskan. Like ew, how come? David hendak berbalik pergi dan menuju hoverboard-nya lagi yang terparkir di dekat pintu cat room. Hanya saja, ia menghentikan langkah begitu melihat sesuatu pada diri Sybil. Menyadari arah pandangan David yang tertuju pada bagian bawah tubuhnya, Sybil spontan menegang. Hah! Apa-apaan nih? Pikiran buruknya kembali muncul dan ia tidak bisa untuk tidak berpikir kalau David m***m. Terlebih magi ketika tiba-tiba David melepaskan jubah bulu-bulunya dan menyebabkan pria itu bertelanjang d**a memperlihatkan perut kotak-kotaknya, Sybil terkesiap. Ini om-om mau apa?! Teriak Sybil histeris di dalam hati saat David mengambil satu langkah maju. Jantung Sybil sudah berpacu cepat karena takut dan ia nyaris berteriak karena berpikir David akan melakukan hal macam-macam. Untungnya, teriakan itu masih bisa ditahannya, karena di luar dugaan, David justru memberikan jubah bulu-bulu tersebut padanya. "Bagian samping rok kamu robek, kayaknya waktu kamu jongkok tadi." David berujar begitu. "Pake ini dulu buat nutupinnya." Sybil menunduk untuk melihat roknya dan memang benar, bagian samping rok span yang panjangnya sedikit di atas lutut itu robek cukup panjang hingga setengah paha. Astaga, bagaimana bisa Sybil tidak sadar sih?! Bodoh sekali! Wajah Sybil spontan menghangat. Malu!!! "Ayo, buruan pake. Saya nggak mau ya lama-lama top less di depan kamu. Soalnya ini aset berharga saya yang nggak semua orang bisa lihat." Sybil semakin malu. Tanpa melihat David sama sekali, ia mengambil jubah bulu-bulu tersebut dan memakainya. Karena ukuran jubahnya jauh lebih besar dibanding ukuran tubuh Sybil, jadi bagian rok yang robek itu tertutup sempurna ketika Sybil memakainya. "Thank you, Mr.David." Sybil bergumam. "Sama-sama." David membalas dan melanjutkan, "Besok kamu nggak perlu pakai outfit formal kayak ini lagi. Pakai aja sesuatu yang nyaman." Belum sempat Sybil mengiyakan, David sudah keburu berbalik dan naik ke hoverboard miliknya, lalu dengan penampilan bertelanjang d**a itu, David berlalu pergi. Meninggalkan Sybil sendirian yang kini sudah memakai jubah bulu-bulu dengan wajah yang sudah semerah tomat. Dan Sybil tidak benar-benar tahu mana alasan pasti dari rasa malu ini. Apakah karena roknya yang robek, atau karena dirinya baru saja melihat David Almero Wicaksono setengah telanjang, di hari pertamanya bekerja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD