Salsa sontak terlonjak berdiri, begitu melihat wajah papinya Tari.
Surya sesaat menghentikan langkah, kemudian dengan cepat menuruni anak tangga yang tersisa. Surya berdiri tepat di hadapan Salsa, mata elangnya menatap Salsa, dengan tatapan setajam pisau yang siap merobek-robek Salsa.
Bola mata hitam legam milik Surya, beradu dengan bola mata biru milik Salsa. Tidak ada yang mau mengalah, ataupun mengalihkan pandangannya.
"Kamu!" Surya menudingkan jarinya ke wajah Salsa.
"Lo!" Salsa juga menudingkan jarinya kepada Surya. Tatapan mata mereka sama tajamnya. Menyimpan amarah yang siap diledakkan.
Rendra yang berdiri di dekat mereka, jadi bingung dengan sikap keduanya, yang seperti siap bertempur saja.
"Papi!" Teriakan Tari membuat kaget mereka bertiga, gadis kecil itu berlari kecil menuruni anak tangga.
Begitu Tari mendekat, dan berdiri di samping mereka. Salsa melihat perubahan drastis pada wajah Surya, yang tadi terlihat siap memuntahkan kemarahan padanya, kini terlihat sangat lembut saat menatap putrinya.
"Papi sudah kenalan sama Kak Caca?"
"Ehmm sudah, Sayang." Surya menganggukan kepala, dibawanya putri tunggalnya agar duduk di atas pangkuannya.
"Kak Caca ini jago berantem loh, Papi."
"Iya Papi sudah tahu," suara Surya terdengar begitu lembut pada putrinya, tapi tatapannya yang diarahkan pada Salsa, bagai setajam pedang bagi Salsa.
"Mas," panggil Rendra.
"Ya."
"Aku sudah menawarkan pada Salsa untuk menjadi bodyguard bagi Tari."
Surya menatap Rendra dengan tatapan tidak suka, karena Rendra bertindak tanpa bertanya lebih dulu kepadamya. Rendra yang menyadari kalau sudah lancangan, hanya bisa menundukkan kepala. Tapi Surya tetap bisa mengontrol dirinya, di depan sang putri.
"Apa anda menerima tawaran dari Rendra, Nona ... Mona Caca?" Tanya Surya dengan sopan, namun tatapannya masih terasa sangat tajam.
"Tidak, saya tidak bisa menerima tawaran itu." Salsa menggelengkan kepalanya.
Tari turun dari atas pangkuan paha besar milik papinya. Ia duduk di sebelah Salsa.
"Kakak mau ya nemenenin Tari kemana-mana, kalau yang nemenin Om-Om yang badannya gede, Tari malah takut, Kak, Tari juga jadi malu, karena diejek teman-teman bawa tukang pukul ke sekolah. Kak Caca mau ya jadi temennya Tari." Tari menggoyangkan lengan Caca berulang kali, matanya penuh permohonan pada Salsa. Salsa merasakan dilema dalam hatinya. Nuraninya sangat ingin menerima tawaran untuk menjadi pengawal Tari, tapi egonya mencegah untuk menerima.
'Apa kata teman-teman gue nanti, kalau mereka tahu, gue kerja jadi pengawal anaknya Si Om kepala batu ini, errrr bisa habis gue nanti sama mereka.'
"Nona Caca, kami sedang menunggu jawaban anda." Suara Surya yang lembut namun tegas, menyadarkan Salsa dari lamunan.
"Beri Kakak waktu untuk berpikir dulu ya, Tari. Kakak harus minta ijin dulu sama orang tua Kakak, bolehkan?" Salsa menyentuh pipi Tari dengan lembut.
"Tapi Kakak janji ya, nanti ke sini lagi!"
"Iya, Sayang, Kakak akan datang lagi ke sini untuk ketemu Tari."
Meski tampak rasa kecewa pada sinar matanya, karena Salsa belum mau menerima tawaran untuk jadi pengawal, tapi Tari menganggukan kepala, tanda memahami apa yang dikatakan oleh Salsa.
"Kalau begitu Kakak pulang dulu ya, saya pamit, Om Rendra, Om ... ehmm papinya Tari, permisi, Assalamuallaikum." Salsa berdiri dari duduknya, dan dengan diantar oleh Tari, ia ke luar dari rumah Surya, dan segera menuju mobilnya.
---
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Salsa merasa ada kerinduan di dalam hatinya pada Tari. Tapi ia sengaja menghindari jalan, di mana biasanya mobil Tari lalui. Ia yakin, kalau Papi Tari pasti sudah mempekerjakan seorang pengawal yang akan menjaga Tari.
Salsa baru saja meletakan pantatnya di kursi sebuah restoran untuk makan siang, ketika seorang pria duduk di hadapannya dengan tatapan menghujam.
'Surya!'
"Lo!"
"Ikut aku sekarang!" Surya mencekal kuat lengannya.
"Gue mau makan, iih lepaskan!" Salsa berusaha melepaskan diri dari cekalan kuat lengan pria itu. Ia menekan suaranya, agar tidak jadi pusat perhatian pengunjung lainnya.
"Diamlah, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada putriku!"
"Apa maksud, lo?"
"Ikut denganku, maka kamu akan tahu apa maksudku!"
Salsa tidak tahu kenapa ia mau saja mengikuti pria itu.
"Mana kunci mobilmu!" Surya menadahkan tangan, meminta Salsa menyerahkan kunci mobil ke tangannya.
"Gue bisa bawa mobil sendiri!" Salsa menolak menyerahkan kunci mobilnya.
Ia masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Surya, setelah pria itu memerintahkan supirnya untuk pergi dengan mobilnya.
"Ke rumahku!" ucap Surya dengan nada ketus.
"Eeh gue bukan supir lo ya, bisa nggak bicara yang sopan!" sahut Salsa kesal, Surya tidak menanggapi protes Salsa.
Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka berdua, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
**BERSAMBUNG**