Waktu berjalan begitu cepat bagaikan air sungai
mengalir begitu deras. Pernikahan yang diawali dengan
ketidaksukaan, lambat laun menjadi sedikit lebih baik dari
sebelum. Meskipun hanya sedikit, itu lebih baik daripada
tidak sama sekali bukan?
Pertemuan tidak terduga yang Jean alami masa itu
terus berputar dikepalanya. Dijadikan pelecehan oleh pria
hidung belang, dijadikan wanita pilihan untuk pemuas
nafsu, sampai saat dimana hal yang benar-benar tidak
terduga datang yang dia alami. Terlebih mengetahui
Dominic Archer menyelamatkan nya dari lubang hitam.
Meskipun awalnya mengira jika Jean masuk ke dalam
kandang singa, tapi mengetahui jika dirinya sudah masuk
kedalam pesona Dominic apalah arti masuk kedalam
kandang manapun.
Jean dulu selalu menolak mengakui jika dirinya
sudah jatuh cinta dengan Dominic, tapi Jean menyadari
jika semakin lama dia menahan perasaan itu, semakin
besar ia tahu jika mencintai seorang Dominic Archer begitu
besar. Bahkan menghabiskan malam panas bersama pria
itu.
Mengingat malam panas bersama Dominic
membuat semburat merah diwajah Jean begitu terlihat.
Bohong jika Jean mengatakan jika dia tidak menikmati
malam panasnya dengan Dominic, dia sangat
menikmatinya. Setiap sentuhan Dominic dikulitnya selalu
berhasil menggetarkan dalam tubuhnya. Dominic pun
selalu sukses membuat darahnya mendidih saat
penyatuan nya yang luar biasa.
Memikirkan hal itu pun membuat Jean seperti
tersengat listrik. Dia segera menggelengkan kepalanya
cepat, mengenyahkan pikiran kotor yang selalu
menghampirinya saat memikirkan Dominic.
Jantung Jean pun berdetak lebih cepat saat
sekelibat sikap manis yang ditunjukan Dominic padanya.
'Aku tahu ini terdengar bodoh, tapi aku mencintai pria
itu. Pria yang sudah memperkenalkan dunia baru padanya.'
batin Jean.
Senyum diwajahnya Jean tidak luntur meski dalam
keadaan terjebak macet selama dua puluh menit. Hari ini
Jean sedang bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit untuk
memeriksakan diri. Mengingat itu senyum yang sedari tadi
dia tunjukan seketika hilang. Masih ada rasa takut jika
dirinya benar sedang hamil.
Takut akan reaksi Dominic, takut akan kemarahan
Dominic, dan takut jika Dominic tidak menginginkan
anaknya dan mencoba untuk melenyapkan anaknya. Jika
Jean benar hamil, Jean berjanji akan menjaga anaknya
meski Dominic tidak menginginkan anak itu. Dengan kata
lain Jean harus merelakan Dominic demi anaknya, meski
itu adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh Jean.
Saat ini, Jean sedang menunggu antrian giliran untuk
masuk kedalam ruangan dokter, meskipun Jean istri dari
Dominic Archer, dan dokter tempatnya dia periksa adalah
teman dekat Dominic, tapi Jean tidak mau di anak
emaskan. Jean tidak mau jika yang lain menunggu antri
sedangkan dirinya tidak, bukankah itu sangat tidak adil.
"Mrs, Archer." Seorang perawat memanggil nama
belakang Jean yang kini sudah tersemat nama Archer
semenjak dirinya menikah.
Jean pun mengikuti arahan perawat untuk masuk
kedalam ruangan, tempat dokter Vian menunggu.
"Mrs, Archer, lama tidak bertemu. Ada yang bisa saya
bantu?" Dokter Vian menyapa Jean dengan sopan.
"Hmm.. Begini Dok, saya ingin bertanya, apa jika saya
lupa meminum obat itu, apa kemungkinan besar saya
hamil?" Tanya Jean hati-hati, Jean belum ingin
mengatakan yang sebenarnya.
"Sangat, delapan puluh delapan persen anda bisa
hamil jika lupa satu hari saja." Jawab dokter Vian.
Jantung Jean seketika berpacu dengan cepat. Apa
yang harus dilakukan Jean jika dirinya benar-benar hamil.
Dia tidak mau kehilangan bayi itu ataupun Dominic. Dia
mencintai dua-duanya, Jean tidak mau ada yang di
korbankan akibat kelalaiannya yang melupakan meminum
obat pencegah hamil itu.
"Saya beberapa hari lupa tidak meminum obat itu.
Apakah saya hamil Dok. Apa yang harus saya lakukan."
Tanya Jean dengan tangan bergetar. Jean benar-benar
takut.
Wajah dokter Vian tampak biasa saja. Tapi saat
mendengar itu, tangannya seketika berhenti menulis.
"Kita cek lebih dulu." Dokter Vian menyuruh Jean
untuk berbaring, sedangkan dokter itu menyiapkan
keperluan untuk pemeriksaan Jean.
"Santai saja." Dokter Vian menyuruh Jean untuk
rilex.
Dokter Vian memeriksa Jean dengan cara meletakan
alat ke perut Jean dan melihat monitor. Jantung Jean
meronta seakan ingin meledek menunggu dokter Vian
membuka suara.
"Saya sangat menyesal mengatakan ini kepada anda-
" Dokter Vian menjeda ucapannya.
Deg
Jantung Jean kini berhenti berdetak untuk beberapa
detik. Dokter Vian mengatakan maaf, berarti Jean kini
sedang mengandung? Tangannya bergetar hebat, sebutir
air mata pun menetes begitu saja tanpa dapat dicegah.
Kini Jean tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apa dia
harus pergi dari sisi Dominic demi mempertahankan
anaknya? Atau dia akan tetap bersama Dominic meski
akan terjadi hal yang Jean sendiripun tidak ketahui.
"Terimakasih untuk hari ini Dok." Jean bangkit dari
tempat tidur. Tapi sebelum Jean turun dari tempat tidur itu,
dokter Vian menahan tangan Jean.
Jean melepas tangan dokter Vian dengan sedikit
keras. Entahlah, suasana hatinya benar-benar sedang tidak
enak. Tapi Jean tahu jika yang dilakukannya tidak sopan.
Dia pun segera meminta maaf kepada dokter Vian.
"Maaf Dok." Kata Jean dengan suara bergetar
menahan tangisnya. Dokter Vian pun tahu jika Jean
sedang menahan tangisnya.
"Maaf." Kata dokter Vian kepada Jean.
Jean mencoba tersenyum, karena memang ini
semua bukan salah dokter Vian, karena ini murni
kesalahan Jean. Tapi senyum itu tidak berlangsung lama,
karena kini Jean menangis dengan diam tanpa
mengeluarkan suara. Hanya bibirnya saja yang bergetar
karena mencoba menahan agar tidak mengeluarkan
suaranya.
Dokter Vian pun menjadi panik melihat Jean yang
menangis. "Maaf Ms Archer, apakah saya melakukan
kesalahan?" Tanya dokter Vian panik.
Jean hanya menggelengkan kepalanya dengan
cepat. Kehamilannya bukan karena kesalahan dokter Vian,
tapi karena kesalahan nya. Jean yakin Dominic akan
marah besar kepadanya.
"Saya izin pamit Dok." Jean menundukan kepalanya,
menyembunyikan wajah nya yang sedang menangis.
"Tunggu, saya belum selesai berbicara." Dokter Vian
kembali menahan Jean dengan memegang lengannya.
Tapi kali ini Jean tidak memberontak.
"Maaf." Dokter Vian tersadar jika dia kembali
memegang Jean.
"Sebaiknya anda duduk dulu, karena jika anda
menangis, orang diluar akan berpikir saya melakukan
melakukan hal buruk kepada anda." Dokter Vian pun
menarik Jean untuk duduk kembali, karena sekarang
keadaan Jean sangat berantakan. Dan Dokter Vian yakin
jika orang luar yang melihat Jean seperti ini akan berpikir
buruk tentangnya.
"Saya baik-baik saja dok." Itu yang diucapkan Jean.
Sebenernya untuk menyemangati dirinya sendiri dan
berharap jika ini benar-benar akan baik-baik saja, meskipun
nyatanya berbanding terbalik dengan yang dia inginkan.
"Saya belum selesai mengatakan semua nya." Dokter
Vian kembali ingin mengatakan yang tadi sempat
terpotong karena Jean menangis.
Jean hanya diam, dia tidak terlalu fokus kepada
dokter Vian. Pikirannya entah melayang kemana-mana.
"Saya tadi mengatakan jika saya meminta maaf
kalau filing anda salah. Karena anda sebenarnya tidak
sedang hamil." Dokter Vian akhirnya bisa mengatakan
semua.
Jean pun mengangkat wajahnya untuk melihat
dokter Vian dan memastikan apakah dia sudah tuli atau
dia berhalusinasi jika yang dikatakan dokter Vian semata-
mata hanya keinginannya, jadi otaknya mendengar apa
yang ingin dia dengar.
"Terimakasih Dok." Jean kembali menundukan
wajahnya.
Kini Dokter Vian benar-benar dibuat bingung dengan
reaksi Jean. Jadi sebenarnya Jean ini menginginkan
kehamilan atau tidak.
"Anda baik-baik saja?" Tanya dokter Vian
memastikan Jean.
"Saya baik-baik saja." Jawab Jean lemas.
"Anda bisa meminum obat pencegah hamil itu
kembali, dan jangan sampai lupa kembali. Karena jika anda
lupa kembali, anda akan benar-benar hamil." Dokter Vian
memberitahu.
Jean mengernyitkan dahinya, mencerna setiap
ucapan dokter Vian kepadanya. "Apa maksud dokter?"
Tanya Jean bingung.
Dokter Vian menepuk dahinya cukup keras hingga
terdengar suara cukup keras.
"Dok, anda baik-baik saja?" Tanya Jean melihat
dokter Vian yang menepuk dahinya cukup keras.
"Jadi anda sedari tadi tidak mendengarkan saya
berbicara?" Tanya dokter Vian dengan wajah melas karena
dia sudah bicara dengan panjang lebar, tapi tidak
didengarkan. Dengan polos Jean menggelengkan
kepalanya.
Dokter Vian kembali menepuk jidatnya yang sudah
merah akibat tepukannya sendiri.
"Tadi saya mengatakan jika anda tidak hamil, saya
minta maaf karena dugaan anda salah tentang anda
hamil." Dokter Vian kembali mengatakan apa yang tadi
diucapkannya.
"Jadi saya tidak hamil dok?" Tanya Jean sekali lagi
untuk memastikan.
"Yaps, anda sedang tidak mengandung." Jawab
dokter Vian.
Jean tidak mengatakan apapun lagi. Dia memilih
untuk pamit pergi.
***
Didalam perjalanan Jean memikirkan semua yang
diucapkan dokter Vian padanya. Entah kenapa dia lebih
sedih mengetahui fakta jika dirinya tidak hamil. Entahlah,
Jean pun bingung sendiri.
Tapi jika Jean boleh memilih, ia ingin mengandung
anak Dominic dan juga mempertahankan hubungannya
dengan Dominic. Membentuk keluarga kecil penuh
kebahagiaan bersama. Salahkah Jean jika dia
mengharapkan itu semua?
Yang bisa menjawab hanya, waktu, takdir dan
Tuhan.