Naira duduk di kursi penghakiman dengan wajah tertunduk bagai seorang penjahat yang tengah menanti putusan hukuman. Di depannya duduk berjajar Darius, Farida dan juga Deryn yang terisak di pundak ibunya.
"Kak, seharusnya Kau mengatakan sejak awal kalau memang Kau mencintai calon suamiku," ucap Deryn dengan suara sengau.
"Aku tak merebutnya, Deryn. Seandainya ayah tak mengusirnya, dia akan menjelaskan kesalahpahaman ini. Sebenarnya dia ingin melamarku tapi--"
"DIAM!!" bentak Farida membuat Naira seketika menutup mulutnya.
"Kau terlalu banyak berharap! siapa yang akan percaya omongan mu? mana mungkin Sean lebih memilihmu dibandingkan Deryn yang memiliki banyak kelebihan!" Ejek Farida dengan seringai meremehkan.
Naira memejamkan mata mendengar hinaan Farida. Naas memang, tak ada yang bisa dibanggakan dalam diri Naira. Ia sama sekali tak mewarisi bakat dan kelebihan yang dimiliki orangtuanya.
Awalnya Darius bisa bersabar menunggu bakat Naira terlihat, tetapi semuanya berubah ketika Darius menikahi Farida.
Farida adalah janda dari seorang ajudan yang pernah bekerja pada Darius. Ketika Farida dinikahi Darius, ia membawa seorang putri bernama Deryn. Deryn adalah gadis multitalenta, jauh berbeda dengan Naira. Hal inilah yang membuat Darius semakin kecewa dengan putri kandungnya sendiri.
"Apa aku membesarkan mu untuk menjadi perebut kekasih orang?!" tanya Darius dengan suara dingin. "Ibumu bahkan rela meregang nyawa untuk melahirkan seorang anak sepertimu, tapi apa? Kau bahkan tak bisa diharapkan!"
"Ayah??" air mata membanjiri wajah Naira. Haruskah ayah kandungnya mengatakan hal itu? dihina orang lain sekeras apapun Naira sanggup, tetapi jika itu ayah kandungnya sendiri, putri mana yang sanggup menerimanya?
"Kalau Kau tak bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga ini, setidaknya jangan menyusahkan orang lain. Aku sudah cukup bersabar menghadapi mu!"
Bahu Naira bergetar mendengar ucapan ayahnya. Namun, ia mencoba tetap kuat.
"Ayah, maafkan Nai jika tak bisa menjadi putri yang membanggakan keluarga, tapi Sean mencintai Naira. Naira pun sama. Biarkan Sean melamar Naira dan membawa Naira pergi. Jika ayah muak dengan Nai, Nai akan terima jika tak diizinkan menginjakkan kaki di rumah ini lagi." Naira mengusap air matanya.
Mendengar kata-kata Naira, Deryn makin sesenggukan.
"Deryn, maafkan Kakak, tetapi Kamu tahu sendiri siapa wanita yang Sean cintai, bukan?"
Untuk pertama kalinya Naira berani mempertahankan argumennya. Ini berkaitan dengan hati, dan Sean sendiri berjanji akan menjelaskan semuanya pada orangtuanya. Jika Naira menginginkan lepas dari segala penderitaan ini, maka saat inilah momen yang tepat.
"Apa benar yang dikatakan Kakakmu, Deryn?" tanya Darius.
Deryn mengusap air matanya sebelum mendongak untuk berbicara pada Darius.
"Deryn tak tahu, Ayah. Selama ini kak Sean tak pernah mengatakan mencintai wanita lain selain Deryn. Hubungan kita pun baik-baik saja. Kak Sean masih sering menjemput Deryn pulang kuliah. Tapi Deryn memaklumi, mungkin karena kak Nai sering melihat Kak Sean mengantarku hingga tumbuhlah benih-benih cinta."
"Deryn!" sergah Naira. Bagaimana bisa adik tirinya itu mengarang cerita seenaknya sendiri. Memang benar kantor Sean dekat dengan kampus Deryn, tetapi setahunya hanya beberapa kali Sean mengantar pulang Deryn, itupun karena Deryn yang meminta ikut. Setidaknya itulah yang Sean katakan padanya.
Naira sendiri yakin Deryn mengetahui hubungan Naira dengan Sean. Sebab beberapa kali Naira memergoki Deryn mengamatinya dari jendela kamar ketika Sean menemui dirinya.
Tapi apa yang diungkapkannya kali kini sungguh tak sesuai kenyataan.
"Deryn sakit hati kak, teganya Kakak menusukku dari belakang. Tak masalah jika Kakak mencintainya, harusnya cukup mengatakan padaku sehingga aku tak perlu menerima pertunangan ini. Deryn akan mengalah, tapi saat ini semua teman Deryn sudah mengetahui pertunangan ini. Jika tiba-tiba batal, apa kata orang-orang?? kita keluarga terpandang. Maafkan Deryn, jika nantinya membuat malu ayah dan ibu akibat pembatalan pertunangan ini--" Deryn sesenggukan di pundak Farida yang terus mengusapnya dengan penuh sayang.
"Kakak tak merebutnya darimu. Kita saling mencintai--"
"CUKUP NAIRA!!" bentak Darius.
"Pertunangan ini tak akan dibatalkan." Lanjut Darius.
Farida menyunggingkan senyumnya.
"Besok pagi ayah akan menemui keluarga Abiyasa. Siapapun gadis yang akan Sean pilih aku akan menyetujuinya! entah itu Naira, entah itu Deryn. Yang jelas salah satu dari kalian tetap akan menjadi menantu keluarga Abiyasa!"
Senyum di wajah Farida mendadak memudar. Ia terlihat kecewa dengan keputusan suaminya.
"Mas, Kamu yakin? Bagaimana jika gadis seperti Naira menjadi menantu keluarga Abiyasa. Ini akan sangat memalukan.." Farida menatap risih pada Naira.
"Mengapa Kau berkata seperti itu? atau Kau percaya ucapan Naira tadi? tentang pernyataaannya bahwa Sean mencintainya."
"Tentu saja TIDAK! haha.. Mustahil!" Wajah Farida merah padam.
"Kalau begitu kita lihat besok. Jika apa yang dikatakan Deryn benar, seharusnya Kau tak perlu khawatir Naira yang akan menjadi menantu keluarga Abiyasa." Darius bangkit berdiri setelah mengakhiri kalimatnya.
"Sekarang kembali tidur! aku tak mau lagi mendengar keributan!" tegasnya sambil berlalu, menaiki tangga lantai dua untuk kembali ke kamarnya.
Farida menatap sinis pada Naira yang masih duduk di ruang tengah bersamanya.
"Kamu jangan terlalu berharap ya. Keluarga Abiyasa tak mungkin memilih menantu seperti dirumu! Bahkan seujung kuku pun tak ada yang bisa dibanggakan dari dirimu!!" ucap Farida.
"Anda tak perlu risau Nyonya! Nona Deryn adalah putri cantik dan berbakat keluarga Wicaksono. Hanya pria tol0l yang menolak Anda untuk memilih wanita spek babu." Amel tiba-tiba muncul dari ruang makan.
Farida tertawa mendengar ucapan Amel.
"Setidaknya dalam diri Nona muda ku ini benar-benar mengalir darah murni keturunan Wicaksono, bukan darah seorang. Maaf. Pengawal." Alma pun muncul entah dari mana. Ia mendekat pada Naira lalu menggandengnya untuk pergi.
"Pembantu brengs3k!! Ku pecat--"
"Maaf, apakah saya perlu mengingatkan lagi bahwa Anda hanya bisa memecat saya ketika sudah menemukan seseorang yang bisa meracik jamu herbal untuk tuan Darius. Selama hanya saya yang bisa membuat ramuan untuk beliau, maka selama itu pula Anda harus betah melihat wajah saya di rumah ini," potong Alma dengan berani.
Entah mengapa tiba-tiba Alma begitu berani berbicara pada Farida. Mungkinkah karena dia yakin bahwa nonanya akan segera membawanya pergi dari rumah itu? Jika Naira menikah dengan Sean, maka Alma pun akan ikut pergi bersamanya. Alma tak sabar menunggu saat-saat itu.
(Next➡)