"Maaf, Trinity." Bisikku. Lupakan aku. Pukulannya berhenti. "Percuma. Percuma gue pukuli lo sampai mati pun, sesak ini gak akan pernah hilang." Bisiknya lirih. Aku menoleh. Dari dalam tasnya, Trinity mengeluarkan cutter. Mendorong pisaunya keluar, ia mengarahkan pisau itu ke pergelangan tangan. Spontan, aku merebut cutter itu dari tangan Trinity dan menjauhkan darinya. "Berhenti menyakiti diri sendiri, Trinity!" Dia marah, ia berusaha merebut cutter dari tanganku. Terjadilah perebutan cutter di antara kami berdua. Hingga cutter itu terlempar ke atas meja, aku bermaksud mengambilnya. Badan cutter sudah kugenggam, tapi bilah pisau cutter yang tajam itu merobek kulit tanganku, sebelum aku sempat menarik pisaunya turun. Persis beberapa senti di atas urat nadi. Trinity menjerit melihat