Bab 10. Putra dan Puput

1029 Words

"Putla, Puput boleh minta satu pelmintaan, enggak?" Bocah lelaki itu menghentikan laju sepedanya. Menoleh pada bocah perempuan yang memboncengnya di belakang. "Hmmm, kenapa?" "Putla janji ya, bakal selamanya nemenin Puput?" Tangan si bocah mengalung di pinggang si pembonceng. "Iya." "Pokoknya Putla janji dulu. Enggak boleh ninggalin Puput." Si bocah berpita merah itu mengacungkan jari kelingkingnya. "Ish, apaan?" Bocah lelaki itu mendelik menatap bocah seumurannya itu menyeringai lebar. Tangan si bocah bergigi ompong itu telah menyelip di bawah lengannya. Kepalanya menyuruk, menyandar di punggungnya. Sebenarnya bocah lelaki itu senang, tetapi tampaknya dia terlalu angkuh untuk mengakui. Hei, usianya baru enam tahun. Si bocah ompong pun sama. Haruskah mereka sama-sama berjanji untuk

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD