“ Mas,” Risma melepaskan pelukannya. Kedua tangannya menyeka air mata yang mengalir membasahi wajahnya. “ Apa kamu sudah makan?” Raditya pun menggelengkan kepala. Kenyataan pahit yang dialaminya membuat dia enggan sama sekali untuk makan. Risma mengerti apa yang dirasakan oleh mantan suaminya. Tapi ini tidak boleh terjadi Risma tetap harus memberikan semangat agar Raditya bisa cepat puluh seperti semula, walau pun tidak sesempurna dulu. “ Aku kupasin apel ya, mas?” ujarnya sambil mengambil buah apel kesukaan Raditya, lalu mengupasnya dan mencoba menyuapi Raditya, tapi Raditya menolak dan menggelengkan kepala. Risma pun meletakan makanan itu diatas nakas, tangannya kembali menggenggam tangan Raditya. “ Mas, aku tahu kamu terpukul dengan kabar tentang kondisi kamu saat ini. Tapi, kamu ha