Sang penggoda

1660 Words
"Ternyata emang beneran dia," kata Febi lirih pada sang sahabat saat melihat seorang wanita yang melambaikan tangannya memanggil Niswa, wanita itu adalah wanita yang ada di foto dan video yang Arman kirimkan kepada Niswa waktu itu. Sekarang Niswa bisa bertemu dengan wanita itu, wanita sang pemilik nomor misterius yang mengirimkan pesan dengan kata-kata sayang pada Ibram tapi rasanya hati dan pikirannya masih tidak mempercayai jika wanita itu adalah selingkuhan sang suami begitu juga dengan Febi. "Mas Ibram katarak kali ya, kayaknya kamu harus bawa Mas Ibram ke dokter mata deh, masa iya selingkuh sama perempuan model begitu!" kata Febi sambil berbisik saat mereka berjalan mendekati meja di mana perempuan itu berada. Niswa hanya menatap sang sahabat dengan tatapan yang sama merasa anehnya, pasalnya wanita itu bukanlah seorang wanita cantik layaknya visualisasi bidadari seperti Niswa. Wanita itu bertubuh gempal, gemuk dan pendek, memiliki wajah yang benar-benar di bawah kecantikan Niswa. walaupun berusaha tampil menarik dengan riasan wajah dan tatanan rambut yang bisa dibilang bagus, juga pakaian yang berkelas tapi tetap saja kecantikan Niswa jauh berkali-kali lipat dibanding wanita itu. "Selamat siang," sapa Niswa dengan ramah begitu sampai di dekat wanita itu Niswa mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan memperkenalkan dirinya begitu juga dengan Febi yang berdiri di sebelah Niswa. Riska nama perempuan wanita itu, dengan begitu ramah juga Riska mempersilakan Niswa dan Febi untuk duduk. "Aku rasa kita nggak perlu banyak basa-basi, kamu juga udah pasti tahu kan tujuan pertemuan kita ini untuk apa? baiknya sekarang kamu langsung menjelaskan ada hubungan apa antara kamu dan suami aku?" tanya Niswa langsung pada pokok pembicaraan, rasanya wanita itu begitu enggan berbasa-basi mungkin jika yang berhadapan dengannya seorang wanita cantik Niswa akan merasa cemburu tapi melihat perempuan yang ada di hadapannya sekarang justru membuat Niswa tidak habis pikir mengapa sang suami menjalin hubungan dengan perempuan itu. "Kalau Mbak Niswa bertanya ada hubungan apa antara aku sama Mas Ibram, Aku bingung harus menjelaskannya. Aku bingung harus menyebut hubunganku dengan mas Ibram dengan sebutan apa," jawab perempuan itu membuat Niswa dan Febi saling pandang lalu sama-sama menatap tajam pada perempuan itu. "Sebenarnya aku sama Mas Ibram itu teman lama, kami bahkan sudah berteman sejak belasan tahun yang lalu, walaupun Kami sempat nggak ada kontak lama. dan kebetulan belakangan ini kami ketemu di sebuah acara, jujur aku akui sama Mbak Niswa kalau aku masih mencintai Mas Ibram. walaupun aku sudah sempat menikah dan hubungan rumah tanggaku berantakan tapi rasa cintaku yang nggak pernah tercapai pada masa Ibram dari dulu ternyata masih ada sampai saat ini," ucap Riska, wajah wanita itu bahkan terlihat berseri-seri saat menceritakan rasa cintanya pada Ibram, Niswa hanya wanita biasa tentu saja ia merasa begitu geram mendengar apa yang wanita itu katakan tapi Niswa tetap berusaha tenang dan mendengarkan apa yang akan Riska katakan lagi padanya. "Dari temen-temen lama kami, aku sempat dengar kalau Mas Ibram memang menikahi seorang artis papan atas tapi baru kali ini aku bisa ketemu langsung sama Mbak Niswa. ternyata Mbak Niswa jauh lebih cantik dari yang bisa dilihat di layar kaca dulu dan internet pantas saja kalau mas Ibram sama sekali nggak bisa berpaling dari Mbak Niswa," sambung Riska sambil menatap wajah Niswa walaupun tatapan itu jelas terlihat tidak suka. "Maksud Mbak Riska apa?" tanya Niswa dengan suara datar, Riska malah tersenyum miring mendengarnya. "Terserah deh Mbak Niswa mau beranggapan apa tentang aku, yang jelas Aku mengakui kalau suami Mbak Niswa itu adalah orang yang benar-benar setia. Aku cemburu sama Mbak Niswa, aku iri, padahal aku lebih dulu kenal sama Mas Ibram, Dari dulu aku udah ngasih semuanya sama dia, perhatian, cinta, kasih sayang bahkan kalau dia minta raga aku pasti dengan sukarela aku kasih tapi sayangnya Mas Ibram terlalu sulit buat dirayu, dari dulu bahkan sampai sekarang." Niswa dan Febi saling berpandangan bingung mendengar apa yang Riska katakan. "Maksud kamu, kamu nggak ada hubungan apa-apa sama Mas Ibram? Kamu bukannya selingkuhannya mas Ibram?" tanya Febi tanpa tedeng aling-aling membuat Riska tersenyum geli mendengarnya. "Kalau mas Ibram mau dengan senang hati aku mau jadi selingkuhannya, bahkan itu adalah hal yang sangat aku impikan sejak aku tahu Mas Ibram udah nikah dan sejak kami ketemu lagi, tapi sayangnya dari dulu Mas Ibram kayaknya nggak pernah tertarik sama aku. dia bilang dia udah punya istri yang sempurna Jadi nggak perlu lagi perempuan manapun di dunia ini, makanya aku penasaran banget pengen ketemu sama istrinya Mas Ibram secara langsung," jawab Riska dengan begitu santai, Niswa hanya diam menatap wajah wanita itu yang sepertinya memang tidak menyimpan sebuah kebohongan. "Jadi kamu sama Mas Ibram nggak punya hubungan spesial?" tanya Febi tidak percaya. "Pengennya sih punya, tapi Mas Ibram nya nolak terus, padahal aku juga lumayan cantik kan!" jawab wanita itu membuat Febi merasa pusing seketika dan ingin sekali memberi wanita itu cermin untuk berkaca. "Lalu apa ini? bisa kamu jelaskan semua ini?" tanya Niswa sambil menunjukkan foto dan video yang waktu itu Arman kirimkan padanya. "Wah aku kira cuma artis yang suka dikejar paparazzi, ternyata suami artis juga ya?" tanya Riska setelah melihat video di ponsel Niswa. "Niswa cuma pengen kamu menjelaskan tentang itu mbak Riska," tanya Febi yang terlihat lebih tidak sabaran dibanding sahabatnya yang terlihat lebih tenang. "Aku ketemu lagi sama Mas Ibram sekitar dua tahun yang lalu, waktu itu mas Ibram cerita kalau ibunya pengen buka galeri atau semacam museum lah yang bisa menjadi sarana bagi anak-anak muda zaman sekarang untuk lebih mengenal tentang adat dan budaya. dan Karena Aku ini seorang arsitek, akhirnya Mas Ibram minta bantuan aku buat bangun galeri itu cowok yang ada di video itu juga teman lama kami dia yang bakal ngurus semuanya sampai di galeri itu buka karena kan mas Ibram nggak bisa ngurus semua itu sendiri karena mas Ibram kerja di sini," terang Riska tentang video yang Niswa tunjukkan. Niswa dan Febi saling berpandangan mendengarnya. "Mbak Niswa nggak tahu apa-apa tentang itu?" tanya Riska tidak percaya. "Mas Ibram cerita tentang pembangunan galeri itu, tapi nggak pernah cerita tentang siapa kontraktor ataupun arsitek yang mengurusnya," jawab Niswa cepat, Riska hanya membulatkan bibirnya. Febi tahu betul bagaimana hubungan Niswa dengan keluarga sang suami Jadi wajar saja jika sahabatnya itu tidak tahu apapun tentang mereka. "Sekarang di mana cowok itu?" tanya Niswa tentang laki-laki yang juga ada di dalam video itu. "Dia udah duluan ke Solo, kebetulan aku masih ada urusan di sini jadi belum nyusulin dia ke sana mungkin besok atau lusa aku baru berangkat," jawab Riska dengan begitu santai. "Oke kalau kamu emang temen lama Mas Ibram kamu pasti nggak akan keberatan dong buat ketemu dia sekarang, Aku juga pengen menjamu kamu makan siang bareng di rumah kami, gimana?" tanya Niswa pada wanita yang mengaku hanya teman lama Ibram itu, Febi hanya diam mendengarkan. "Oke, Aku senang banget kalau bisa makan siang di rumah kamu. sekalian aku bisa belajar bagaimana cara kamu memperlakukan Mas Ibram, siapa tahu aku bisa nyontek dan mas Ibram bisa suka sama aku," jawab Riska sambil mengambil tas yang ada di kursi kosong yang ada di sebelahnya lalu bersiap mengikuti ajakan Niswa, Febi terlihat begitu geram mendengar apa yang berbeda dengan siswa yang justru terlihat lebih tenang. Niswa terlihat lebih tenang tentu saja karena hatinya yang merasa senang mengetahui jika Ibram dan Riska tidak memiliki hubungan perselingkuhan selain Riska yang cuma kegatelan pada suaminya itu. Febi kembali mengendarai mobilnya dengan Niswa duduk di sebelahnya mereka dapat melihat Riska yang juga mengendarai mobilnya sendiri mengikuti dari belakang. "Kok bisa ya ada perempuan kayak dia?" omel Febi sambil mengendarai mobilnya menuju rumah Niswa. "Ya pastinya ada perempuan yang pola pikirnya kayak dia kalau nggak ada, nggak mungkin ada laki-laki beristri banyak di dunia ini," sahut Niswa, Febi sekilas menoleh padanya lalu kembali fokus pada jalanan. Febi tahu bagaimana perasaan Niswa saat ini hanya saja wanita itu tetap berusaha tenang agar bisa berfikir dengan jernih dan menyelesaikan segala kecurigaan nya pada sang suami. "Jadi menurut kamu kalau seandainya Riska itu cantik, Ibram pasti mau digodain sama dia?" tanya Febi pada sang sahabat. "Mas Ibram itu bukan tipe orang yang hanya menilai seseorang dari penampilannya, Feb. Entahlah, kayaknya sulit aja mempercayai kalau Mas Ibram menghianati aku, tapi yang masih mengganjal perasaan aku sekarang adalah Kenapa Mas Ibram harus memblokir nomornya Riska, Kenapa Mas Ibram nggak cerita aja semuanya sama aku? itulah kenapa aku ajak Riska ke rumah biar Mas Ibram bisa jelasin semuanya setelah dia tahu kalau aku udah tahu semuanya," kata Niswa, Febi mengangguk mengerti. "Aku langsung jalan aja ya, biar kalian bisa ngobrol bertiga," kata Febi setelah ia menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Niswa, "tapi nanti kamu harus ceritain semuanya sama aku." "Iya makasih ya, nanti aku telepon, aku ceritain semuanya, kalau nggak besok aku ke rumah kamu," jawab Niswa, kedua sahabat itu saling berpelukan singkat sebelum Niswa keluar dari mobil Febi. Niswa melihat Riska juga sudah turun dari mobilnya hingga wanita itu langsung mengajak tamunya untuk memasuki gerbang rumahnya. "Jihan," sapa Niswa pada perempuan yang baru saja keluar dari rumahnya, Jihan seorang diri tanpa suster Rini ataupun Kalila dalam gendongannya. "Mbak Niswa udah pulang? aku habis nengokin kalila karena suster Rini lagi pulang buat istirahat siang, tapi ternyata Kalila tidur dan Kama belum ngijinin aku ajak Kalila pulang," kata Jihan, Niswa tersenyum mendengar apa yang wanita itu katakan. "Ya udah biarin dulu Kalila tidur di sini, Nanti kalau udah bangun aku bisa anterin Kalila pulang," jawab Niswa, Jihan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Ya udah Mbak, Makasih ya. kalau gitu aku pulang dulu," pamit Jihan, wanita itu langsung berjalan dan saling melempar senyum dengan Riska yang berdiri di belakang Niswa. "Mari masuk," ajak Niswa pada Riska yang masih menatap Jihan berjalan keluar dari halaman rumah Niswa. Riska menatap ke sekeliling melihat bagaimana rumah Niswa dan Ibram itu ditata dengan begitu cantik. "Mas Ibram, aku ajak seseorang nih ke rumah," kata Niswa pada sang suami yang sedang berada di ruang keluarga, tengah mematikan televisi yang sedang menampakan film kartun. mungkin tadi Kama yang menontonnya. Mendengar apa yang istrinya katakan, Ibram langsung memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang datang bersama wanita cantik itu. "Riska?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD