1. Laundry
"Alea"
"Ya pak?!"
"Dua bulan kedepan kamu Jadi Perbantuan di Laundry ya, mereka lagi butuh tambahan beberapa Orang, Kamu bersama Tyas dan Nabila Sementara disana dulu. Divisi Room nanti biar anak Training lain yang handle selama kalian disana."
"Ba...ik Pak Heri"
"Banyak-banyak Serap ilmu disana, siapa tau kamu bisa buka Laundry di masa depan" Pak Heri tersenyum senang, Sambil Menatapiku dengan tatapan teduh, dan Ramah.
"Baik Pak!"
Hai Namaku Alea, Alea Zevanya. Saat ini aku Baru saja Masuk Semester Awal kelas XI, ya memang cukup awal untuk PKL (Praktek Kerja Lapangan), namun disekolah SMK Tempatku, Punya Program yang berbeda dibanding Sekolah Lain, yaitu PKL diawal semester Kelas dua dan Bisa lebih Bersantai di kelas XII, lebih Fokus untuk Ujian Nasional.
Aku menatapi sekeliling Ruangan Laundry, Tempat yang jauh berbeda dari divisi tempatku sebelumnya, yaitu divisi Room. Biasanya aku harus berpakaian Super rapih, dengan dandanan yang lumayan tebal, yang harus menempel di wajahku Seharian. Meskipun hanya ada kemungkinan kecil Bertemu tamu Hotel, namun kami Harus selalu tampil Cantik dan Sopan. Tidak dengan Divisi Laundry, Staff disana hanya memakai Kaos dan Celana Training. Make up pun tidak Terlalu Penting, Karena Berteman dengan Hawa Panas Sepanjang Hari.
Ruangan itu memiliki tempat yang membentang Luas tanpa ada Sekat dinding Pemisah, di Pinggiran Ruang Luas itu Terdapat mesin-mesin Cuci dan Pengering yang Super Besar, Beberapa Alat Press untuk menyetrika Baju kemeja, Patung Uap dan Iron Roll yang Super besar, yang mampu menyetrika Sheet atau bahasa umumnya Seprei Alas Tidur.
Hari-hariku Berlalu begitu Cepat, Sebagai Anak Training aku hanya bisa mengikuti Perintah para Senior-seniorku yang hampir Semuanya Laki-laki. Hanya ada satu Perempuan Ibu Yuli yang menjadi Checker disana, ditambah kami Bertiga, Aku, Tyas dan Nabila Jadi Penghuni Divisi Laundry hanya ada Empat Wanita.
"Aleaaaa, Ayuk lipat Sheet Bed..!" Sedikit Berteriak, Seorang Seniorku kak Gilang Memanggil dari Jarak lima Meter. Aku bangkit dari posisiku yang Sejak tadi duduk dilantai Melipat Towel, menghampiri kak Gilang.
Mungkin lucu, tapi aktivitas melipat Sheet Bed hampir sama seperti Dansa Ala Laundry, bedanya ada Penghalang kain besar di Tengah-tengah kami, entah kenapa aku jadi Senyum-senyum sendiri. Apalagi kak Gilang Senior yang baik dan Manis, Tapi bukan dia Pria yang mencuri hatiku.
Pria itu hadir Seminggu Setelahnya, Pagi itu dia datang dengan Aris dan Hary Sesama anak Training, namun berbeda Sekolah denganku. Aku pikir dia Anak Baru dari Sekolah lain namun Ternyata dia yang lebih dulu disini dibandingkan aku.
Aku sempat meliriknya sesaat, Pria Berambut Jigrak, Tinggi dengan Mata Sipit. Baru melihatnya saja sudah membuat hatiku tidak karuan. Aku menunduk Setelahnya, dan kembali menyelam di dalam Pekerjaanku.
"Lea, Siapatuh ? Anak baru ? Tapi kok udah akrab sama Aris ?"
"Gaktau gue Bil"
"Yas, lo tau ? Biasa lo paling Update" Tyas menatapi Pria itu lama "gak tau hehehe, tapi tenang nanti gue cari tau"
"Eh..eh.. Orangnya nyamperin kesini.. Pura..pura gak liat" Nabila heboh sendiri melihat Pergerakan Pria yang Sejak tadi menjadi Pembicaraan kami. Sedangkan aku kembali diterpa degup jantung yang tak karuan melihat Pria itu tanpa suara mendekatiku, duduk disampingku dan bergabung Melipat Towel bersama kami.
"Hai.. lo pasti Alea kan ?"
"Loh.. tau gue dari Siapa ?"
"Aris"
"Oh.... Okay"
"Kenalin gue Rio, Senior lo disini" Sambil menjabat tanganku Pria itu Tersenyum Miring.
Nabila dan Tyas melotot kearahku, namun aku gagal menangkap arti Pelototan mereka.
"kalo lo emang Senior kita, Selama ini lo kemana ? Gue gak pernah liat?" Tyas Berucap Garang.
"Gue Tipes, Jadi Izin Seminggu ini, makanya lo pada baru liat gue"
Setelah Perbincangan Singkat itu Rio Pergi membantu para Senior lain, namun mataku tak lepas mencuri-curi pandang. Menatapi Pria Bermata Sipit itu.
"Woy... Diliatin mulu"
"Ishhh...diem diem dong jangan pada comber"
"Demen yaa ?" Seru Tyas dan Nabil bersamaan
"Iyaa.. hehehe diem ya lo padaa"
"Cieeeee ada yang Jatuh Cinta ni, Tenang aja Gue dan Tyas bakalan jaga Rahasia"
Aku memeluk kedua Temanku itu dengan Sayang. Ini Pertama kalinya aku Tertarik dengan Lawan Jenisku di kelas dua SMK.
Entah karena Jodoh, atau hanya kebetulan aku sering sekali ditugaskan Bersama Rio Setelahnya. Bahkan Seluruh Divisi Laundry seakan mengetaui Perasaanku padanya. Aku hanya bisa Tersenyum salah tingkah saat para kakak Seniorku meledekku dengan Rio Pacaran .
Namun Pria itu sama sekali tidak Menolak Perlakuan Orang-orang yang mencemooh kami berdua, aku sempat berpikir mungkin dia Juga mempunyai Perasaan yang sama denganku. Bahkan Sering kali Rio Perhatian padaku, hal-hal kecil yang membuatku Semakin menyukainya.
Siang itu, Setelah makan Siang Seperti biasa aku duduk di Depan Office, Rio menghampiriku dengan Senyum Cerahnya, mengakibatkan Detak jantungku semakin ingin keluar dari tempatnya. Aku tersenyum canggung membalas Senyumannya itu.
"Lo udah makan lea?"
"Udeh.. lo?"
"Udah.."
"Mmhh... Kok tumben lo sendiri ? Aris sama Hary mana ?"
"Biasa Ngerokok.. makanya gue kesini"
"Lo ngak ngeroko ?" Ucapku kaget sekaligus Senang Ada Nilai Plus untuk Rio. Benar-benar Pria idaman ucapku dalam hati.
"Dulu ... Tapi Sekarang udah enggak. Gue Pikir-Pikir gue malah ngerusak tubuh gue"
Hatiku meleleh seketika mendengar ucapan Pria itu. Dia begitu mencintai Tubuhnya, gimana dengan Pasangannya coba ? Hehe...
"lo hebat.."
Entah kenapa Perbincangan siang itu, menjadi sangat Berkesan buatku, aku semakin Menyukai Pria itu, Tawanya, Senyumannya bahkan Perlakuan-perlakuan kecil Selalu saja bisa membuatku Terpesona. Aku semakin bahagia namun Tersiksa secara Bersamaan.
Selama Tiga bulan, aku lebih Sering dengan Rio tanpa sadar. Bersamanya bagaikan Keharusan yang harus aku lakukan Setiap Harinya. Dia Seperti Nafasku. Pria itu pun selalu menunjukan sikap Manisnya padaku setiap Hari, tidak ada Penolakan dia menerima Semua kebaikanku yang Sebenarnya menuntut kejelasan, aku tidak menyangka Perasaanku padanya Semakin Besar, aku kembali Bertanya pada diriku Sendiri : Apakah dia juga Mencintaiku ? Apakah dia Punya Perasaan yang sama ? Rio aku butuh kejelasan... Hatiku ..
"Gimana yaa Bil? Tyas? Apa gue harus nunggu dia Terus ? Kok gue lama-lama merasa Capek sama Perasaan gue Sendiri sih"
"Yang sabar ya Lea, kita Cewek gak bisa apa-apa selain nunggu dia Peka" ucap Tyas sambil mengelus Pundakku memberikan kekuatan. Aku hanya bisa menangis sendu, aku tidak pernah menyangka jatuh cinta yang sebelumnya membuatku Bahagia bisa Berubah menjadi kesedihan buatku.
Aku semakin meyakinkan diriku kalau Rio Menyukaiku juga, bahkan Tyas dan Nabila tidak kehabisan Akal untuk menelpon Rio Tengah malam, memberi tau padanya kalau aku sakit. Allhasil Rio menghujani Ponselku dengan beberapa Panggilan Telpon yang Sengaja tidak ku angkat, aku hanya ingin tau Seberapa Penting aku buatnya. Ternyata aku cukup Penting hingga membuat Rio Khawatir padaku. Aku kegirangan Senang mengetaui hal itu.
Namun keyakinan itu kembali Luntur, saat Bertemu kembali dengannya, ia bersikap biasa saja padaku. Bahkan tidak bertanya bagaimana keadaanku.
Saat-saat dimana Masa PKL ku di Laundry habis, aku kira aku akan menjauh dari Rio tapi Ternyata Tuhan memberi Jalan lain, Rio juga dipindahkan ke Divisi Room Bersamaku, Tyas dan Nabila dan Mirisnya aku ditugaskan oleh Pak Manto, Salah satu Supervisor disana Untuk mengajarkan segala Sesuatu kepada Rio. Perasaanku semakin dalam padanya Seiring Banyaknya waktu yang kita lalui Bersama. Pernah juga Suatu waktu datang Sheet Baru yang lumayan banyak, di Hotel tempat aku PKL Setiap dua Tahun sekali, ada Pergantian Sheet (Seprai) jadi setiap Sheet baru harus di tuliskan Tanggalnya. Aku dan Rio ditugaskan untuk menulis tanggal Hari itu 14 November 2010 di Sheet. Cukup banyak, namun aku Tersenyum mengingat hari itu, seakan menjadi Sejarah yang dituliskan di kain Baru, Seprai Hotel. Sejarah aku mencintai Seorang yang sangat Manis, dan Juga baik.
Kebersamaan kami sungguh Sangat Banyak, Makan Bersama, Bekerja Bersama. Rio Sering memanggilku dan menungguku di Depan Loker Wanita saat dia Tidak melihatku. Itu Romantis Menurutku heheh.
Hari-hari berlalu begitu Cepat, aku masih terus bertahan dengan Perasaan Sukaku yang begitu menyiksa, bahkan saat Rio Sudah Menyelesaikan masa Trainingnya, dia tidak mengucapkan apapun padaku, tidak mengucapkan Perasaannya sedikitpun padaku. Aku sungguh amat menyedihkan!
Hatiku menjadi Sakit, setiap kali aku mengingat Namanya. Kami masih Berkomunikasi Setelahnya, bahkan seperti biasa Rio masih Perhatian padaku melalui Pesan-Pesan Textnya yang dia kirimkan padaku setiap Harinya. Namun aku tidak bahagia sedikitpun, aku sering sekali menangis, ketika membaca Pesan-Pesan yang dia kirimkan Padaku. Aku semakin Tersiksa dengan "Cinta" ini.
Akhirnya dengan Tekat yang kuat, aku mengirimkan Sebuah Puisi yang aku buat untuk Rio melalui Pesan Text. Aku mengungkapkan bahwa aku menyukainya sejak awal, merindu, bahkan Senyumnya menjadi canduku setiap Hari. Aku berkata padanya bahwa aku sudah tidak sanggup lagi menahan Perasaan ini yang semakin hari semakin besar, aku sangat menyukainya.
Jujur saat itu, aku sangat tidak siap membaca Balasannya. Setelah merangkai kata dan mengirimkan kepada Rio, aku mematikan Ponselku Seharian. Sepanjang hari aku hanya bisa menerka-nerka apa balasan Pria itu padaku.
"Sorry Alea, Gue gak bisa... Kita masih Bisa berteman kan ?"
Hatiku terasa Ngilu setelah membacanya, aku tidak membalas Pesan Pria itu. Aku menangis... Nabila dan Tyas menjadi Orang Pertama yang menjadi Penopangku saat itu, aku baru tau saat itu kalau Cinta Bertepuk Sebelah tangan itu sangat menyakitkan.
Tidak mudah untukku Bangkit Melupakannya, butuh Berbulan-bulan untukku Melupakan Pria itu. Aku mengapus Setiap Namanya yang Tertulis di Buku Diariku, Menghapus beberapa Lagu yang aku kirim dari Ponsel Rio saat itu. Namun ada satu lagu yang tidak aku hapus Utada Hikaru - First Love, lagu itu masih aku simpan di Ponselku, lagu itu benar-benar Seperti Menceritakan Perasaanku Pada Rio.
Padahal aku Sebelumnya tidak mengetaui lagu itu, bahkan Rio sendiri yang Merekomendasikan Lagu itu untukku dengar. Apa dari awal dia sudah tau ? Biarlah itu menjadi Pertanyaan yang tidak akan Pernah dia Jawab.
Selain Menghapus namanya dari Diariku, aku Memblock Nomer Ponselnya, Serta Sosial Medianya. Aku mengindari apapun yang berhubungan dengan Rio.
Ditambah disaat kondisiku yang Sedang Patah Hati Akut, aku Tertiban s**l. Saat sedang Bertugas dengan Seniorku membersihkan kamar tiba-tiba Ibu Maryana masuk kedalam menghampiriku. Saat itu masih Pagi Sekitar Pukul 8 .
"Alea Besok kamu dipindahkan ke Divisi Marketing yaa, Jadi Perbantuan disana"
"Tapiii..bu"
"Udah, enak kok kamu bantu-bantu doang kok disana"
Aku hanya diam tak menjawab, ibu Maryana mendekatiku lalu merapihkan Rambutku, menatapku cukup lama.
"Kamu Lumayan kok, Besok jangan Lupa langsung keatas yaa!"
Aku hanya bisa mengangguk Lesu, Sebenarnya hatiku Sangat tidak suka harus ke Divisi Marketing. Banyak kabar Miring yang berasal dari sana. namun aku tidak bisa apa-apa Selain mengikuti Peraturan disini.
Besoknya aku Masuk langsung keatas, tidak seperti Divisi Room jam 8 Sudah Ramai, ternyata Divisi Marketing berbeda. Masih sangat sepi aku hanya bisa menunggu diluar Ruangan Karena belum ada yang datang. Cukup lama Aku menunggu jam 09:30 ada Seorang Wanita yang datang, dengan mimik wajah Jutek dia Melirikku yang sedang duduk di depan Ruangan yang akan dia masuki.
"Cari Siapa ?"
"Aku Perbantuan dari Divisi Room kak"
Sesaat wanita itu melirikku dari atas sampai Bawah, aku memakai Atasan Putih dan Celana Panjang Hitam yang biasa aku pakai saat Kerja di Divisi Room. Namun Sepertinya aku salah Kostum, tatapannya seakan meremehkanku. Lalu dia memiringkan kepalanya menyuruhku masuk kedalam.
Sesampainya didalam aku hanya diam, menatapi Wanita itu berdandan kemudian memakai kemeja kerja. FYI saat dia datang dia hanya memakai pakaian Rumah dan Sendal Jepit. tak lama ada seorang Perempuan Berambut Blonde Masuk dengan Pakaian Rapih, Tersenyum Tipis kearahku lalu mendekati Wanita Pertama. Entah apa yang mereka Bicarakan dengan berbisik dan cekikikan, membuatku tak nyaman.
"Siapa Nama Lo?"
"Alea kak"
"Okey, Alea.. Besok Setiap dateng lo harus siapin Gue kopi item. Taro di atas Meja Gue ya" hah kok gue kayak babu
"Iya kak"
"Stop Panggil Gue kaka, Gue bukan kaka lo! Panggil Gue Ibu Meli" aku hanya mengangguk kecil aku sangat Kesal sampai keubun-ubun cara Bicaranya yang merendahkanku membuatku semakin kesal.
Wanita Bernama Meli itu kemudian Tertawa bersamaan dengan Wanita Berambut Blonde.
"Beb, hari ini Buka kancing Berapa?"
"Gue Tiga" sambil membuka kancing Ibu Meli melirikku yang Kaget! Aku gadis Polos berusia 15 Tahun sangat Syok dengan Pembicaraan kedua wanita itu yang memakai Rok Mini dan Kemeja yang kancingnya Sengaja dilepas di Bagian atas, Terlihat belahan d**a Mereka mengintip di balik celah yang Terbuka.
Tuhaaann Tolong akuuuu! Ditambah hari itu, ada Pria Gendut Masuk dengan Rokok yang Berasap dimulutnya. Udara berubah jadi Tidak enak ini kan Ruang Ber AC! Kesalku dalam hati. Kedua wanita disana Pun ikut merokok didalam. Entah Selama aku duduk mereka hanya mengobrol, apa yang sebenarnya mereka kerjakan membuatku tidak mengerti. Ditambah mereka Bertiga tanpa malu saling menyentuh Pria Gendut itu. Aku merasa Mentalku Tergoncang. Aku bertekat untuk Berhenti Mulai Besok. Ini Sudah Tidak Benar.
Berbulan-bulan dengan Kondisiku yang Down ditambah Patah Hati akibat Rio Meski Sulit diawal, aku Terus mencoba Bangkit. Mungkin ini Pelajaran Kehidupan yang Harus aku lalui. Akhirnya saat ini aku bisa Tersenyum ketika Mengingatnya. My First Love... Saat ini aku Sudah bahagia meskipun bukan denganmu... Aku harap kamupun bisa Bahagia dengan Pasanganmu ya.