BOOM DI DAPUR

1068 Words
Hueek … hueeek, Gita langsung berlari dari dapurnya. Gita berupaya menahan isi perutnya jangan keluar sebelum dia tiba di toilet dalam kamar tidurnya. Tiba-tiba dapurnya penuh dengan bau kotoran manusia! Tidak ada angin tidak ada hembusan apa pun, dapurnya penuh bau kotoran manusia hingga Gita lari ke kamarnya. Gita mengambil parfum miliknya dia semprot ke seluruh tubuh. Lalu Gita bawa dua buah fan atau kipas angin besar-besar juga botol pengharum ruangan dari kamarnya. Gita nyalakan fan atau kipas angin dengan kecepatan tertinggi, dia semprot seluruh ruangan juga kipas dengan pengharum agar bau busuk berganti. Gita membuka semua jendela di dapur dan ruang tengah rumahnya agar bau busuknya terbang. “Aku beli apa sih kok sampai bau kayak gini?” Gita bingung sendiri. “Tapi ini bau kotoran manusia, sayuran busuk atau ikan busuk pun enggak seperti ini baunya. Beda,” kata Gita selanjutnya. Gita membongkar semua belanjaan tadi tak ada yang berbau. Tapi ruangan dapur masih bau kotoran manusia tak bisa dikalahkan oleh kipas angin dan pengharum ruangan sekali pun. Gita langsung memindahkan posisi kipas angin ruang tengah untuk ditaruh di dapur bersama kipas yang dari kamarnya. Dia nyalakan kipas angin besar agar dapur bersih dari bau tersebut. Apa daya, semua tak berubah. Dapur dan ruang makan tetap bau tak bisa hilang. “Aduh bagaimana ini? Aku harus masak. Tapi baunya kayak begini. Benar-benar enggak tahan,” kata Gita lagi. Dia berupaya semaksimal mungkin agar bisa mengatasi keadaan di dalam rumahnya. Sebagai seorang yang terbiasa mandiri, Gita tak serta merta menghubungi seseorang untuk mengatasi hal itu. Dia merasa masih bisa menghadapinya sendirian. Ruangan dapur dan ruang makan Gita di semprot dengan pengharum ruangan dan juga disemprot dengan pembasmi serangga atau apalah pokoknya semua yang bau harum Gita semprot kan agar bau busuk itu hilang. Semua vanili cair dia tuang agar di mangkuk agar baunya tercium di ruangan. Tapi tetap saja bau tak sedap itu tak bisa hilang sama sekali. “Ada apa lagi ini?” kata Gita bingung. “Aku mau cerita ke siapa pun enggak bisa karena kalau bau kan enggak ada bukti. Aduh bagaimana ya?” Gita akhirnya meluruskan batinnya untuk mengabaikan bau tersebut dan memulai masak untuk pertemuan sore nanti. Gita mengambil masker dan menyemprot masker dengan parfum agar bisa menghalau bau busuk di ruang dapurnya. Gita langsung masak. Dia cepat-cepat masak walau tak bisa mencium harum bau masakannya. Yang ada tetap bau kotoran manusia. Gita berharap bau masakannya tak terkontaminasi bau kotoran manusia ini. Selesai masak Gita tak bermaksud untuk makan siang di rumahnya karena bau sangat busuk itu. Gita langsung masuk ke kamarnya menguncinya rapat-rapat agar baunya enggak ikutan ke dalam kamarnya. Gita pun langsung mandi membersihkan diri, dia keramas sampai dua kali agar tidak tersisa bau di badannya. Biarlah aku berangkat lebih cepat daripada aku tersiksa di rumah ini. Gita pun langsung memesan taksi online agar bisa segera pergi ke rumah ambu. ≈≈≈≈≈≈≈≈ ‘Gita kamu kalau mau ke sini bilang ya, Ambu sedang di rumah Amah.’ begitu pesan yang Gita baca. ‘Aku sudah masuk kompleks Ambu. Ya sudah aku belok ke rumah Amah saja, enggak jadi ke rumah Ambu,’ begitu Gita kirim balasan pada Ambu. Gita langsung mengatakan pada sopir taksi pindah alamat tujuan ke blok rumah Amah, tak jadi ke rumah Ambu. ‘Loh kok kamu datang cepat?’ tanya Ambu. ‘Iya, nanti aku kasih tahu deh Ambu. Aku langsung ke situ, ini sudah mau dekat rumah Amah,’ balas Gita sambil bersiap turun. Tak perlu repot bayar taksi karena sudah dibayar secara online saat pemesanan. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Assalamu’alaykum,” Gita langsung masuk ke rumah mertuanya dengan memberi salam. “Wa’alaykum salam,” sahut Amah dan Ambu hampir bersamaan. “Loh kamu bukannya janji nanti jam 05.00 sampai rumah Ambu, kenapa masih jam 03.00 kamu sudah sampai di rumah Amah?” tanya Amah saat menantunya mencium punggung tangannya. “Aku laper lho,” Gita memberitahu kalau dia sangat kelaparan. Tak ada rasa malu pada kedua Ibu yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri. “Kamu bukannya habis masak kok laper,” tanya Ambu. “Ambu, Amah. Ayo kita duduk cerita kejadian di rumahku tadi di meja makan. Tapi sambil makan. Aku lapar banget dari pagi aku belum makan,” jelas Gita tanpa malu. “Jadi Ambu, Amah dua hari lalu itu di dalam kamar mandi aku yang di kamar, bukan kamar mandi belakang ada cepolan rambut. Aku tak menduga A’a yang bawa. Dan saat aku bangunkan A’a, dia sendiri bingung melihat benda itu.” Lalu Gita pun menceritakan bagaimana rambut tersebut lurus panjang dan dibuang oleh Rusdi tanpa disentuh. Gita cerita sebelum dibuang Rusdi membungkuskan dengan kresek plastik dua rangkap. “Besoknya aku enggak rasa apa apa. Lalu mulailah hari ini Ambu, Amah, pagi waktu masih ada A’a tenang tak terjadi apa pun. Tiba-tiba tadi jam 10-an rumah aku kayak di bom sama kotoran manusia.” jelas Gita. Untungnya dia masih bisa makan walau sedang bercerita soal bau kotoran manusia. Banyak orang sudah tak bisa makan membayangkan bau kotoran itu. “Maksud kamu cepolan bagaimana dan bau bagaimana?” tanya Ambu penasaran boom yang terjadi di rumah Gita “Di bom bagaimana?” tanya Amah bersamaan dengan Ambu. “Ambu dan Amah tahu konde berbentuk cepol enggak sih. Bukan konde yang berbentuk sanggul. Yang sekepal tangan kita. Kadang kalau anak-anak menari pakai konde palsu ini buat riasannya. Satu cepol itu yang ada dalam kamar mandiku.” “Ambu bisa bayangkan. Sepertinya di rumah masih ada bekas Diah menari saat kelas 6 SD dulu,” jelas Ambu. “Owh yang begitu,” Amah pun berkomentar kalau dia sudah bisa membayangkan konde cepol yang dimaksud menantunya. “Nah kalau soal bau kotoran kejadiannya hari ini. Jadi Ambu, Amah tanpa ada angin tiba-tiba dapur aku itu penuh dengan bau kotoran manusia. Aku bongkar belanjaanku enggak ada ikan, udang atau sayuran busuk dan baunya itu bukan sayuran busuk atau ikan busuk tapi bau kotoran manusia. Aku memang bukan belanja tadi pagi. Tapi kemarin di super market. Dan semua bahan amis seperti ayam dan daging langsung aku masukkan di freezer jadi sudah beku semua pagi tadi.” “Amah dan Ambu tahu kan bau kotoran manusia. Kaya begitu lah. Bagaimana mau makan?” “Ini saja bagus aku bisa masak dengan menahan bau yang seperti itu. Aku semprot parfum di maskerku lalu aku tahan buat selesai masak,” kata Gita. Ambu dan Amah hanya bisa berpandangan tak tahu lagi apa yang akan anak-anak mereka hadapi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD