8. Malam Pertama

1214 Words
21+ Tuk! Tuk! Suara ketukan lembut di pintu kamarnya membuat Salsa menoleh. Cepat ia menghapus air mata dan membetulkan air wajahnya yang sangat berantakan. "Sebentar, Bun," ujarnya sedikit berteriak, lalu berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sungguh tidak mudah melepas lelaki yang ternyata kamu cinta untuk bersanding dengan wanita lain. Apalagi kamu pernah benar-benar tidak menganggapnya. Cklek "Ya, Bun?" "Kamu baru mandi?" tanya Juwi memperhatikan putri cantiknya dari atas sampai bawah. "I-iya, kenapa, Bun? Salsa tidak ingin makan, mau langsung tidur saja," kata Salsa dengan tangan yang siap mendorong pintu kamarnya. Juwi menahan pintu lebih cepat dari perkiraan Salsa. "Ada Fajar di depan. Katanya dia menelepon kamu seharian tetapi diabaikan. Selesaikan ya, Sayang. Jangan memberikan harapan jika kamu tidak yakin. Temui Fajar!" pinta Juwi diiringi senyuman. Wanita dewasa itu sangat memahami perasaan Salsa saat ini. Patah hati yang sangat telak baginya. Salsa tidak pernah benar-benar beruntung untuk persoalan cinta. "Salsa sudah memikirkannya, Bun. Salsa sudah punya keputusan. Mungkin ini memang yang terbaik bagi Salsa. Salsa akan menemui Mas Fajar," balas Salsa, kemudian ia menutup pintu kamarnya. Seorang lelaki tampan dan terlihat gagah dengan kemeja kotak-kotak, tengah duduk di sofa ruang tamu sambil berbincang dengan papanya. Senyuman lelaki itu begitu lebar dan terlihat sedang sangat senang. "Halo, Mas, maaf lama menunggu," sapa Salsa ramah sambil bersalaman pada Fajar. "Gak papa, Salsa," jawab Fajar masih dengan senyuman yang sama. "Baiklah, saya tinggalkan kalian berdua ya." Devit bangun dari duduknya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar. "Mari diminum tehnya, Mas," ujar Salsa saat melihat teh di depan Fajar masih terisi penuh. Pria itu tersenyum, lalu menyesap tehnya pelan. "Kata Pak Devit, seharian ini kamu sibuk jadi driver pengantin ya? Pantas telepon dari saya tidak kamu angkat. Maaf ya, saya tidak tahu. Kamu juga pasti lelah," kata Fajar dengan tidak enak hati. "Iya, Mas, maaf ya, tadi sudah sempat istirahat sebentar, Mas. Sekarang sudah lebih segar lagi. Ada apa, Mas?" "Sa, saya mendapat promosi untuk mengajar di Negara Paman Sam selama dua tahun. Bulan depan jadwal saya akan berangkat, mmm ... saya sendiri sudah yakin sama Salsa dan saya mengharapkan Salsa pun sama. Apa Salsa mau menjadi istri saya? Kita akan menikah dua Minggu dari sekarang, bagaimana?" Sementara itu, di sebuah kamar, sepasang pengantin baru saja memulai rasa hangat menjalar di tubuh keduanya. Haya mengikuti bibir Satria yang terus saja memberikannya rangsangan terbaik. Haya merasa tubuhnya terbakar gairah, begitu pun suaminya. Haya terlambat menyadari bahwa kini tangan Satria sudah berada di tulang rusuknya. Dengan sengaja dan sangat hati-hati, tangan Satria bergerak naik-turun berkali-kali hingga tanpa wanita itu sadari, jari-jari kokoh Satria menyentuh lekuk payudaranya. Satria merasa hal yang luar biasa akan terjadi padanya dan juga Haya. Haya menahan napas ketika Satria melakukan gerakan semakin berani pada dadanya. Kuluman di bibir mereka masih berlangsung dengan penuh hasrat, terlepas sesaat, lalu dilanjutkan kembali saat keduanya mulai kehabisan napas. Hati pria itu bersorak saat ia merasakan tubuh Haya yang mulai limbung. Bisa diketahui dari sepuluh jari-jemari tangannya yang mencengkeram baju kaus Satria dengan sangat kuat. "Jangan pikirkan obat-obatan tadi, nikmati saja malam ini," bisik Satria dengan seringainya. Haya pun tertawa, lalu dengan tak sabar membantu Satria untuk membuka baju kausnya. Menyisakan sarung berikut isi di dalamnya yang sudah meronta-ronta. Jari halus Haya yang begitu cantik dengan hiasan hena, menyentuh d**a bidang Satria yang seperti roti sobek lima belas ribuan. Keras dan sangat berotot. "Kenapa bisa keras seperti ini, Bang? A-abang bukan atlet debus'kan?" tanya Haya sambil menekan otot d**a Satria. "Kayaknya gedean punya Abang daripada punya saya," ujar Haya lagi dengan senyuman malu-malu. Satria tertawa. Bisa-bisanya Haya berkelakar di suasana yang amat genting seperti ini. "Masa sih, gedean punya saya? Coba kasih lihat!" "Ish!" Haya semakin malu digoda oleh suaminya. Baju atasan daster yang dipakai Haya kini sudah teronggok di lantai. Haya menunduk malu dan itu semakin membuat Satria gemas. Ia kembali mencium bibir istrinya dengan lembut. Dengan jari yang begitu mahir membuka kaitan bra yang dikenakan istrinya. Hawa panas semakin menjalar di tubuh Satria, begitu pun Haya. Pria itu tak sabar untuk menggantikan Samudra untuk menikmati d**a istrinya. Namun Satria menggunakan teknik tarik-ulur yang membuat Haya semakin tidak berdaya. Wanita itu menggeliat nikmat sambil meremas rambut suaminya saat Satria lagi-lagi memanjakan payudaranya. Lemas dan tak bertenaga. Itu yang dirasakan Haya saat ini. Tidak ada satu inci pun kulit tubuh istrinya yang terlepas dari cecapan Satria. Meninggalkan jejak gairah yang menggelora hingga Haya tak bisa menutup mulutnya dengan rapat. Wanita itu benar-benar membutuhkan banyak oksigen saat suaminya terus melakukan sentuhan ternikmat pada tubuhnya. Pakaian Haya sudah terlepas semua. Hanya Satria yang masih memakai sarung dan terus melancarkan godaan pada tubuh istrinya. "Bang, Asep baik-baik aja?" tanya Haya sambil menggigit bibirnya. Satria tertawa, lalu melepas kulumannya pada d**a Haya. "Asep udah mau dobrak sarung saya," jawab Satria sambil tergelak. "Biar saya bantu." Haya membantu Satria untuk melepas sarungnya. Mata wanita itu mengerjap beberapa kali melihat dengan samar-samar benda pusaka nan keramat yang sudah tersohor kesaktiannya. "Bang, s-saya kira Asep anak PAUD atau mungkin anak SD, tapi kayaknya Asep anak STM yang suka tawuran," gumam Haya dengan tangan gemetar mendekati Asep hendak berkenalan. Ha ha ha ha .... "Asep anaknya baik, Sayang, ramah lagi. Coba aja kenalan!" "S-saya takut," kata Haya lagi dengan menelan salivanya. "Gak usah takut, Asep gak gigit, anaknya benar-benar pemalu. Coba aja!" Tiga jam kemudian Bu, belum ada tanda-tanda pembukaan dari pengantin? Bu Mae yang masih terjaga, membaca pesan dari Bu RT. Belum, Bu, semoga saja cocok dan kita bisa segera istirahat. Saya juga lelah, habis itungin amplop, sembari nunggu Satria teriak. Sopir ambulan udah tidur, Bu. Saya juga ngantuk. Udah disuruh Pak RT pulang. Saya uplusan sama Pak RT ya, Bu. Saya sift satu, Pak RT sift dua. Ha ha ha ... Maaf Bu RT, jadi kayak karyawan pabrik pake sift. Ya udah, istirahat deh, Bu. Semoga malam ini Satria dan Haya sukses. Satria, Asep Tyrex, dan Haya sudah dapat bekerja sama dengan baik. Mengikuti alur napas yang tersengal-sengal karena gairah yang menggelora. Tubuh keduanya sudah basah kuyup karena mengimbangi pergerakan Asep Tyrex yang tiada lelahnya. Haya masih sanggup bertahan setelah tiga jam berlalu walau terseok-seok. Bagian intimnya mulai pedih karena terlalu lama diajak tawuran oleh Asep. Ia pun mulai lelah karena ini sudah kesepuluh ia mendapatkan pelepasannya. Namun sungguh sayang, Satria terlalu kuat hingga belum juga mendapat muaranya. "Bang, s-saya ... apa masih lama?" rintih Haya dengan tubuh masih terhentak-hentak di bawah suaminya. "Sedikit lagi, Sayang, sabar ya. Ini luar biasa," erang Satria dengan keringat bercucuran. Haya mengangguk tanpa berani protes. Sungguh ini pengalaman pertamanya bercinta hingga tiga jam lamanya tanpa lelah. Gerakan Satria semakin liar karena ia akan segera sampai. Hentakan demi hentakan ia usahakan agar tujuannya segera tercapai. "Ah ...Sayang ...." Tubuh Satria menegang saat ia sampai juga pada tujuannya. "Alhamdulillah," gumam Haya dan tak lama wanita itu pun tak sadarkan diri. "Haya, bangun, Sayang! Haya!" Satria melotot saat melihat Haya pingsan. Dengan cepat ia menyalakan lampu kamar dan memakai baju kaus dan sarungnya dengan asal. "Bu, toloong!" Nguing! Nguing! Sirine ambulan memekikkan telinga seluruh warga di kampung Satria. Mereka terbangun dan sudah dapat menebak siapa yang ada di mobil ambulan itu. Mak Piah pun sudah berdiri di depan pintu rumahnya untuk melihat ambulan yang baru saja lewat dengan tatapan cemas. Ini tetap tidak akan berhasil, Mae. Kutukan itu hanya bisa luruh dengan ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD