kesatu

1105 Words
"Aku sampai rumah. Istirahatlah. Aku merindukanmu. Jangan balas pesanku. I love you." Aku menarik nafas panjang begitu selesai membaca pesan dari kekasihku. Setelah selesai ku masukkan kembali ponselku ke dalam tasku, kulepas helm dan segera memasuki rumah, sebentar lagi suamiku pulang kerja, aku tak mau dia banyak pertanyaan jika aku masih belum berganti pakaian dari pakaian kerja menjadi pakaian rumahan. "Mama ..... " Sambut anak keduaku yang mengetahui aku pulang kerja. "Halo sayangnya mama .... " Ku gendong anakku yang kuberi nama Rama itu. Anak kecil yang masih berusia 4 taun yang belum tau apa-apa di antara rumah tangga kedua orang tuanya. "Ayo tidur Rama, mama capek baru pulang kerja." Kata ibuku mengajak Rama untuk masuk kamar dan tidur siang. Setelah kuciumi kedua pipi Rama aku menurunkan dia dari gendonganku dan mengantar dia ke kamar. Setelahnya dia tidur bersama ibuku dan aku kembali beberes menuju kamarku. Aku merebahkan diriku di ranjang begitu selesai berganti pakaian. Kubuka ponselku lagi dan melihat isi galery yang berisi momen kepergianku bersama Bayu tadi. Bayu ? Siapa dia ? Dia adalah kekasihku. Bukan suamiku. Jangan bilang aku peselingkuh ! Aku seperti ini karena aku juga menerima perlakuan buruk dari suamiku selama bertahun-tahun lamanya. Aku menyimpan dan memendamnya sendiri selama ini hingga yang awalnya susah menjadi biasa dan sekarang bisa karena terbiasa. Pernikahan adalah impian setiap orang, memiliki suami yang pekerja keras, bertangggung jawab, setia, penyayang adalah impian setiap perempuan. Siapapun perempuan akan merasa bahagia jika diratukan oleh pasangannya. Tapi itu tidak denganku. Pernikahan kami berdua bukan karena sebuah perjodohan. Kami menikah karena pilihan kami sendiri, berkenalan lewat aplikas dating berwarna kuning hingga akhirnya kami memilih untuk menjalani hidup bersama sebagai suami istri. Kami menikah bukan atas dasar cinta, fakta ini kudapatkan setelah menjalalani rumah tangga sekian bulan lamanya, bagaimana bisa aku tau ? Tidak ada pengakuan yang keluar dari mulut kita berdua, tapi kehidupan dan keseharian kami sudah cukup menjadi jawaban untuk rumah tangga kami. Suamiku menikahiku karena dia ingin melarikan diri dari mantan kekasihnya yang sama sekali tidak mendapat restu dari mertuaku, dan aku sendiri memilih menerima lamaran suamiku karena usiaku sudah menginjak dua puluh lima tahun dan aku belum juga memmiliki seorang pendamping, semementara kedua orang tuaku sudah terus menerus bertanya kapan kapan dan kapan. Hingga pada akhirnya pernikahan itupun terjadi. Soal urusan ranjang, suamiku memang jago memanjakan perempuan. Aku masih ingat saat malam pertamaku dia begitu berhati-hati dalam menyentuh dan membelaiku, dia bahkan membuatku terhanyut dalam nikmatnya surga dunia yang selama ini tidak pernah aku rasakan. Aku begitu terbuai dengan setiap sentuhan dan ciumannya, dia membelai setiap inci tubuhku hingga aku merasakan getaran hebat menuju puncakku. Kenikmatan yang sungguh tak bisa kutuliskan dengan kata-kata. Untuk urusan kebutuhan lahir, suamiku termasuk orang yang bertanggung jawab. Dia tidak pernah terlambat memberiku uang bulanan, dia bahkan selalu menceritakan padaku apa saja yang dia lakukan setiap hari selama di kantor dan menjelaskan padaku secara rinci apa saja yang dia keluarkan hari ini sehingga aku tau dia tidak mungkin menyeleweng di kantor. Lalu jika dia seorang pria yang sempurna untuk apa aku berselingkuh ? Jika sudah ada rumah yang mampu melindungimu dari panas dan hujan untuk apa kamu harus mencari rumah lagi ? Tidak ada seorangpun yang ingin menjadi seorang peselingkuh, tidak ada seorangpun yang ingin membagi hati dan kasihnya pada orang lain, bahkan jika itu wanita tidak adak seorang wanita yang mau memberikan tubuhnya pada orang lain jika bukan karena perasaan luka yang sudah lama tersimpan hingga menjadi bom pada dirinya sendiri. Semua berawal dari satu hari menjelang peristiwa lamaran kami, peristiwa yang akhirnya membuat aku tau bahwa ternyata kehidupan suamiku di luar sana begitu bebas dan rusak. Jika perempuan bernama Rosa itu tidak datang ke rumah suamiku dan meminum racun di depan kedua mertuaku dan di hadapan suamiku. Dari sinilah semua terkuak alasan suamiku menikahiku. "Sekarang kamu sudah tau, aku minta maaf. Tapi bukan berarti aku tidak menyukaimu, aku ingin bersama kamu, bantu aku melupakan dia. Aku tau aku tidak pantas untukmu. Jika kamu mau pergi dan tidak ingin melanjutkan lamaran inim aku terima." Begitu katanya saat malam lamaran kami. Aku melihat matanya tulus meminta maaf padaku. AKu melihat kedua mertuaku dan keluarga besarku, aku rasa aku tidak mungkin membatalkan apa yang sudah dipersiapkan. Aku sendiri juga belum mencintainya, jadi tidak ada salahnya jika aku memaafkannya, memberikan kesempatan padanya dan mencoba untuk membangun semua dari awal. "Putuskan semua kontak yang berhubugan dengan dia, dan kita mulai semua dari awal." Kataku sambil memeluk dia. Kupatahkan nomer ponselnya, kuhapus semua kontak yang tersimpan di ponsel dan blok semua akses yang menghubungkan suami dengan perempuan itu. Semua berjalan lancar seperti yang diharapkan. Lamaran selesai, pernikahan juga sudah dilaksanakan dengan lancar. Aku dan dia sudah sah menjadi suami istri. Aku membuka hati untuk suamiku, aku mencintainya, itulah yang selalu aku tanamkan pada diriku. Aku dan suamiku sama-sama seorang pekerja, kami bertemu di waktu sore karena pekerjaan kami. Aku percaya suamiku tidak akan macam-macam lagi di belakangku. Dia juga pulang dan pergi tepat waktu. Hingga pada suatu ketika saat aku pulang kerja ada semua pesan masuk di ponselku, pesan masuk dari perempuan yang kutau mantan dari suamiku. Aku tidak tau darimana dia dapat nomer ponselku, tapi yang jelas pesannya cukup membuatku merasa sakit hati dan begitu kecewa pada suamiku. "Aku dan suamimu berhubungan sudah tiga tahun, dan kamu datang begitu saja meghancurkan hubungan kita." Begitu bunyi pesannya. "Aku tidak merasa menghancurkan hubungan kalian, aku kenal mas Dimas secara baik-baik, dia bilang dia masih sendiri, belum ada ikatan dengan siapun." Jawanku. "Aku dan dia sedang berjuang untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua Dimas, tapi kamu malah datang dan merusak segalanya." "Aku tidak tau soal urusan kalian berdua, yang aku tau orang tua mas Dima mendatangiku dan memintaku menjadi bagian dari keluarganya, jadi tolong jangan menyalahkanku." "Seharusnya kamu tau kenapa aku sampai senekat itu mempertahankan hubungan ini bahkan sampai rela meminum racun di hadapan keluarga Dimas." "Jodoh itu ditangan Tuhan, seberapapun lama hubungan yang kalian jalankan jika Tuhan belum menjodohkan kita manusia bisa apa ? Sekarang kamu tidak usah menggangguku dan mas Dimas lagi, kamu pasti akan mendapatkan jodoh yang lebih baik dari mas Dimas." "Kamu tidak tau kan hubunganku dengan Dimas itu sudah seperti suami istri, hubungan badan sudah menjadi makanan sehari-hari diantara kita, kita juga sudah tinggal bersama selama pacaran selama tiga tahun." Bagai tersambar petir aku membaca pesan dari perempuan yang kutahu bernama Rosa itu, seorang janda beranak dua yang tidak mendapat restu dari kedua mertuaku. Aku lemas seketika melihat pengakuannya tentang hubungannya dengan suamiku. Tak kusangka dia suamiku tega melakukan hal seburuk itu di masa lalunya, sementara aku menjaga kesucianku hanya untuk suamiku tapi dia sudah terlebih dahulu melepasnya bersama masa lalunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD