Ayana enggan menatap Daniel, sungguh ia sangat malu, ingin berlari menjauh dari hadapan Daniel. Daniel benar-benar menciumnya, menciumnya dengan intens. Ciuman itu efeknya sangat dahsyat, debaran jantungnya tidak berhenti semenjak Daniel menciumnya. Ayana mengatur nafasnya. "Manis" ucapnya, lalu memasang topinya kembali. Sepanjang perjalanan hanya diam, Ayana tidak berani bersuara. Begitu juga dengan Daniel, laki-laki itu tidak bersuara, masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Daniel melirik Ayana, "Setelah ini kamu mau kemana" tanya Daniel memecahkan kesunyian. Ayana masih menahan debaran jantungnya, "sebaiknya kita pulang saja". Daniel menaikkan alis sebelah, "pulang? tapi kita singgah dulu ke supermarket, untuk membeli beberapa bahan makanan". Ayana mengangguk dan kembali henin