"Muslim yang baik adalah yang lisan dan tangannya tidak menyakiti, bukan termasuk gue"_Abbas
****
Aisyah celingak-celinguk di kamar besar milik Abbas, ia juga tidak tahu kenapa ia harus dibawa kesana. Gadis itu tidak mampu melawan sikap Abbas yang seenaknya, dan itu membuatnya kesal setengah mati.
Suara deritan pintu kamar membuat ia terlonjak kaget, ia melihat Abbas melangkah masuk dengan wajah tanpa dosanya.
"Gue mau pulang," katanya setengah memohon, Abbas menggeleng cepat sembari menatap keluar jendela kamar.
"Kaki lo masih sakit, lo mau tidur sendirian di rumah?!" Sentaknya membuat gadis itu mendelik kaget, darimana cowok itu tahu kalau Aisyah tinggal sendirian di rumah.
"Lo tahu gue tinggal sendiri?" Abbas mengangguk sembari membuka kancing seragamnya satu-persatu menyisahkan kaos putih polosnya.
"Lo tahu dari mana?" Tanyanya lagi berusaha mengobrol nyaman dengan cowok itu, "Gue tau semua tentang lo, termasuk lo yang pacaran sama anak pondok pas kelas sepuluh," katanya lagi membuat Aisyah mengerjap dengan mulut menganga, pacaran? Dengan anak pondok? Kapan?
"Besok baru gue anterin pulang, sekalian lo ganti baju," katanya lalu meninggalkan cewek itu sendiri di dalam kamar yang luas itu. Apa Aisyah akan bisa tidur nyenyak di tempat ini, di tempat asing dan juga bersama orang asing.
Aisyah bingung kenapa Abbas menjadi lebih kasar padanya tapi masih peduli pada gadis itu. Buktinya cowok itu melarangnnya pulang karena ia akan tidur sendiri di rumahnya, bukankah selama ini Aisyah juga tidur sendiri?
Lalu dorongan apa yang membuat cowok itu melakukan itu semua?
Sederhana saja, Abbas menyukainya.
***
Eca menepis kasar tangan pria jangkung dihadapannya itu yang berusaha memegang lengannya lembut. Eca sebenarnya sudah ingin ikut teman-temannya pulang tapi pria itu menghadangnya.
"Gue bilang gak usah pegang gue, lu batu bener sih jadi cowok" marahnya pada pria itu yang juga terpancing emosinya.
"Lu kenapa sih? gue ada bikin salah sama lu? " tanya cowok jangkung itu berusaha lembut dengan tangan yang masih memegang lengan Eca, Namun Eca membuang muka tak peduli.
Gadis berambut sebahu itu menghela nafas dalam kemudian menatap pria yang bernama Ikbal itu dengan tersenyum pahit.
"luo gak usah pura-pura bodoh yah, gue dengar sendiri obrolan lu sama Ryan tadi." mendengar itu Ikbal membulatkan mata kaget seakan tertembak telak, pasalnya obrolannya dengan Ryan yang mengatakan kalau Eca cuma cewek bodoh dari sekian cewek yang mau-maunya dikelabui buaya lepas kayak Ikbal.
Ikbal memegang kedua bahu gadis itu agar menghadapnya, "Ca, itu gak seperti yg lu kira."
Tuturnya mencoba menangkan, Eca mendecih kesal kemudian mendorong tubuh Ikbal agar menjauh darinya.
Ikbal yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya dengan cepat meraih kasar tangan gadis itu membuat Eca meringis minta dilepaskan.
"Gak usah sok cantik lu yah, lu kira gue mau pacaran sama cewek gendut kayak lo huh? Kalo gak karena lo kaya gue ogah dekat-dekat Sama lo apalagi pacaran sama lu njing." lanjutnya membuat Eca mengamuk ingin mencakar wajah pria itu brutal tapi Ikbal dengan kurang ajarnya ingin mencekik gadis itu kalo saja Aisyah yang baru keluar jelas langsung melerai keduanya.
"Lo apa-apa'an sih kasar gitu sama cewek? Lo cowok bukan?" ujarnya kesal, Eca sudah berdiri dibalik bahu gadis berkerudung itu meminta perlindungan.
"Gue gak ada urusan sama lo yah, minggir gak lo!" ujarnya mencoba menarik Eca dibalik bahu gadis itu. Tapi Aisyah mendorong pria yg sudah tidak terkendali itu kuat, membuat Ikbal terjengkang kebelakang.
Ikbal mendesis kesal kemudian bangkit berdiri meraih kerudung Aisyah dengan sarkas membuat Eca memekik. Aisyah mencoba melepaskan tangan pria didepannya itu dengan mengigit bibirnya takuy.
"Woi lepasin anjing!" Aisyah dan Eca sama-sama memekik kaget melihat Ikbal yang sudah jatuh tersungkur dilantai dengan wajah lebamnya yang ditonjok Abbas tiba-tiba.
Abbas menarik kerah baju pria itu kasar, mata tajamnya sukses membuat Ikbal menciut.
"Berani lo nyentuh dia sekali lagi, gue bunuh lo!" ancamnya lagi, Ikbal terbatuk-batuk dan menyentuh hidungnya yang sudah berdarah itu. Ikbal kemudian pergi kabur meninggalkan Abbas yang sudah menyumpahinya.
Abbas menoleh pada Aisyah yang masih shock dengan perlakuan Ikbal tadi, Eca sudah tak mampu lagi membendung air matanya.
Abbas menipiskan bibir ingin sekali mendekat pada gadis berkerudung itu tapi ia tak punya hak untuk itu. Mendengar tangisan Eca, Aisyah tersadar dari rasa shocknya kemudian merengkuh tubuh gadis bongsor itu berusaha menenangkannya.
Aisyah mendudukan Eca pada kursi panjang didepan kelas kosong disana. Abbas berdiri menyenderkan tubuhnya pada tembok Kelas.
"Syah maafin gue, kalo bukan gara-gara gue, lo gak bakalan diperlakuin kayak tadi," ujar Eca merasa bersalah, Aisyah tersenyum hangat menenangkan.
"Ini bukan salah lo kok, Ca." Ujarnya dengan tersenyum lembut. Abbas menghela nafas, entah kenapa ia merasa bersalah.
Eca menggeleng pelan dengan pipi basahnya, "Baru jadi pacar aja dia udah berani kasar sama lo Ca, apalagi kalo udah jadi suami lo nanti."
Aisyah menipiskan bibir kemudian mengusap lembut pipi cewek itu, "Lo tau kan di dalam Islam tidak dihalalkan untuk pacaran? Lo tau kenapa? Karena Islam ingin memuliakan kita sebagai wanita agar tidak bersentuhan dengan yang bukan mahrom kita apalagi sampai kasar kayak tadi."
Lanjutnya lagi, Eca terdiam merunduk dengan mata sembabnya.
"Ca, gue tau gue gak punya hak buat ngomong seperti sama lo. Tapi sebagai teman gue saranin lo buat putus hubungan sama cowok kasar kayak tadi. Bukannya gue suudzon tapi gue tau Ikbal itu cowok nekat, gue takutnya dia apa-apain lo, Ca," Jelas Aisyah sambil menatap teduh gadis itu, Eca hanya merunduk sedih.
"Kalo dia berani temuin lo lagi bilang aja sama kita atau anak-anak kelas, gue sama yang lain bakalan ngelindungin lo kok," Ujar Abbas meyakinkan gadis itu. Aisyah sekilas menatap Abbas bingung, kaget mendengar penuturan cowok itu. Aisyah kemudian menuntun Eca untuk diantar pulang.
"Pacaran itu seharusnya menjaga bukannya menyakiti ataupun menjerumuskannya dalam dosa,jika belum mampu menghalkankannya simpanlah ia dalam do'amu dan sisanya percayakan sama Allah"
***
Kelas mendadak rame karena XI-IPA 1 sibuk mengerjakan tugas dadakan dari Ibu Naya.
"Ini Ibu Naya mabuk senyawa kayaknya nih, soalnya sih cuma dua nomor tapi ini a sampai f anjir" oceh Kinos kesal, Faris yang duduk dibelakangnya terkekeh pelan.
"Tenang, kan ada Kak Abbas sang penolongku" celetuk Yudi sambil menaik turunkan alisnya membuat Abbas menatapnya tajam.
Yudi sontak menciut kecil melihat tatapan tak bersahabat dari cowok itu, "Makanya punya otak itu jangan ampas semua, "
Mendengar celetukan Asha membuat yang lain mendelik.
"Sha, ini gue kasih kaca biar tau diri dikit" ujar Faris merasa kesal sembari menatap Asha yang tak pedulu.
"Gue mah lebih pintar dikit daripada lo pada, gue itu titisan Ibu Naya versi senyawa kimia yg dipoles dengan bongkahan emas dan pertama." jelasnya asal, Faris hampir saja mengumpat. Yudi sudah menganga.
"Lah goblo, lo cocoknya jadi titisan nenek lampir yang gak tau diri" ujar Faris menyahuti, Asha sudah sibuk bergumam sendiri.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang tak gabung dengan kerecehan mereka. Eca yang sedari tadi menidurkan diri diatas meja dengan beralaskan tangannya sebagai bantal tak bertenaga untuk ikut menyahuti. Aisyah yang masih khawatir dengan gadis itu sesekali menoleh untuk melihat keadaan Eca.
Juna menendang-nendang Kursi Kinos membuat Kinos menghela nafas kesal kemudian menoleh,
"APA?!" tanyanya galak pada Juna dengan melotot.
Juna mendadak ciut melihat itu, ia berdehem pelan, "Gak, kaki gue pengen olahraga dikit jadi yah gitu gue harus nendang-nendang sesuatu," jelasnya membuat yang lain menahan tawa.
'Pengennya sih nendang wajah Songong lu sekarang', ingin sekali ia menyahuti dengan itu namun urung ia lakukan.
"Eh Nos, dia tuh mau nyalin tugas lo makanya nendang-nendang mulu kayak bayi didalam perut ibunya" celetuk Arif membuat Juna melotot padanya, Kinos mencibir
"Juna mah bukan bayi manusia tapi bayi Kingkong " balas Wulan yang sudah gatal ingin menyahuti dari tadi.
"Dasar lampir, musnah aja sana lo" balas Juna kesal membuat yang lain tertawa kecil.
"Eh tumben si Eca mingkem biasanya tuh anak kayak kuda lepas," ujar Kinos baru sadar, Aisyah mengisyaratkan pada Kinos untuk tidak menganggu gadis itu.
"Kenapa? Dia sakit? Ah gak mungkin tuh anak bisa sakit? badan bongsor gitu" lanjutnya lagi membuat Aisyah menghela nafas Lelah, Eca tak peduli masih melanjutkan tidurnya.
"Lah daripada lo udah kayak tiang, tiangnya tiang listrik biar disengat mati lo" celetuk Faris lagi, Kinos mendelik samar
"BISA DIAM GAK LU SEMUA GUE GAK BISA KONSEN SETAAANN" Amuk Nia membuat yang lain menoleh pada meja pojok yang gadis itu tempati, wajah galaknya membuat yang lain langsung kicep.
Aisyah menahan tawa kemudian melanjutkan tugasnya, Kinos dan Faris masih kaget dengan suara gadis cempreng itu. Wulan dan Asha pura-pura tidak tau, Juna dan Arif merengek meminta menyalin tugasnya Kevin, Abbas seperti biasa tak peduli. Sedangkan Rama sudah ingin pecah ketawa sekarang juga entah apa yang ia lakukan bersama Rani.
Sedangkan yang lain sibuk dengan hp masing-masing, tak mengindahkan tugas yang ada.
"Woi Kinos!" Panggil Nia galak membuat Kinos hampir saja latah, Asha sudah kehabisan nafas menahan tawa.
"Apa sih Nia? gue udah diam lho dari tadi," Ujarnya agak takut, Nia mendecih dengan memicing kearah cowok itu.
"Tapi suara kursi lo ganggu bangat bambang." Balas Nia lagi, Kinos refleks menghentikan gerak kakinya pada kursinya.
"Nia, ada yg manggil " ujar Aisyah saat melihat sosok yang biasa datang mencari gadis itu membuat Nia langsung bangkit berdiri kemudian menemui orang itu didepan kelasnya.
Setelah Nia keluar, Kinos menghampiri Eca, "Eca, kenapa lo? Tumben kalem?" Ujarnya sembari mencolek lengan gadis itu yang masih terdiam.
"Jangan ganggu gue." balas Eca dengan suara paraunya, Kinos mencibir.
"Kalo lo diem itu berasa horor Ca, apa perlu gue panggil Ikbal buat KESI...IYA IYA GUE GAK GANGGU TAPI LEPASIN SAKIT CA" teriak Kinos kesakitan saat Eca sudah menjambak rambutnya kasar.
Abbas yg duduk didekat kejadian langsung melerainya, Wajah Eca sudah merah padam kesal diganggu oleh mahluk bernama Kinos itu.
Abbas menatap Kinos tajam, Kinos kicep begitu saja sambil mengelus kepalanya yg masih berdenyut sakit.
Iapun kembali duduk dikursinya, Asha sudah terduduk dilantai sambil memegangi perutnya menahan tawa.
"Eca mendingan lo istrahat di UKS aja yah, "saran Aisyah pada gadis itu, Eca mengangguk pelan kemudian melangkah pergi meninggalkan kelas dengan menatap tak bersahabat kearah yang lain.
Setelah dua gadis itu pergi Asha sudah tidak tahan lagi untuk pecah ketawa saat itu juga, membuat Faris mendorong pelan kepala gadis itu.
"Eh aduh perut gue, itu Eca Kenapa sih, Bas?" tanyanya masih memegang perutnya sakit karena menahan tawa,
"Dia putus sama Ikbal" jawab Abbas membuat Asha dan yang lain mendadak tersedak.
"Dia cuma dimanfaatin sama Ikbal Karena Eca kaya," Jelas Abbas lagi, kelas mendadak hening.
Masalahnya tadi mereka malah ribut dan menganggu gadis itu. Kinos menghela nafas merasa bersalah.
"Gue jadi ngerasa bersalah sama Eca, ke UKS yuk!! " rengeknya pada Abbas, "Bentar, jam istrahat dulu baru kesana," jawab Abbas datar, Asha mencuatkan bibir.
Aisyah melangkah masuk ke kelas setelah mengantar Eca ke UKS, diikuti Nia yang masuk dengan aura horornya. Gak ada masalahnya aja gadis jangkung itu sudah terlihat galak apalagi habis bertemu dengan sang pacar.
"Eh Nia udah ketemu sama orangnya?"tanya Aisyah tersenyum hangat, Nia mendadak terdiam sbari merunduk dengan tangis yang mulai terdengarn. Aisyah terkejut kemudian mendekat, Kinos tersedak meski tak memakan apapun.
Anak kelas sudah menganga tidak percaya melihat Nia menangis, ini Nia lho. Gadis yang gak punya hati, yang gak pernah senyum pun mendadak nangis tiba-tiba sekarang sudah memeluk Aisyah.
Memang Aisyah udah kayak mamanya XI-Ipa 1.
"Eh Kenapa? Kok nangis?" ujar Aisyah khawatir, Nia masih sesegukan.
"Pacar gue selingkuh sama teman gue sendiri, dan mereka bakalan nikah." Jelasnya lagi, Aisyah menganga tak percaya dgn apa yang ia dengar sekarang.
Anak kelas makin hening, baru saja mendengar Eca diselingkuhin sekarang ini ditinggal nikah sama temannya lagi.
Kinos hampir menyeletuk 'Asik Nia ditikung teman sendiri, ditinggal Nikah pula', mungkin Nia akan menguburnya hidup-hidup.
Memang pacaran itu banyak mudaratnya, gak ada faedahnya sama sekali. Zaman sekarang pacaran udah jadi hal biasa, bahkan anak SD pun sudah banyak yang menjadi aktivis pacaran. Miris bukan?
Bahkan, ada yg mengatakan pacaran syar'i. Pacaran yg saling mengingatkan dalam kebaikan. Bullshit itu semua!!
Perrcuma kita sholat setiap hari tapi masih pacaran.
Percuma puasa senin kamis tapi masih jadi aktivis pacaran.
Ibarat orang yangg punya penyakit kolestrol minun obat Iya, masih konsumsi daging Iya.
Atau yang punya penyakit diabetes, minum obat tapi masih mengkonsumsi yang manis-manis.
Percuma
Menyatukan bumi dan langit saja mudah bagi Allah, apalagi menyatukan kita dengan jodoh kita.
Jadi mulailah memperbaiki diri dan tetap istiqomah dijalan-Nya.
#Muhasabahdiri